PENGGUNAAN KONJUNGTOR PADA KUMPULAN CERPEN MILANA KARYA BERNARD BATUBARA DAN PEMBELAJARANNYA DI SMP

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN KONJUNGTOR

PADA KUMPULAN CERPENMILANA

KARYA BERNARD BATUBARA DAN PEMBELAJARANNYA DI SMP

Oleh

Z. SORAYA AYU PURNAMA SARI

Masalah penelitian ini adalah penggunaan konjungtor pada kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara dan pembelajarannya di SMP. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penggunaan konjungtor dalam cerpen tersebut dan pembelajarannya di SMP. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini berupa kumpulan cerpen Milanakarya Bernard Batubara yang berjumlah lima cerpen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi.

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, penggunaan konjungtor koordinatif yang ditemukan adalah (a) penanda hubungan penambahan dan, (b) penanda hubungan pendampingan serta, (c) penanda hubungan pemilihan atau, (d) penanda hubungan perlawanan tetapi. Penggunaan konjungtor subordinatif yang ditemukan yaitu, (a) penanda hubungan waktu sejak, semenjak, sedari, ketika, seraya, selama, sambil, setelah, sebelum, hingga, dan sampai, (b) penanda hubungan syarat jika, kalau, asal(kan), dan bila, (c) penanda hubungan tujuan agar dan supaya, (d) penanda hubungan konsesif meski(pun) dan walau(pun), (e) penanda hubungan pembandingan seakan-akan, seolah-olah, seperti, sebagai, dan ibarat, (f) penanda hubungan sebab sebab dan karena, (g) penanda hubungan hasil sehingga dan maka(nya), (h) penanda hubungan alat dengan dan tanpa, (i) penanda hubungan cara dengan dan tanpa, (j) penanda hubungan komplementasibahwa,(k) penanda hubungan atribut yang,(l) penanda hubungan perbandingan lebih…daripada. Penggunaan konjungtor korelatif yang ditemukan yaitu, baik…maupun. Penggunaan konjungtor antarkalimat yang ditemukan yaitu, (a) penanda hubungan pertentangan namun, (b) penanda hubungan kelanjutan dalam kemudian, (c) penanda hubungan sebenarnya sesungguhnya danbahwasanya, (d) penanda hubungan penguatan malah(an)dan bahkan,(e) penanda hubungan eksklusif-inklusifkecuali itu,(f)penanda hubungan akibatoleh karena itudanoleh sebab itu.

Hasil penelitian ini dapat diimplikasikan sebagai bahan ajar. Materi yang bisa dikaitkan dengan penelitian ini terdapat dalam KI 4 (Kompetensi Inti 4), yakni


(2)

mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori serta KD 4.2 (Kompetensi Dasar 4.2) yakni menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Cerpen digunakan sebagai media dalam membelajarkan konjungtor yang berfungsi untuk merangkaika gagasan-gagasan pembentuk isi cerpen. Konjungtor dibelajarkan melalui fitur bahasa yang menjadi salah satu karakteristik dari cerpen tertentu.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kelurahan Gulak Galik, Kecamatan Telukbetung Utara, Bandar Lampung, pada tanggal 20 November 1991. Penulis yang bernama lengkap Zubaidah Soraya Ayu Purnama Sari ini adalah anak ketiga dari tiga bersaudara yang terlahir dari pasangan Bapak Sigit dan Ibu Susilawati.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah TK Taman Indria Kecamatan Telukbetung Utara, Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 1998 dan dilanjutkan di SDN 1 Gulak Galik Kecamatan Telukbetung Utara, Bandar Lampung, tamat pada tahun 2004. Lalu, penulis melanjutkan pendidikannya di SMPN 25 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2007 dan dilanjutkan di SMAN 4 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Unila. Selain itu, penulis pernah melakukan Prorgam Pengalaman Lapangan Keguruan di SMPN 1 Pesisir Tengah tahun akademik 2013/2014


(8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah,dengan penuh rasa syukur atas segala rahmat yang telah Alloh SWT berikan, penulis persembahkan skripsi ini kepada orang-orang terkasih berikut. 1. Mama (Susilawati) tercinta, terima kasih atas segala pengorbanan, kesabaran,

pengertian, dukungan, cinta, dan kasih sayang yang tak terhingga serta doa yang tak terhenti terucap untukku, terima kasih karena rela menjadi seseorang yang sangat dan paling berarti yang selalu mendukungku dalam keadaan apapun. Bapak (Sigit) tercinta, terima kasih segala pengorbanan, kesabaran, pengertian, dukungan, dan kasih sayang, terima kasih karena telah menjadi Ayah yang paling hebat untuk kami walau cukup singkat keberadaannya tetapi kasih sayangnya masih terasa sampai sekarang.

2. Kakak perempuan (Silvia Wulan Sari) tercinta, terima kasih atas dukungan untukku menjadi lebih baik lagi. Kakak laki-laki (Erlangga Wijaya) tercinta, terima kasih atas segala pengorbanan, pengertian dan dukungannya untukku, terima kasih karena telah menjadi pengganti sosok Ayah di keluarga kecil ini. 3. Pamanku (Iskandar Zulkarnain) tercinta, terima kasih atas pengorbanan,

kesabaran, dukungan, dan kasih sayang yang tiada habisnya bagi keluargaku. 4. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku, Universitas Lampung.


(9)

MOTO

Barang siapa bertakwa pada Alloh, maka Alloh memberikan jalan keluar kepadanya dan memberi rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Barang siapa yang bertakwa pada Alloh, maka Alloh jadikan urusannya menjadi mudah. Barang siapa bertakwa pada Alloh, akan dihapuskan dosa-dosanya dan mendapatkan pahala yang

agung.

(QS. Ath-Thalaq:2-4)

Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al-Insyiroh: 5)

Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan,

entah mereka menyukainya atau tidak. (Aldous Huxley, Novelis)

Tak peduli seberapa sulitnya keadaan, aku akan selalu berpikiran positif dan tersenyum seperti orang bodoh.


(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis memiliki keteguhan, keuletan, dan tekad yang luar biasa untuk dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Dalam penyelesaian penelitian ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Dr.Wini Tarmini, M. Hum., sebagai pembimbing utama atas kesediaan dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan dan ilmu serta atas segala pengertian dan perhatiaannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

2. Drs. Iqbal Hilal, M.Pd., sebagai pembimbing kedua atas waktu dan kesediaannya dalam memberikan bimbingan dan ilmu serta atas segala pengertian dan perhatiaannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;


(11)

3. Dr. Munaris, M. Pd., sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga penulis menjadi semakin tegar dalam menyelesaikan skripsi ini;

4. Sumarti, S. Pd., M. Hum., sebagai pembimbing akademik (PA) yang sedang mengenyam pendidikan S3 di Bandung;

5. Eka Sofia Agustina, S. Pd., M. Pd., sebagai salah satu dosen FKIP Unila yang telah memberikan motivasi;

6. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah sekaligus sebagai pembimbing akademik (PA) pengganti yang selama penulisan skripsi ini telah banyak memberikan saran dan nasihat;

7. Dr. Muhammad Fuad, M. Hum., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung; 8. Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., sebagai Dekan FKIP Universitas Lampung,

beserta stafnya;

9. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah atas ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis;

10. Mama (Susilawati) dan Bapak (Sigit) tercinta, atas segala pengorbanan, kesabaran, pengertian, dukungan, cinta, dan kasih sayang yang tak terhingga serta doa yang tak terhenti terucap demi keberhasilan penulis;

11. kedua kakak tersayang, (Silvia Wulan Sari dan Erlangga Wijaya) dan Paman (Iskandar Zulkarnain), atas dukungan moral dan finansial bagi penulis;

12. keluarga terkasih, Abayung Pendi, Dewi Rupaza, Naseha, Valiani Putri, Nindyahuda Putri, Maysuri, Misna Dewi dan Rahmat Setiyadi, Metalia


(12)

Arniska, Supriyati Fentika atas bantuan, perhatian, dan kasih sayang kepada penulis;

13. teman-teman, Adelina Harry Santi, Yuni Setiawati, Kalisa Eviana, Rina Putri Oktarina, Muhafidin, S. Pd., Ervin Hidayat, Reza Ramanda, Teguh, Jannatun Naim, dan seluruh saudara seperjuangan angkatan 2010 FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia atas kebaikan dan motivasi yang telah diberikan;

14. rekan-rekan PPL, guru-guru yang bertugas, dan murid-murid di SMPN 1 Pesisir Tengah atas kerjasama, dukungan, dan memori yang berharga; dan 15. semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap semoga Alloh SWT membalas kebaikan mereka. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna tetapi penulis berharap semoga dari ketidaksempurnaan ini dapat menjadi acuan agar ke depannya lebih baik lagi.

Bandar Lampung,15 September 2014 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP

MOTTO

PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Konjungtor ... 7

2.2 Ciri-Ciri Konjungtor ... 8

2.3 Jenis-Jenis Konjungtor ... ...10

2.3.1 Konjungtor Koordinatif ... ...10

2.3.2 Konjungtor Subordinatif ... ...12

1. Konjungtor Subordinatif Waktu ... ...12


(14)

2. Konjungtor Subordinatif Syarat ... ...15 3. Konjungtor Subordinatif Pengandaian ... ...16 4. Konjungtor Subordinatif Tujuan ... ...16 5. Konjungtor Subordinatif Konsesif ... ...16 6. Konjungtor Subordinatif Pembandingan ... ...17 7. Konjungtor Subordinatif Sebab ... ...18 8. Konjungtor Subordinatif Hasil ... ...19 9. Konjungtor Subordinatif Alat ... ...19 10. Konjungtor Subordinatif Cara ... ...19 11. Konjungtor Subordinatif Komplementasi ... ...20 12. Konjungtor Subordinatif Atribut ... ...20 13. Konjungtor Subordinatif Perbadingan ... ...21 2.3.3 Konjungtor Korelatif ... ...21 2.3.4 Konjungtor Antarkalimat ... ...23 2.4 Pengertian Cerpen ... ...25 2.5 Karakteristik Cerpen ... ...26 2.6 Pembelajaran Konjungtor Menggunakan Kurikulum 2013 di SMP ... ...27

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ... ...30


(15)

3.2 Sumber Data ... ...30 3.3 Teknik Pengumpulan Data ... ...32 3.4 Teknik Analisis Data ... ...32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... ...34 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... ...40 4.2.1 Penggunaan Konjungtor Koordinatif ... ...40 a. Penggunaan Konjungtor Koordinatif yang Menandai Hubungan

Penambahan ... ...40 b. Penggunaan Konjungtor Koordinatif yang Menandai Hubungan

Pendampingan ... ...42 c. Penggunaan Konjungtor Koordinatif yang Menandai Hubungan

Pemilihan ... ...43 d. Penggunaan Konjungtor Koordinatif yang Menandai Hubungan

Perlawanan ... ...44

4.2.2 Penggunaan Konjungtor Subordinatif ... ...46 a. Penggunaan Konjungtor Subordinatif yang Menandai

Hubungan Waktu ... 47 b. Penggunaan Konjungtor Subordinatif yang Menandai

Hubungan Syarat ... 49 c. Penggunaan Konjungtor Subordinatif yang Menandai

Hubungan Tujuan ... 50 d. Penggunaan Konjungtor Subordinatif yang Menandai

Hubungan Konsesif ... 51 e. Penggunaan Konjungtor Subordinatif yang Menandai


(16)

f. Penggunaan Konjungtor Subordinatif yang Menandai

Hubungan Sebab ... 55

g. Penggunaan Konjungtor Subordinatif yang Menandai Hubungan Hasil ... 56

h. Penggunaan Konjungtor Subordinatif yang Menandai Hubungan Alat ... 57

i. Penggunaan Konjungtor Subordinatif yang Menandai Hubungan Cara ... 58

j. Penggunaan Konjungtor Subordinatif yang Menandai Hubungan Komplementasi ... 60

k. Penggunaan Konjungtor Subordinatif yang Menandai Hubungan Atribut ... 61

l. Penggunaan Konjungtor Subordinatif yang Menandai Hubungan Perbandingan ... 63

4.2.3 Penggunaan Konjungtor Korelatif ... 64

4.2.4 Penggunaan Konjungtor Antarkalimat ... 65

a. Penggunaan Konjungtor Antarkalimat yang Menandai Hubungan Pertentangan ... 65

b. Penggunaan Konjungtor Antarkalimat yang Menandai Hubungan Kelanjutan Dalam ... 68

c. Penggunaan Konjungtor Antarkalimat yang Menandai Hubungan Sebenarnya ... 69

d. Penggunaan Konjungtor Antarkalimat yang Menandai Hubungan Penguatan ... 71

e. Penggunaan Konjungtor Antarkalimat yang Menandai Hubungan Eksklusif-Inklusif ... 72

f. Penggunaan Konjungtor Antarkalimat yang Menandai Hubungan Akibat ... 73

4.3 Pembelajaran Konjungtor Menggunakan Kurikulum 2013 di SMP ... 74

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 78

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penggunaan Konjungtor pada Kumpulan CerpenMilana

Karya Bernard Batubara ... 34 2. Penggunaan Konjungtor pada Cerpen

Beberapa Adegan yang Tersembunyi di Pagi Hari

dalam Kumpulan CerpenMilanaKarya Bernard Batubara ... 35 3. Penggunaan Konjungtor pada CerpenTikungan

dalam Kumpulan CerpenMilanaKarya Bernard Batubara ... 36 4. Penggunaan Konjungtor pada CerpenSurat Untuk Fa

dalam Kumpulan CerpenMilanaKarya Bernard Batubara ... 37 5. Penggunaan Konjungtor pada CerpenHanya Empat Putaran

dalam Kumpulan CerpenMilanaKarya Bernard Batubara ... 38 6. Penggunaan Konjungtor pada CerpenMilana


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Penggunaan Konjungtor pada Kumpulan CerpenMilana Karya Bernard Batubara

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)

3. Presentase Rincian Penggunaan Konjungtor pada Kumpulan Cerpen Milana

Karya Bernard Batubara 4. Instrumen Penelitian


(19)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

1. C1 : Cerpen 1 2. C2 : Cerpen 2 3. C3 : Cerpen 3 4. C4 : Cerpen 4 5. C5 : Cerpen 5 6. D1 : Data 1 7. D2 : Data 2 8. D3 : Data 3

9. KO : Konjungtor Koordinatif 10. SUB : Konjungtor Subordinatif 11. KR : Konjungtor Korelatif 12. AK : Konjungtor Antarkalimat


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa tidak dapat dipisahkan dari manusia dan selalu diperlukan dalam setiap kegiatan. Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk menyampaikan sebuah informasi. Dalam konteks tulisan, bahasa harus disajikan sejelas mungkin agar dapat dipahami oleh pembaca sehingga informasi yang ingin disampaikan dapat tersalurkan dengan baik.

Bahasa tulis terdiri atas wacana-wacana yang tersusun secara kohesif. Wacana-wacana yang kohesif tersebut dapat membentuk sebuah tulisan berjenis sastra maupun nonsastra. Wacana tulis sastra dapat berupa puisi, cerpen, kumpulan cerpen, novel, novelet, maupun naskah drama. Dalam wacana tulis sastra diperlukan keterkaitan antara satuan-satuan bahasanya. Suatu tulisan bisa dikatakan baik apabila pembaca memperoleh efek yang sama dengan yang penulis inginkan. Untuk mendapatkan efek tersebut, wacana tulis sastra juga harus terbentuk dari satuan-satuan bahasa yang kohesif pula.

Dalam suatu karya sastra cerpen, wacana-wacana yang terdapat di dalamnya tidak hanya berwujud kalimat tunggal saja, melainkan juga kalimat majemuk. Menurut Alwi (2003: 39), kalimat tunggal adalah kalimat yang proposisinya satu dan karena itu predikatnyapun satu, sedangkan kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu proposisi sehingga memiliki paling tidak dua predikat


(21)

2

yang tidak dapat dijadikan satu kesatuan atau dengan kata lain memiliki dua klausa atau lebih. Klausa-klausa ini dihubungkan secara kohesif oleh pemarkah atau alat kohesi yang berfungsi mengikat dan membentuk keutuhan wacana. Alat kohesi tersebut dapat berupa satuan gramatik ataupun leksikal. Dalam satuan gramatik, ada suatu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur satu dengan unsur yang lain dalam wacana yaitu kata sambung atau konjungtor.

Untuk istilah kata sambung ini, beberapa pakar menyebutnya dengan konjungsi dan selebihnya dengan konjungtor, tetapi keduanya memiliki makna yang hampir sama. Hanya saja, Chaer (2008: 98) menggunakan istilah konjungsi sebagai kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata, antara frasa dengan frasa, antara klausa dengan klausa, atau anatara kalimat dengan kalimat. Kemudian, Alwi, dkk. (2003:296) menggunakan istilah konjungtor untuk menandai kata yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa. Dengan demikian, konjungsi/ konjungtor merupakan kata yang menjadi penghubung antara unsur bahasa sebelumnya dengan unsur bahasa setelahnya.

Penelitian mengenai konjungtor telah dilakukan oleh Rohmah dengan judul skripsi Penggunaan Konjungtor Intrakalimat dalam Skripsi Mahasiswa FKIP Unila Tahun 2007. Kemudian peneliti lainnya seperti Rizki yang meneliti konjungtor beserta jajarannya di dalam kata tugas dengan judul skripsi Penggunaan Kata Tugas dalam Rubrik “Opini” Surat Kabar Terbitan Bamdar Lampung Edisi 8-20 Desember 2008 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran


(22)

3

Bahasa Indonesia di SMA. Jika dilihat dari dua penelitian sebelumnya mengenai konjungtor, belum ada penelitian yang menggunakan karya sastra, khususnya cerpen sebagai alat atau medianya. Berikut contoh penggunaanya pada salah satu cerpen yang terdapat pada tabloid ibukota Top Idol edisi Oktober 2012 yang berjudulTas Pelangikarya Aristy Novia Putri.

1. Ela meneguk segelas airsambilmemandangi sosok perempuan yang sedang menjahit.

2. Hati Ela benar-benar tak bisa menerima kalau kain usang itu harus menempel di pundaknya.Namun, di sisi lain, dia enggak tega menolak pemberian ibu.

Konjungtor sambil pada contoh (1) digunakan pengarang untuk menghubungkan klausa menyatakan waktu. Konjungtor ini juga bisa digunakan di awal kalimat— yang mengawali anak kalimat—tetapi tidak merubah maknanya. Sehingga kalimatnya berubah menjadi seperti di bawah ini.

1. Sambilmemandangi sosok perempuan yang sedang menjahit, Ela meneguk segelas air.

Kemudian, konjungtor namun pada contoh (2) digunakan pengarang untuk menghubungkan kalimat yang menyatakan pertentangan dengan keadaan sebelumnya. Digunakan di awal suatu kalimat yang baru.

Beberapa contoh tersebut di ambil dari salah satu cerpen yang mungkin digunakan oleh guru untuk dibelajarkan kepada siswa. Siswa diajak untuk menganalisis cerpen, bukan sekadar struktur cerpen itu saja, komponen-komponen bahasa lainnya juga dapat dibelajarkan melalui cerpen, seperti kosa kata dan penggunaan konjungtor. Materi tentang cerpen yang dijadikan sebagai alat belajar siswa dalam


(23)

4

menganalisis strukturnya, dapat diperluas dengan menambahkan analisis unsur-unsur kebahasaannya. Dalam suatu kompetensi inti tidak secara eksplisit mengemukakan suatu materi tertentu. Hal itu berhubungan dengan kreativitas guru dalam memodifikasi dan mengolah bahan ajar agar siswa memiliki pengetahuan yang lebih luas. Materi yang masih bisa dikaitkan dengan penelitian mengenai konjungtor terdapat di dalam silabus Kurikulum 2013 untuk SMP kelas VII, yang tercantum dalam KI 4 (Kompetensi Inti 4) , yakni mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori serta KD 4.2 (Kompetensi Dasar 4.2) yakni menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis merasa penggunaan konjungtor pada kumpulan cerpen penting untuk diteliti. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai tugas akhir mahasiswa dan bahan ajar guru dan media atau sarana belajar bagi siswa. Dengan demikian, penulis membuat skripsi dengan judul “Konjungtor pada Kumpulan Cerpen Milana Karya Bernard Batubara dan Pembelajarannya di SMP”.


(24)

5

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah penggunaan konjungtor:

a) koordinatif pada kumpulan cerpenMilanakarya Bernard Batubara? b) subordinatif pada kumpulan cerpenMilanakarya Bernard Batubara? c) korelatif pada kumpulan cerpenMilanakarya Bernard Batubara? d) antarkalimat pada kumpulan cerpenMilanakarya Bernard Batubara?

2. Bagaimanakah skenario pembelajaran mengenai konjungtor menggunakan Kurikulum 2013 di SMP?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan penggunaan konjungtor:

a) koordinatif pada kumpulan cerpenMilanakarya Bernard Batubara. b) subordinatif pada kumpulan cerpenMilanakarya Bernard Batubara. c) korelatif pada kumpulan cerpenMilanakarya Bernard Batubara. d) antarkalimat pada kumpulan cerpenMilanakarya Bernard Batubara.

2. Mendeskripsikan skenario pembelajaran mengenai konjungtor menggunakan Kurikulum 2013 di SMP.

1.4 Manfaat Penelitian


(25)

6

1. menambah pengetahuan bagi penulis cerpen tentang penggunaan konjungtor, dan

2. guru bahasa Indonesia dalam membelajarkan penggunaan konjungtor dengan memanfaatkan cerpen sebagai media belajar.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. sumber data berupa kumpulan cerpenMilanakarya Bernard Batubara, dan 2. objek analisis adalah penggunaan konjungtor yang meliputi:

a. penggunaan konjungtor koordinatif, b. penggunaan konjungtor subordinatif, c. penggunaan konjungtor korelatif, dan d. penggunaan konjungtor antarkalimat.


(26)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Konjungtor

Konjungtor merupakan kata yang menjadi penghubung antara unsur bahasa sebelumnya dengan unsur bahasa setelahnya. Alwi, dkk. (2003: 296) mengemukakan konjungtor atau kata sambung sebagai kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa. Selain itu, Chaer (2008:98) mengistilahkan konjungsi sebagai kata penghubung, yaitu kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata, antara frasa dengan frasa, antara klausa dengan klausa, atau antara kalimat dengan kalimat.

Untuk istilah kata sambung ini, beberapa pakar menyebutnya dengan konjungsi, dan selebihnya dengan konjungtor, tetapi keduanya memiliki makna yang hampir sama. Kridalaksana dalam Kamus Linguistiknya menggunakan istilah yang sama yang digunakan oleh Chaer, konjungsi. Pengertian konjungsi menurut Kridalaksana (2008:131) tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh pakar sebelumnya, yaitu partikel yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf.


(27)

8

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, penulis menarik kesimpulan bahwa konjungtor/konjungsi tidak hanya menghubungkan satuan-satuan bahasa intrakalimat saja, melainkan juga antarkalimat. Konjungtor intrakalimat adalah konjungtor yang menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, dan klausa dengan klausa. Kemudian konjungtor antarkalimat adalah konjungtor yang menghubungkan dua kalimat yang utuh.

2.2 Ciri-Ciri Konjungtor

Setiap hal di dunia ini pasti memiliki ciri tertentu yang membedakan antara satu hal dengan lainnya. Begitu halnya dengan konjungtor. Berikut ciri konjungtor yang merupakan ciri kata tugas yang diuraikan oleh Alwi, dkk. (2003:297).

1. Hanya Memiliki Arti Gramatikal

Berbeda dengan kata dalam keempat kelas kata lainnya (verba, adjektiva, adberbia, dan nomina), kata tugas hanya memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat.

Contoh:

1) Bahasadanmatematika adalah dua hal yang berbeda.

Pada contoh tersebut, konjungtor dan tidak memiliki arti jika berdiri sendiri. Kata tersebut baru akan memiliki arti jika sudah bergabung di dalam suatu kalimat dan berfungsi sebagai kata yang menghubungkan satuan-satuan gramatik yang sederajat.


(28)

9

2. Tidak dapat Menjadi Dasar Kata

Ciri lain dari kata tugas adalah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar untuk membentuk kata lain. Sama halnya dengan konjungtor, tidak dapat menjadi dasar kata atau dengan kata lain tidak dapat bergabung dengan afiks.

Contoh:

2) Acara pameran lukisan itu dilaksanakan siangataumalam?

Konjungtor atau pada kalimat di atas bukanlah berfungsi sebagai dasar kata. Jika ditambahkan afiks justru menjadi kalimat yang tidak gramatikal.

*Acara pameran lukisan itu dilaksanakan siang mengataukan malam? (*tidak gramatikal).

3. Termasuk Kelas Kata Tertutup

Berlainan dengan kelas verba, adjektiva, adverbial, dan nomina yang merupakan kelas kata terbuka, kelas kata tugas merupakan kelas kata tertutup. Dalam kelas kata terbuka kita dengan mudah menambah kata dan menerima unsur bahasa lain sebagai kata baru atau padanan kata yang telah ada. Kita dengan mudah menyerap kata inspirasi menjadi verba bahasa Indonesia dari bahasa Inggris inspiration yang berarti ilham, sesuatu yang menggerakkan hati untuk mencipta. Contoh dalam kelas kata lain adalah verba mengedit, adjektiva moneter, dan adverbial rada (mahal). Hal seperti itu hampir tidak pernah terjadi untuk kelas kata tugas, khususnya konjungtor.


(29)

10

2.3 Jenis-Jenis Konjungtor

Chaer membagi konjungsi ke dalam tiga klasifikasi, yaitu, (1) konjungsi koordinatif, (2) konjungsi subordinatif, dan (3) konjungsi antarkalimat. Kemudian Alwi, dkk. mengklasifikasikan konjungtor menjadi empat jenis, yaitu (1) konjungtor koordinatif, (2) konjungtor korelatif, (3) konjungtor subordinatif, dan (4) konjungtor antarkalimat.

Dari pembagian konjungtor yang dilakukan oleh Chaer dan Alwi, dkk., ada perbedaan, yakni terletak pada konjungtor korelatif. Oleh karena itu, penulis mengacu pada pembagian konjungtor menurut Alwi, dkk., karena lebih lengkap dan sesuai dengan tujuan penelitian.

Dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungtor dibagi menjadi empat kelompok: (1) konjungtor koordinatif, (2) konjungtor korelatif, dan (3) konjungtor subordinatif. Di samping itu, ada pula (4) konjungtor antarkalimat, yang berfungsi pada tataran wacana (Alwi, dkk., 2003:297-302).

2.3.1 Konjungtor Koordinatif

Konjungtor koordinatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama, dengan kata lain kata atau klausa yang digabungkan setara. Kalimat yang dibentuk dengan menggunakan konjungtor koordinatif dinamakan kalimat majemuk setara. Ada beberapa bentuk konjungtor koordinatif menurut Alwi, dkk. (2003: 297), yaitu, dan, serta, atau, tetapi, melainkan, padahal, dan sedangkan. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.


(30)

11

1) Ia masih ingin duduk di taman berbekal kanvasdanalat lukis.

Konjungtor dan pada kalimat majemuk setara di atas menandai hubungan penambahan. Hubungan penambahan yang dimaksud adalah selain kanvas, alat lukis juga dibawa oleh pelaku Ia. Konjungsi dan membantu menghubungkan barang yang dibawa tersebut.

2) Ayah pulang membawakan roti dan selai kacangsertabingka ambon kesukaanku.

Konjungtor serta pada kalimat majemuk setara di atas menandai hubungan pendampingan dan berfungsi menghubungkan kata dengan kata.

3) Kamu lebih suka rumah yang besaratauminimalis?

Konjungtor atau pada kalimat majemuk setara di atas menandai hubungan pemilihan dan berfungsi menghubungkan kata dengan kata.

4) Aku benar-benar sudah mengantuk,tetapitugas-tugasku belum selesai juga.

Konjungtor tetapi pada kalimat majemuk setara di atas menandai hubungan perlawanan dan berfungsi menghubungkan klausa dengan klausa.

5) Ibunya bukan dokter,melainkanbidan.

Konjungtor melainkan pada kalimat majemuk setara di atas menandai hubungan perlawanan dan berfungsi menghubungkan frasa dengan frasa.

6) Riska tetap tidak mau belajar,padahalnilai-nilainya jelek.

Konjungtor padahal pada kalimat majemuk setara di atas menandai hubungan pertentangan dan berfungsi menghubungkan klausa dengan klausa.


(31)

12

Konjungtor sedangkan pada kalimat majemuk setara di atas menandai hubungan pertentangan dan berfungsi menghubungkan klausa dengan klausa.

Mengenai konjungtor dan dan atau, terkadang keduanya digunakan secara bersamaan. Dalam hal ini cara menulisnya adalah dengan menggunakan garis miring di antara kedua konjungtor tersebut:dan/atau.

8) Kami mengharapkan kehadiran Ketuadan/atauSekretaris.

Konjungsi dan/atau pada kalimat majemuk setara di atas menandai hubungan penambahan sekaligus pemilihan dan berfungsi menghubungkat kata dengan kata.

2.3.2 Konjungtor Subordinatif

Konjungtor subordinatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua klausa, atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama (Alwi, dkk.: 299). Salah satu dari klausa itu adalah anak kalimat. Penggabungan anak kalimat itu dengan induk kalimatnya menghasilkan kalimat majemuk bertingkat. Jika dilihat dari perilaku sintaksis dan semantiknya, konjungtor subordinatif dibagi menjadi tiga belas kelompok. Pembagiannya sebagai berikut.

1. Konjungtor Subordinatif Waktu

Konjungtor subordinatif waktu digunakan di awal klausa yang menjadi anak kalimat pada kalimat majemuk bertingkat. Klausa pertama atau klausa utama sebagai induk kalimat menyatakan suatu peristiwa atau perbuatan sedangkan klausa kedua atau klausa subordinatif sebagai anak kalimat menyatakan waktu terjadinya peristiwa yang ada di induk kalimat. Konjungtor bentuk ini ialah sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selagi,


(32)

13

selama, serta, sambil, demi, setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seusai, hingga,dan, sampai.Berikut contoh penggunaannya.

19) Sejakkecil, Ersa sudah dibiasakan menggosok gigi sebelum tidur. 20) SemenjakAyahnya meninggal, Septi menjadi anak yang pemurung. 21) Wahyu kesalsedaritadi menunggu Resky yang tak kunjung datang. 22) Nenek Ros sedang tertidur lelapsewaktugempa bumi terjadi. 23) Aku sedang memasakketikaseseorang mengetuk pintu rumah. 24) Tatkalasenja tenggelam, merekapun berpamitan.

25) Rita sedang mencoba untuk tidursementarasuara bising itu terus menggema.

26) Katerina bergegas pergibegitumendapat kabar tentang adiknya.

27) Dede pergi ke sekolahserayamenggandeng botol minum unik miliknya. 28) Selagiguru menerangkan, Opi mencatat sebisanya.

29) Dia tidak akan meninggalkan sahabatnyaselamadia tidak terluka. 30) Setibanya Ayah dari Bandung, Ayah membelikanku bonekaserta

menghadiahkan sepatu baru untuk kakak.

31) Tristan membereskan tempat tidursambilmendengarkan lagu. 32) Demibelahan jiwanya, apapun rela ia korbankan.

33) Dia pergi berlibur ke luar negerisetelahmendapatkan ijin cuti. 34) Laila mengambil air wudhusesudahmendengar kumandang adzan. 35) Sebelummeninggal, Ayah Joni meminta kemeja putih.

36) Adam selalu menggosok giginyasehabismakan.

37) Selesaimemasak, Ibu bersiap untuk menyusul adik di sekolahnya. 38) Acara ulang tahun Seli diadakanseusailebaran.


(33)

14

40) Sampaisaat ini, Hari tak pernah masuk sekolah.

Klausa subordinatif ini menyatakan waktu terjadinya peristiwa atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa utama. Hubungan waktu itu dapat dibedakan lagi menjadi (1) waktu batas permulaan, (2) waktu bersamaan, (3) waktu berurutan, dan

(4) waktu batas akhir terjadinya peristiwa atau keadaan (Alwi, dkk., 2003: 405).

1. Waktu Batas Permulaan

Konjungtor subordinatif waktu yang menandai waktu batas permulaan maksudnya konjungtor yang memiliki waktu awal dan akhir dalam fungsionalnya dalam suatu kalimat. Untuk menandai hubungan waktu batas permulaan, digunakan konjungtorsejak, semenjakdansedari.

2. Waktu Bersamaan

Hubungan waktu bersamaan menunjukkan bahwa peristiwa atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa subordinatif terjadi pada waktu yang bersamaan atau hampir bersamaan. Konjungtor yang dipakai untuk menyatakan hubungan itu antara lain, sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambil,dandemi.

3. Waktu Berurutan

Hubungan waktu berurutan menunjukkan bahwa yang dinyatakan dalam klausa utama lebih dahulu atau lebih kemudian daripada yang dinyatakan dalam klausa subordinatif. Konjungtor yang digunakan adalah setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai,danseusai.


(34)

15

4. Waktu Batas Akhir

Hubungan waktu batas akhir dipakai untuk menyatakan ujung suatu proses. Konjungtor yang digunakan antara lain,hinggadansampai.

2. Konjungtor Subordinatif Syarat

Konjungtor subordinatif yang menandai hubungan syarat ditandai dengan klausa subordinatifnya yang menyatakan syarat terlaksanya apa yang disebut dalam klausa utama. Konjungtor bentuk ini ialahjika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, dan manakala.Berikut beberapa contohnya.

41) Guntur dapat naik jabatanjikabulan ini omset penjualannya naik. 42) Kalautidak ada halangan, saya akan datang.

43) Pergilah kau ke Baliasal(kan)kau membelikanku oleh-oleh. 44) Tugas ini akan cepat selesaibilakau tekun.

45) Irene membuka matamanakalacahaya mentari menerobos masuk melalui jendela kamarnya.

3. Konjungtor Subordinatif Pengandaian

Konjungtor bentuk ini ialah andaikan, seandainya, umpamanya, dan sekiranya. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

46) Emak bisa pergi naik hajiandaikanmemiliki uang yang cukup. 47)Seandainyaaku tahu begini jadinya, aku tidak akan memulainya. 48)Umpamanyadia orangtuaku, aku pasti akan sungguh menderita. 49) Maukah kau tetap datangsekiranyaaku tidak bisa?


(35)

16

4. Konjungtor Subordinatif Tujuan

Konjungtor jenis ini ditandi dengan konjungtor subordinatif yang menandai hubungan tujuan atau harapan dalam klausa subordinatif dari apa yang dikemukakan dalam klausa utama. Konjungtor bentuk ini ialah agar, supaya dan biar.Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

50) Indri mengendap-endap keluar rumahagaribunya tidak tahu.

51) Janganlah membuang sampah sembarangansupayatidak terjadi banjir. 52) Friska mengenakan mantel tebalbiartidak kedinginan.

5. Konjungtor Subordinatif Konsesif

Konjungtor subordinatif yang menandai hubungan konsesif ditandai dengan keadaan dalam klausa subordinatif yang memiliki status absolut yang tidak bisa mengubah apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Konjungtor bentuk ini ialah biarpun, meski(pun), walau(pun), sekalipun, sungguhpun, dan kendati(pun). Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

53)Biarpun dia bukan lulusan luar negeri, Sani bisa membuktikan dirinya bekerja di perusahaan asing.

54)Meski(pun) dia baik, kita tidak boleh terlalu mempercayai orang asing sepertinya.


(36)

17

56)Sekalipunpanas terik, adikku tetap saja menjalankan hobi bermain bola di lapangan.

57)Sungguhpunaku bersabar, kau tetap mengulangi kesalahanmu lagi.

58) Masyarakat pedesaan tetap saja jarang menggunakan helm kendati(pun) pemerintah telah memberlakukan peraturan tentang pemaikain helm saat berkendara.

6. Konjungtor Subordinatif Pembandingan

Konjungtor jenis ini ditandai dengan konjungtor subordinatif yang menandai hubungan pembandingan yang terdapat dalam klausa subordinatif yang menyatakan pembandingan atau kemiripan dengan apa yang dinyatakan pada klausa utama. Konjungtor bentuk ini ialah seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, dan alih-alih. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

59) Dia tidak takut matiseakan-akandia memiliki sembilan nyawa.

60) Asti membawa banyak barang untuk bermalam dirumahku seolah-olahia hendak pergi ke luar kota saja.

61)SebagaimanaAyahnya berpesan, dia tidak pernah tidak masuk sekolah. 62) Dia menyayangi anak kecil itusepertianak kandungnya sendiri.

63) Dosen juga merangkapsebagaiorangtua kita di kampus. 64)Laksanahujan, air mataku menetes deras di pipi.

65) Mai merasa sangat bebas sekali ibarat burung yang terlepas dari sangkarnya.

66) Bayu lebih baik pulang daripada ikut teman-temannya minum-minuman keras.


(37)

18

67)Alih-alih mendapatkan hadiah, Pak Bambang justru harus membayar denda keterlambatan pengembalian uang.

7. Konjungtor Subordinatif Sebab

Konjungtor ini ditandai dengan konjungtor subordinatif yang menyatakan sebab atau alasan terjadinya suatu kejadian dalam klausa subordinatif dari apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Konjungtor bentuk ini ialah sebab, karena, oleh karena,danoleh sebab.Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

68) Okta tidak dapat masuk sekolahsebabia baru saja mengalami kecelakaan. 69)Karenadirimu, aku bisa berjuang menghadapi hidup ini.

70) Mila tidak pernah mendapatkan nilai burukoleh karena ia rajin belajar dan disiplin.

71) Jakarta kebanjiran oleh sebabmasyarakatnya masih membuang sampah di sungai.

8. Konjungtor Subordinatif Hasil

Konjungtor ini ditandai dengan konjungtor subordinatif yang menandai hubungan hasil dalam klausa subordinatif sebagai akibat dari apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Konjungtor bentuk ini ialah sehingga, sampai(-sampai), dan maka(nya).Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

72) Akri tidak masuk sekolah selama empat bulansehinggaia dikeluarkan dari sekolah.

73) Teman-teman Sari membohonginya sampai(-sampai) tega meninggalkannya.

74) Ia merasa jauh tertinggal maka(nya) ia berusaha mengejar ketertinggalannya.


(38)

19

9. Konjungtor Subordinatif Alat

Konjungtor ini ditandai dengan konjungtor subordinatif yang menandai hubungan alat dalam klausa subordinatif yang digunakan dari apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Konjungtor bentuk ini ialah dengan dan tanpa. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

75)Denganrestu dari kakanya, Dwi akan menikahi gadis pujaanya.

76) Elva tidak bisa konsentrasi dalam belajar tanpa memutar lagu kesukaannya.

10. Konjungtor Subordinatif Cara

Konjungtor ini ditandai dengan konjungtor subordinatif yang menandai hubungan cara dalam klausa subordinatif tentang pelaksanaan dari apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Konjungtor bentuk ini ialah dengan dan tanpa. Konjungtor yang termasuk dalam konjungtor subordinatif cara sama dengan konjungtor yang ada di konjungtor subordinatif alat. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

77) Keluarga Pak Samsul pindah rumahdenganbantuan mobil tetangganya. 78)Tanpauang, para penjahat itu tidak akan melepaskan sanderanya.

11. Konjungtor Subordinatif Komplementasi

Konjungtor ini ditandai dengan konjungtor subordinatif yang menandai hubungan komplementasi dalam klausa subordinatif tentang melengkapi apa yang


(39)

20

dinyatakan dalam klausa utama. Konjungtor bentuk ini ialah bahwa. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

79) Dia merasa yakinbahwadirinya akan lulus audisi menyanyi.

12. Konjungtor Subordinatif Atribut

Konjungtor bentuk ini ialahyang.Alwi, dkk. menyebut klausa relatif sebagai hasil dari penggunaan konjungtor jenis ini (2003:411). Klausa relatif yang dimaksud adalah klausa yang dianggap sebagai penjelas atau dengan kata lain klausa yang paling penting yang biasanya bagian yang paling ditekankan atau paling ditonjolkan. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

80) Wisra memakan kue bonekayangdibelikan ibunya tadi pagi. 13. Konjungtor Subordinatif Perbandingan

Perbandingan yang dimaksud ialah hubungan komparatif, artinya ada sesuatu yang dibandingkan, ada sesuatu yang dibedakan antara klausa utama dengan klausa subordinatif yang memiliki tingkat perbandingan yang berbeda. Untuk konjungtor subordinatif jenis ini terdiri atas dua kata yang dipisahkan baik oleh kata, frasa, maupun klausa. Konjungtor bentuk ini ialah sama… dengan dan lebih… dari(pada).Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

81) Nilai yang diperoleh Marsyasamabaiknyadengannilai Agung. 82) Ayalebihsenang sendiridari(pada)berkumpul dengan banyak orang.


(40)

21

Alwi, dkk., mengartikan konjungtor korelatif sebagai konjungtor yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama (2003: 298). Konjungtor korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan. Beberapa bentuk konjungtor korelatif yakni, baik… maupun, tidak hanya…, tetapi juga, bukan hanya…, melainkan juga, demikian… sehingga, sedemikian rupa… sehingga, apa(kah)… atau, entah… entah, dan jangankan…, pun. Berikut ini contoh penggunaannya pada kalimat.

83)Baikdiamaupunaku tidak tertarik padamu.

Konjungtor baik… maupun pada contoh kalimat di atas merupakan penghubung yang terdiri dari kata baik dan maupun, yang menghubungkan kata dia dengan aku.

84) Kaliantidak hanyapintar,tetapi jugadermawan.

Konjungtor tidak hanya…, tetapi juga pada contoh kalimat di atas merupakan penghubung yang terdiri dari kata tidak hanya dan tetapi juga, yang menghubungkan frasakalian pintardengan frasakalian dermawan.

85)Bukan hanyaibu,melainkan jugaayah menentang keputusanku.

Konjungtor bukan hanya…, melainkan juga pada contoh kalimat di atas merupakan penghubung yang terdiri dari kata bukan hanya dan melainkan juga, yang menghubungkan kata ibu dengan ayah.


(41)

22

Konjungtor demikian…, sehingga pada contoh kalimat di atas merupakan penghubung yang terdiri dari katademikian dansehingga, yang menghubungkan klausahujan yang derasdengan klausaaku tak bisa pulang.

87) Intan berdandansedemikian rupacantiknya,sehinggakekasihnya takjub. Konjungtor sedemikian rupa…, sehingga pada contoh kalimat di atas merupakan penghubung yang terdiri dari kata sedemikian rupa dan sehingga, yang menghubungkan frasaIntan berdandan cantikdengan frasakekasihnya takjub.

88)Apa(kah)kamu ikutatautidak, aku tidak peduli.

Konjungtorapa(kah)…,ataupada contoh kalimat di atas merupakan penghubung yang terdiri dari kata apa(kah) dan atau, yang menghubungkan frasa kami ikut atau tidakdengan frasaaku tidak peduli.

89)Entahbesokentahlusa, Ayah berangkat ke Singapura.

Konjungtor entah… entah pada contoh kalimat di atas merupakan penghubung yang terdiri dari kata entah dan entah, yang menghubungkan kata besok dengan lusa.

90)Jangankankemauan, rasa ingin tahupuntidak ada.

Konjungtorjangankan… pun pada contoh kalimat di atas merupakan penghubung yang terdiri dari kata jangankan dan pun, yang menghubungkan kata atau frasa yang dipisahkan oleh konjungtor tersebut.


(42)

23

2.3.4 Konjungtor Antarkalimat

Alwi, ddk. (2003: 300) mengartikan konjungtor antarkalimat sebagai penghubung antar satu kalimat dengan kalimat yang lain. Oleh karena itu, konjungtor macam itu selalu memulai suatu kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Kemudian Alwi, dkk. (2003: 302) menyimpulkan bahwa konjungtor antarkalimat merangkaikan dua kalimat, tetapi masing-masing merupakan kalimat sendiri-sendiri. Konjungtor bentuk ini ialah biarpun demikan/begitu, sekalipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, meskipun demikian/begitu, sungguhpun demikian/begitu, kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya, tambahan pula, lagi pula, selain itu, sebaliknya, sesungguhnya, bahwasanya, malah(an), bahkan, (akan) tetapi, namun, kecuali itu, dengan demikian, oleh karena itu, oleh sebab itu, dan sebelum itu. Berikut contoh penggunaannya dalam kalimat.

91) Putri benci pelajaran matematika.Biarpun demikian/begituia tetap berusaha mengerjakan soal-soalnya.

92) Perjalanan Lampung-Bali sangatlah jauh.Sekalipun demikian/begituIpal tetap nekat untuk pergi.

93) Syahrini adalah artis yang sukses.Walaupun demikian/begitudia tetap bersahaja.

94) Edwar tidak memiliki arah dan tujuan.Meskipun demikian/begitudia tetap saja berjalan.

95) Cuaca hari ini benar-benar dingin.Sungguhpun demikian/begituNansi tidak mengenakan mantel tebal.

96) Aku menutup tirai jendela.Kemudian,aku menutup pintu kamar tidurku. 97) Kami berencana mampir ke rumah makan.Sesudah itu,mampir ke


(43)

24

98) Ibu berbelanja perlengkapan dapur.Setelah itu,ibu membeli buku bacaan untuk adikku.

99) Manusia hanya berusaha dan berdoa.Selanjutnya,serahkan semuanya pada Tuhan.

100) Anak kucing itu terpisah dari ibunya.Tambahan pula, ia kedinginan. 101) Harry berlumuran keringat.Lagi pula,baju yang dikenakan cukup

tebal.

102) Ratih mengidap penyakit asma.Selain itu,dia juga terkena mag akut. 103) Kai sangat bagus dalam bidang tarik suara.Sebaliknya, dia lemah di

bidang menari.

104) Apapun yang masuk ke dalam tenggorokannya, pasti akan

dimuntahkannya lagi.Sesungguhnya,penyakit mag-nya sudah kronis. 105) Segala yang terjadi di langit maupun bumi adalah kehendak yang kuasa.

Bahwasanya,semua sudah ditakdirkan.

106) Aku tidak mengerti apa motivasi mereka.Malah(an),aku benar-benar tidak paham jalan pikirannya.

107) Aku sudah cukup pandai mengendarai mobil.Bahkan,aku pernah membawanya ke rumah saudaraku yang lumayan jauh.

108) Hujan memang sudah reda.(akan) Tetapi,kita harus selalu sedia payung.

109) Aku mau saja ikut dengannya.Namun,aku tidak memiliki uang yang cukup.

110) Aku tidak akan pernah merasa takut mengakuinya.Kecuali itu,aku terbukti bersalah.

111) Leni mengerjakan tugas-tugasnya.Dengan demikian,dia bisa berlibur dengan tenang.

112) Suara Sean begitu bagus dan merdu.Oleh karena itu,para juri sangat terpukau.

113) Vivin terlalu takut untuk tidur sendirian.Oleh sebab itu,dia selalu tidur dengan ibunya.

114) Maya tidur dengan sangat pulas.Sebelum itu,ia berolahraga sampai kelelahan.


(44)

25

2.4 Pengertian Cerpen

Sesuai namanya, cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra yang singkat atau pendek. Menurut Suyanto (2012: 46), cerpen adalah cerita berbentuk prosa pendek yang harus memiliki efek tunggal dan tidak kompleks. Kemudian, menurut Suroto (1989: 18), cerpen atau cerita pendek adalah suatu karangan prosa yang berisi cerita sebuah peristiwa kehidupan manusia pelaku/tokoh dalam cerita tersebut. Ukuran yang dipergunakan hanyalah kesingkatan dan kepadatan ceritanya serta penonjolan suatu peristiwa yang benar-benar dianggap penting.

Kesingkatan yang dimaksud adalah sebuah cerpen haruslah pendek, pemaparan dari setiap peristiwa disajikan sesingkat mungkin. Sedangkan, keterpaduan maksudnya unsur-unsur yang membangun cerpen haruslah utuh dan padu walaupun dengan pemaparan yang singkat.

Nugroho dalam Tarigan (2011: 179) mengatakan bahwa cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri. Oleh karena itu, cerita pendek pada umumnya bertema sederhana. Jumlah tokohnya terbatas. Jalan ceritanya tidak kompleks dan latarnya meliputi ruang lingkup yang terbatas.


(45)

26

2.5 Karakteristik Cerpen

Menurut Tarigan (2011: 180-181) cerpen memiliki karakteristik yang membedakannya dengan karya sastra lainnya. Tarigan menyimpulkan bahwa cerpen memiliki beberapa ciri yang diklasifikasikan sebagai berikut.

1. Ciri-ciri utama cerita pendek adalah: singkat, padu, dan intensif (brevity, vunity, and intensity).

2. Unsur-unsur atama cerita pendek adalah: adegan, tokoh, dan gerak (scene, character, and action).

3. Bahasa cerita pendek haruslah tajam, sugestif, dan menarik perhatian (incisive, suggestive, and alert).

4. Cerita pendek haruslah mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

5. Sebuah cerita pendek haruslah menimbulkan suatu efek dalam pikiran pembaca.

6. Cerita pendek haruslah menimbulkan perasaan pada pembaca bahwa jalan cerita yang pertama menarik perasaan dan baru kemudian menarik pikiran. 7. Cerita pendek mengandung detail-detail dan insiden-insiden yang dipilih

dengan sengaja, dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran pembaca.

8. Dalam sebuah cerita pendek, sebuah insiden yang terutama menguasai jalan cerita.

9. Cerita pendek haruslah memiliki seorang pelaku utama.

10. Cerita pendek haruslah memiliki suatu efek atau kesan yang menarik. 11. Cerita pendek bergantung pada (satu) situasi.


(46)

27

12. Cerita pendek memberi impresi tunggal.

13. Cerita pendek memberikan suatu kebulatan efek. 14. Cerita pendek menyajikan satu emosi.

15. Jumlah kata yang terdapat dalam cerita pendek biasanya di bawah 10.000 kata, tidak boleh lebih dari 10.000 kata (atau kira-kira 33 halaman kuarto spasi rangkap).

2.6 Pembelajaran Konjungtor Menggunakan Kurikulum 2013 di SMP

Pada umumnya, belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Dalam berbagai kondisi berkomunikasi manapun, kita dituntut untuk memiliki keterampilan berbahasa yang luwes. Semua tujuan percakapan yang hendak kita sampaikan kepada orang lain sangat bergantung pada kualitas bahasa yang kita tuturkan. Oleh karena itu, berbahasa atau berkomunikasi yang baik harus dibelajarkan sedini mungkin.

Sebagai calon guru, kita dituntut untuk memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni agar kita dapat mengajarkan kepada siswa untuk meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, baik keterampilan yang bersifat reseptif (membaca dan mendengarkan) maupun yang bersifat produktif (berbicara dan menulis). Tugas utama kita sebagai guru adalah mengarahkan siswa untuk dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang baik secara lisan maupun tulisan.

Dalam berbahasa tulis, haruslah memerhatikan keefektifan kalimat. Suatu tulisan bisa dikatakan baik apabila pembaca memperoleh efek yang sama dengan yang penulis inginkan. Untuk mendapatkan efek tersebut, wacana tulis harus terbentuk


(47)

28

dari kalimat-kalimat yang efektif. Kalimat yang efektif ditandai dengan kepadanan unsur gramatikalnya, ketepatan diksinya, tidak bertele-tele, logis, dan memiliki kepaduan. Kepaduan yang dimaksud ialah antara satu kata dengan kata lainnya memiliki hubungan, atau frasa dengan frasa lainnya, atau klausa dengan klausa lainnya, bahkan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya memiliki hubungan yang disatukan oleh suatu penghubung atau penyambung. Dalam konteks ini, penghubung atau penyambung yang dimaksud adalah kata hubung, yang biasa disebut konjungsi/konjungtor.

Penggunaan konjungtor banyak ditemukan pada setiap kegiatan berbahasa, baik itu pada wacana lisan maupun wacana tulis. Wacana tulis meliputi majalah, surat kabar, novel, cerpen, dan lainnya.

Media belajar seperti cerpen juga banyak digunakan oleh guru dalam membelajarkan banyak hal kepada siswa. Siswa bisa diajak untuk menganalisis cerpen, bukan sekadar struktur cerpen itu saja, komponen-komponen bahasa lainnya juga dapat dibelajarkan melalui cerpen, seperti kosa kata dan penggunaan konjungtor. Materi tentang cerpen yang dijadikan sebagai alat belajar siswa dalam menganalisis strukturnya, dapat diperluas dengan menambahkan analisis unsur-unsur kebahasaannya. Dalam suatu kompetensi inti tidak secara eksplisit mengemukakan suatu materi tertentu. Hal itu berhubungan dengan kreativitas guru dalam memodifikasi dan mengolah bahan ajar agar siswa memiliki pengetahuan yang lebih luas. Materi yang masih bisa dikaitkan dengan penelitian mengenai konjungtor terdapat di dalam silabus Kurikulum 2013 untuk SMP kelas VII, yang tercantum dalam KI 4 (Kompetensi Inti 4) , yakni mencoba, mengolah,


(48)

29

dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori serta KD 4.2 (Kompetensi Dasar 4.2) yakni menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan.


(49)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sukardi (2008: 162-163), metode deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat. Dengan menggunakan metode tersebut, penulis membuat deskripsi mengenai penggunaan konjungtor pada kumpulan cerpen Milanakarya Bernard Batubara dan pembelajarannya di SMP.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara sebanyak 5cerpen dengan judul cerpen yaitu, Beberapa Adegan yang Tersembunyi di Pagi Hari, Tikungan, Surat Untuk Fa, Hanya Empat Putaran, dan Milana. Walaupun penelitian ini bersifat linguis dan hanya menjadikan cerpen sebagai objek yang diteliti, peneliti tetap mengkaji cerpen secara menyeluruh. Hal tersebut dikarenakan penelitian ini diimplikasikan kepada siswa SMP kelas VII yang masih tergolong anak-anak.


(50)

31

Yang tergolong anak, menurut Somantri dalam Kurniawan (2009: 39), adalah orang yang berusia 2 tahun sampai sekitar 12-13 tahun atau bila dipetakan dengan jenjang pendiidkannya adalah TK, SD, dan SMP. Menurut Kurniawan (2009: 22), sastra yang tergolong ke dalam sastra anak tentunya mengacu kepada; kehidupan cerita yang berkorelasi dengan dunia anak-anak (dunia yang dipahami anak) dan bahasa yang digunakan sesuai dengan perkembangan intelektual dan emosional anak (bahasa yang dipahami anak). Kemudian Teeuw dalam Kurniawan (2009: 23) mengungkapkan bahwa pemahaman anak terhadap sastra dilihat dari tiga kode, yaitu kode bahasa, kode budaya, dan kode sastra. Teeuw meramu ketiga kode tersebut sebagai sesuatu yang harus ada pada sastra anak, bahwa sastra yang akan disajikan harus disesuaikan dengan sasaran agar sastra tersebut mudah dipahami.

Kelima cerpen yang dipilih peneliti sudah dikaji secara menyeluruh, tidak hanya keberagaman konjungtornya saja, melainkan juga karakteristik cerpen tersebut. Peneliti menyesuaikan cerpen dengan sasaran implikasi penelitian. Dalam hal ini siswa SMP yang masih tergolong anak-anak. Oleh karena itu, peneliti memilih lima cerpen dari lima belas cerpen yang ada selain cerpen tersebut memiliki unsur konjungtor yang representatif dan variatif, cerpen tersebut memiliki tema cerita yang sesuai dengan kebudayaan Indonesia, bahasa dan pemilihan bahasanya mudah dipahami, dan sesuai dengan perkembangan anak.


(51)

32

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data melalui dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah teknik memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat (Sukardi, 2003: 81). Dalam konteks ini, peneliti menggunakan lima cerpen yang diambil dari buku kumpulan cerpen Milanakarya Bernard Batubara.

3.4 Teknik Analisis Data

Peneliti menganalisis data dengan cara mendokumentasikan, mendeskripsikan, menganalisis, dan mempresentasekan penggunaan konjungtor yang terdapat pada kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara sebagai sumber datanya. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut.

1. Mendokumentasikan data;

2. Melingkari atau menggarisbawahi penggunaan konjungtor pada kumpulan cerpenMilanakarya Bernard Batubara;

3. Menganalisis penggunaan konjungtor dalam kutipan kalimat; 4. Mengelompokkan penggunaan konjungtor berdasarkan jenisnya;

5. Mempersentasekan tingkat penggunaan konjungtor dengan menggunakan rumus

Jumlah penggunaan konjungtor

Jumlah seluruh penggunaan konjungto


(52)

8

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, penggunaan konjungtor koordinatif yang ditemukan adalah (a) penanda hubungan penambahan dan, (b) penanda hubungan pendampingan serta, (c) penanda hubungan pemilihan atau, (d) penanda hubungan perlawanan tetapi. Penggunaan konjungtor subordinatif yang ditemukan yaitu, (a) penanda hubungan waktu sejak, semenjak, sedari, ketika, seraya, selama, sambil, setelah, sebelum, hingga, dan sampai, (b) penanda hubungan syarat jika, kalau, asal(kan), dan bila, (c) penanda hubungan tujuan agar dan supaya, (d) penanda hubungan konsesif meski(pun) dan walau(pun), (e) penanda hubungan pembandingan seakan-akan, seolah-olah, seperti, sebagai, dan ibarat, (f) penanda hubungan sebab sebab dan karena, (g) penanda hubungan hasil sehingga dan maka(nya), (h) penanda hubungan alat dengan dan tanpa, (i) penanda hubungan cara dengan dan tanpa, (j) penanda hubungan komplementasibahwa,(k) penanda hubungan atribut yang,(l) penanda hubungan perbandinganlebih…daripada.

Penggunaan konjungtor korelatif yang ditemukan yaitu baik…maupun. Penggunaan konjungtor antarkalimat yang ditemukan yaitu, (a) penanda hubungan pertentangan namun, (b) penanda hubungan kelanjutan dalam kemudian, (c) penanda hubungan sebenarnya sesungguhnya danbahwasanya, (d)


(53)

79

penanda hubungan penguatan malah(an) dan bahkan, (e) penanda hubungan eksklusif-inklusif kecuali itu, (f) penanda hubungan akibat oleh karena itu dan oleh sebab itu.

Hasil penelitian ini dapat diimplikasikan sebagai bahan ajar. Materi yang bisa dikaitkan dengan penelitian ini terdapat dalam KI 4 (Kompetensi Inti 4) , yakni mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori serta KD 4.2 (Kompetensi Dasar 4.2) yakni menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Cerpen, melalui fitur bahasanya, digunakan sebagai media dalam membelajarkan konjungtor yang digunakan sebagai alat untuk merangkaikan satuan-satuan bahasa dan menjadikannya sebagai gagasan-gagasan pembentuk isi cerpen.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan tersebut, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk membelajarkan konjungtor dalam menganalisis penggunaan jenis-jenis konjungtor, seperti konjungtor koordinatif, konjungtor subordinatif, konjungtor korelatif, dan konjungtor antarkalimat;


(54)

80

2. guru bahasa Indonesia, hendaknya dapat membelajarkan konjungtor dengan baik sekalipun dalam pembelajaran sastra agar setidaknya siswa mengerti cara mengaplikasikan konjungtor dalam jenis wacana apapun dengan benar. Hal itu berkaitan dengan penggunaan Kurikulum 2013 yang sifatnya tematik yang memungkinkan guru membelajarkan banyak hal dalam satu bahasan; dan 3. guru yang mengajar bahasa Indonesia, hendaknya dapat memanfaatkan cerita

pendek sebagai media belajar dalam memberikan contoh penggunaan konjungtor baik yang ada di dalam surat kabar, tabloid, maupun buku kumpulan cerpen.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk. 2003.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

Batubara, Bernard. 2013.Kumpulan Cerpen Milana, Perempuan yang Menunggu Senja.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Cahyono, Aris. 2013.Unduh Buku pegangan Guru SMP Kurikulum 2013 (Online). Tersedia

https://docs.google.com/file/d/oB-X65QFtfGfcdTV1Z0Z2RTF2djg/ preview?pli=1.html.

Chaer, Abdul. 2008.Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses).Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Kridalaksana, Harimurti. 2008.Kamus Linguistik Edisi Keempat.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kurniawan, Heru. 2003.Sastra Anak (dalam Kajian Strukturalisme, Sosiologi, Semiotika, hingga Penulisan Kreatif).Yogyakarta: Graha Ilmu.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2010.Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.Bandung: Yrama Widya.

Sukardi. 20008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Yogyakarta: Bumi Aksara.


(56)

Suyanto, Edi. 2011.Membina, Memelihara, dan Menggunakan Bahasa Indonesia Secara Baik.Yogyakarta: Ardana Media.

___________. 2012.Perilaku Tokoh dalam Cerpen Indonesia (Kajian Sosio-Psikosastra terhadap Cerpen Agus Noor dan Joni Ariadinata).Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Tarigan, Henry Guntur. 1995.Pengajaran Morfologi.Bandung: Angkasa.

___________________. 2011.Prinsip-Prinsip Dasar Sastra.Bandung: Angkasa.

Tussolekha, Rohmah. 2009.Penggunaan Konjungtor Intrakalimat dalam Skripsi Mahasiswa FKIP Unila Tahun 2007(Skripsi).Bandar Lampung:

Universitas Lampung.

Yosyha, Rizki Andina. 2009.Penggunaan Kata Tugas dalam Rubrik “Opini” Surat Kabar Terbitan Bamdar Lampung Edisi 8-20 Desember 2008 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA(Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.


(1)

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data melalui dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah teknik memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat (Sukardi, 2003: 81). Dalam konteks ini, peneliti menggunakan lima cerpen yang diambil dari buku kumpulan cerpen Milanakarya Bernard Batubara.

3.4 Teknik Analisis Data

Peneliti menganalisis data dengan cara mendokumentasikan, mendeskripsikan, menganalisis, dan mempresentasekan penggunaan konjungtor yang terdapat pada kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara sebagai sumber datanya. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut.

1. Mendokumentasikan data;

2. Melingkari atau menggarisbawahi penggunaan konjungtor pada kumpulan cerpenMilanakarya Bernard Batubara;

3. Menganalisis penggunaan konjungtor dalam kutipan kalimat; 4. Mengelompokkan penggunaan konjungtor berdasarkan jenisnya;

5. Mempersentasekan tingkat penggunaan konjungtor dengan menggunakan rumus

Jumlah penggunaan konjungtor

Jumlah seluruh penggunaan konjungto


(2)

8

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, penggunaan konjungtor koordinatif yang ditemukan adalah (a) penanda hubungan penambahan dan, (b) penanda hubungan pendampingan serta, (c) penanda hubungan pemilihan atau, (d) penanda hubungan perlawanan tetapi. Penggunaan konjungtor subordinatif yang ditemukan yaitu, (a) penanda hubungan waktu sejak, semenjak, sedari, ketika, seraya, selama, sambil, setelah, sebelum, hingga, dan sampai, (b) penanda hubungan syarat jika, kalau, asal(kan), dan bila, (c) penanda hubungan tujuan agar dan supaya, (d) penanda hubungan konsesif meski(pun) dan walau(pun), (e) penanda hubungan pembandingan seakan-akan, seolah-olah, seperti, sebagai, dan ibarat, (f) penanda hubungan sebab sebab dan karena, (g) penanda hubungan hasil sehingga dan maka(nya), (h) penanda hubungan alat dengan dan tanpa, (i) penanda hubungan cara dengan dan tanpa, (j) penanda hubungan komplementasibahwa,(k) penanda hubungan atribut yang,(l) penanda hubungan perbandinganlebih…daripada.

Penggunaan konjungtor korelatif yang ditemukan yaitu baik…maupun.

Penggunaan konjungtor antarkalimat yang ditemukan yaitu, (a) penanda hubungan pertentangan namun, (b) penanda hubungan kelanjutan dalam kemudian, (c) penanda hubungan sebenarnya sesungguhnya danbahwasanya, (d)


(3)

eksklusif-inklusif kecuali itu, (f) penanda hubungan akibat oleh karena itu dan oleh sebab itu.

Hasil penelitian ini dapat diimplikasikan sebagai bahan ajar. Materi yang bisa dikaitkan dengan penelitian ini terdapat dalam KI 4 (Kompetensi Inti 4) , yakni mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori serta KD 4.2 (Kompetensi Dasar 4.2) yakni menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Cerpen, melalui fitur bahasanya, digunakan sebagai media dalam membelajarkan konjungtor yang digunakan sebagai alat untuk merangkaikan satuan-satuan bahasa dan menjadikannya sebagai gagasan-gagasan pembentuk isi cerpen.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan tersebut, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk membelajarkan konjungtor dalam menganalisis penggunaan jenis-jenis konjungtor, seperti konjungtor koordinatif, konjungtor subordinatif, konjungtor korelatif, dan konjungtor antarkalimat;


(4)

80

2. guru bahasa Indonesia, hendaknya dapat membelajarkan konjungtor dengan baik sekalipun dalam pembelajaran sastra agar setidaknya siswa mengerti cara mengaplikasikan konjungtor dalam jenis wacana apapun dengan benar. Hal itu berkaitan dengan penggunaan Kurikulum 2013 yang sifatnya tematik yang memungkinkan guru membelajarkan banyak hal dalam satu bahasan; dan 3. guru yang mengajar bahasa Indonesia, hendaknya dapat memanfaatkan cerita

pendek sebagai media belajar dalam memberikan contoh penggunaan konjungtor baik yang ada di dalam surat kabar, tabloid, maupun buku kumpulan cerpen.


(5)

Pustaka.

Batubara, Bernard. 2013.Kumpulan Cerpen Milana, Perempuan yang Menunggu Senja.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Cahyono, Aris. 2013.Unduh Buku pegangan Guru SMP Kurikulum 2013 (Online). Tersedia

https://docs.google.com/file/d/oB-X65QFtfGfcdTV1Z0Z2RTF2djg/ preview?pli=1.html.

Chaer, Abdul. 2008.Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses).Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Kridalaksana, Harimurti. 2008.Kamus Linguistik Edisi Keempat.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kurniawan, Heru. 2003.Sastra Anak (dalam Kajian Strukturalisme, Sosiologi, Semiotika, hingga Penulisan Kreatif).Yogyakarta: Graha Ilmu.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2010.Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.Bandung: Yrama Widya.

Sukardi. 20008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Yogyakarta: Bumi Aksara.


(6)

Suyanto, Edi. 2011.Membina, Memelihara, dan Menggunakan Bahasa Indonesia Secara Baik.Yogyakarta: Ardana Media.

___________. 2012.Perilaku Tokoh dalam Cerpen Indonesia (Kajian Sosio-Psikosastra terhadap Cerpen Agus Noor dan Joni Ariadinata).Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Tarigan, Henry Guntur. 1995.Pengajaran Morfologi.Bandung: Angkasa.

___________________. 2011.Prinsip-Prinsip Dasar Sastra.Bandung: Angkasa.

Tussolekha, Rohmah. 2009.Penggunaan Konjungtor Intrakalimat dalam Skripsi Mahasiswa FKIP Unila Tahun 2007(Skripsi).Bandar Lampung:

Universitas Lampung.

Yosyha, Rizki Andina. 2009.Penggunaan Kata Tugas dalam Rubrik “Opini” Surat Kabar Terbitan Bamdar Lampung Edisi 8-20 Desember 2008 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA(Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.


Dokumen yang terkait

KONOTASI PADA KUMPULAN CERPEN PEREMPUAN DI RUMAH PANGGUNG KARYA ISBEDY STIAWAN ZS DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMP

2 87 49

PENGGUNAAN MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI SUTRADARA ITU MENGHAPUS DIALOG KITA KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

12 161 77

KARAKTERISASI TOKOH UTAMA DALAM KUMPULAN CERPEN CELENG SATU CELENG SEMUA KARYA TRIYANTO TRIWIKROMO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

1 8 54

FRASE PREPOSISIONAL DI PADA KUMPULAN CERPEN Frase Preposisional Di Pada Kumpulan Cerpen Berjuta Rasanya Karya Tere Liye:Kajian Sintaksis.

0 3 12

FRASE PREPOSISIONAL DI PADA KUMPULAN CERPEN Frase Preposisional Di Pada Kumpulan Cerpen Berjuta Rasanya Karya Tere Liye:Kajian Sintaksis.

0 0 14

KAJIAN BAHASA TABU DAN EUFEMISME PADA KUMPULAN CERPEN “SENYUM KARYAMIN” Kajian Bahasa Tabu dan Eufemisme pada Kumpulan Cerpen “Senyum Karyamin” Karya Ahmad Tohari.

0 2 13

“Mistik dalam Kumpulan Cerpen Godlob Karya Danarto”.

1 13 20

Konflik Batin Tokoh Utama dalam Kumpulan Cerpen Milana Karya Bernard Batubara dan Relevansinya sebagai Bahan Ajar Teks Cerita Pendek pada Siswa SMA Kelas XI (Tinjauan Psikologi Sastra).

0 0 16

this PDF file KUMPULAN CERPEN MILANA, PEREMPUAN YANG MENUNGGU SENJA KARYABERNARD BATUBARA : KAJIAN STILISTIKA SEBAGAI MATERI AJAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS | Deska A | BASASTRA 1 SM

4 27 14

Kajian Stilistika pada Kumpulan Cerpen Milana; Perempuan yang Menunggu Senja Karya Bernard Batubara dan Relevansinya sebagai Materi Ajar di Sekolah Menengah Atas - UNS Institutional Repository

0 4 19