Interaksi Nabi Dengan non-Muslim Dalam Kerukunan

hamba-Nya yang taat akan selamat dari murka-Nya. Dia melihat dan menyaksikan amal perbuatan hamba-hamba-Nya. Amma ba‟du: aku memuji Allah padamu yang tidak ada Tuhan selain Dia, yang Maha Menguasai, Maha Suci, Maha Penyelamat, Maha Pemberi Aman, dan Maha Pembeda. Aku bersaksi bahawa Isa anakMaryam ruh Allah, dan firman-Nya yang diberikan kepada Maryam yang suci lagi perawan, lalu ia hamil dari ruh dan tiupannya, sebagaiman Ia menciptakan Adam dengan tangan-Nya. Aku mengajakmu kepada Allah yang Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, mematuhi dengan ketaatan kepada-Nya, dan untuk mengikutiku dan mempercayai apa yang aku bawa. Aku Rasulullah, aku mengajakmu dan para pasukanmu kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Timggi. Aku telah menyampaikan pesan dan memberi nasihat, maka terimalah nasihatku. keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk. Salam pembukaan dalam surat ini berbeda dengan salam pembukaan dalam surat-surat yang dikirim kepada Khosru Iran, Kaisar Romawi, dan Muqauqis. Dalam surat ini, salam pembukaan yang diucapkan oleh Nabi Muhammad Saw., adalah “salam bagi anda” Salamun „alayk. Salam ini ditujukan kepada negus, Raja Etiopia, yang beragama Kristen Nasrani. 35 Sampai dengan wafatnya, Nabi Muhammad Saw telah melakukan interaksi intensif dengan seluruh kelompok agama paganis, Yahudi, Nasrani, budaya-budaya dominan, dan kekuatan-kekuatan politik terbesar ketika itu Persia dan Romawi. Ayat-ayat al- Qur‟an yang berbicara tentang kaum Yahudi, Nasrani, Persia, Romawi, menggambarkan bagaimana kaum Muslim telah digembleng dan diberi pedoman yang snagat gamblang dalam menyikapi budaya dan agama di luar Islam. Bahkan, al- Qur‟an juga tidak melarang kaum Muslim untuk berbuat baik terhadap kaum agama lain. Sejak awal, umat Islam sudah diajarkan untuk menerima kesadaran akan keberagaman dalam agama pluralitas. Misalnya, 35 Nurcholish Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama., h. 71-72 dalam surat Al Mumtahanah ayat 8 disebutkan, Allah tidak mencegahmu berbuat baik kepada mereka yang tidak memerangimu dan tidak mengusirmu dari kampung halamanmu. Bahkan, Nabi Muhammad Saw., berpesan, Barangsiapa menyakiti seorang dzimmi, maka sungguh ia menyakitiku, dan barangsiapa menyakitiku, berarti ia menyakiti Allah. HR Thabrani. 36 Islam merealisasikan kerukunan hidup beragama dalam konteks Indonesia, dengan berpatokan pada tri kerukunan yakni, kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah. Khusus dalam kerukunan antar umat beragama, disebut SKB No. 11979 sebagai pedoman, dimana tanggung jawab dan tugas penertiban pelaksanaannya berada di atas pundak Departemen Agama dan Departemen Dalam Negri. 37 36 Adian Husaini, Piagam Madinah dan Toleransi Beragama, h. 2 37 Depag RI, Bingkai Teologi Kerukunan Hidup Umat Beragama Di Indonesia, Jakarta; Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Proyek Peningkatan Kerukunan Umat Beragama di Indonesia, 1997, h. 8-10 68

BAB IV KAJIAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN MENJAWAB

SALAM TERHADAP NON MUSLIM A. Memahami al-Sunnah Dengan Berpedoman Pada al-Qur’ân al-Karîm dalam hadis larangan mengucapkan salam terhadap non-muslim Dalam teorinya al-Qardhâwî, bahwa tidaklah penjelasan akan bertentangan dengan yang dijelaskan, tidak pula cabang bertentangan dengan pokok. 1 Maka dalam hal ini, seperti yang dikatakan oleh Nurcholish Madjid dan kawan-kawan dalam bukunya fiqih lintas agama bahwa, l- u ‟ n d n l- adîth tidak boleh dikonfrontasikan, tetapi justru harus dicari dan dihayati dasar-dasar pertemuannya. 2 Langkah-langkah memahami al-Sunnah dengan berpedoman pada al- u ‟ n l-Karîm adalah dipastikan hadis yang kita teliti “s hih”, perlunya penelitian seksama tentang keberlawanan suatu hadis dengan al- Qur‟an, Mengenai hal ini, perlu kiranya diingatkan agar kita jangan sembarangan melontarkan tuduhan adanya keberlawanan antara hadis-hadis dan al- Qur‟an, tanpa dasar yang sahih. 3 Dan adalah kewajiban setiap Muslim untuk tidak menerima begitu saja hadis yang dilihatnya bertentangan dengan ayat al- Qur‟an yang muhkam, selama tidak ada penafsirannya yang dapat diterima. Maka kalaupun ada sebagian dari kita memperkirakan adanya pertentangan seperti itu, hal itu pasti disebabkan tidak 1 Y ȗsuf Qardhâwî, Metode Memahami al-Sunnah dengan Benar. Penerjemah Saifullah Kamalie, Jakarta: media dakwah, 1994 M, h. 148 2 Nurcholish Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama, Jakarta: Paramadina, 2004, h. 55 3 Y ȗsuf Qardhâwî, bagaimana memahami hadis Nabi Saw., h. 101 sahihnya hadis yang bersangkutan, atau apa yang diperkirakan sebagai “pertentangan” itu hanyalah bersifat semu, dan bukan pertentangan hakiki. 4 Oleh karenanya, hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui Ab ȗ Hurairah, yang melarang memulai mengucapkan salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani yang berbunyi : ْنَع ،ِيِبَأ ْنَع ،ٍلْيَهُس ْنَع ،َيِدْرَواَرَدلا ِِْعَ ي ِزيِزَعْلا ُدْبَع اََ ثَدَح ،ٍديِعَس ُنْب ُةَبْ يَ تُ ق اََ ثَدَح َأ ،َةَرْ يَرُ َِِأ َلوُسَر َن ىَلَص ِه :َلاَق َمَلَسَو ِْيَلَع ُه « ،ٍقيِرَط ِِ ْمُ َدَحَأ ْمُتيِقَل اَذِإَف ،ِم َََسلِِ ىَراَصَلا َََو َدوُهَ يْلا اوُءَدْبَ ت ََ ِِقَيْضَأ ََِإ ُورَطْضاَف » 5 “Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa‟îd, telah menceritakan kepada kami „Abdu al-“azîz yakni al-Darâwardiyya, dari Suhail, dari bapanya, dari Abî Hurairah, bahwasannya Rasulullah Sallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah kalian awali mengucapkan salam kepada Yahudi dan Nasrani. Apabila kalian bertemu salah seorang mereka di jalan, maka pepetlah hingga ke pinggirnya.” HR. Muslim Hadis ini tidak hanya melarang memulai mengucapkan salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, tetapi juga menyuruh orang-orang Muslim untuk bersikap kasar terhadap mereka, yaitu dengan mendesak siapa saja di antara mereka ke pinggir jalan. Hadis lain yang dijadikan dalil untuk larangan mengucapkan salam terhadap orang-orang non Muslim adalah: اََ ثَدَح َأ اََ ثَدَح ،ٍسَنَأ ِنْب ِرْكَب َِِأ ُنْب ََِا ُدْيَ بُع َََرَ بْخَأ ،ٌمْيَشُ اََ ثَدَح ،َةَبْ يَش َِِأ ُنْب ُناَمْثُع َيِضَر ٍكِلاَم ُنْب ُسَن ُلَْأ ْمُكْيَلَع َمَلَس اَذِإ :َمَلَسَو ِْيَلَع ُه ىَلَص َِِلا َلاَق :َلاَق ،َُْع ََُا ْمُكْيَلَعَو :اوُلوُقَ ف ِباَتِكلا 6 4 Y ȗsuf Qardhâwî, bagaimana memahami hadis Nabi Saw., h. 94 5 Imam Muslim, Shahih Muslim dalam Program al-Maktabat Shamel. Lihat juga Imam Muslim, Shahih Muslim, hadis no. 2167, juz 8. kairo: Daar ibn Jauzi. 2010, h. 1707 6 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, dalam Program al-Maktabat Shamel. Lihat juga, Abi Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz Indonesia: Maktabah, Dahlan, t.th, h. 9; “Telah menceritakan kepada kami „Utsmân bin Abî Syaibah, telah menceritakan kepada kami Husyaim, telah mengabarkan kepada kami „Ubaidillah bin Abî Bakri bin Anas, telah menceritakan kepada kami Anas bin Mâlik ra, bahwasanya Rasulallah Saw bersabda “Jika seorang ahli kitab Yahudi dan Nashrani memberi salam pada kalian, maka balaslah dengan ucapan wa‟alaikum.” HR. Al-Bukhârî Kedua hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui Abȗ Hurairah dan Imam al-Bukhârî melalui Anas bin Mâlik adalah sahih. Maka teorinya al-Qardhâwî dalam memahami al-Sunnah dengan berpedoman pada al- u ‟ n l-Karîm adalah kalaupun ada sebagian dari kita memperkirakan adanya pertentangan dalam memahami hadis, hal itu disebabkan apa yang diperkirakan sebagai “pertentangan” itu hanyalah bersifat semu, dan bukan pertentangan hakiki. 7 Oleh karenanya, sesuai teorinya al-Qardhâwî pemahaman hadis harus selalu diintegrasikan dengan ayat-ayat al- Qur‟an, 8 Yȗsuf Qardhâwî berpendapat bahwa, keaneka ragaman agama terjadi sesuai dengan kehendak Allah Swt., yang pasti memiliki hikmah yang besar. Dalam surat Yunus [10]: 99 :                 Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah engkau, engkau memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang mukmin semuanya. Yunus [10]: 99. Masyarakat pertama yang menjadi gambaran kehidupan agama yang berbeda adalah masyarakat Nabawi di Madinah, ketika Rasulullah Saw., hijrah ke 7 Y ȗsuf Qardhâwî, bagaimana memahami hadis Nabi Saw., h. 94 8 Afwan Faizin, Metode fuqaha dalam memahami hadis Studi pendekatan Yusuf Qardhawi V 8, No. 2 September 2006: h. 137 Madinah sudah ada masyarakat Yahudi yang berada di sana. Mengakui keberadaan Yahudi di sana lalu mengadakan perjanjian yang dikenal dengan piagam madinah yang terkenal. Kedua pihak ini hidup rukun, saling membantu dalam keadaan senang ataupun susah inilah yang ditetapkan Islam hidup saling menghormati satu sama lain bukan dalam permusuhan. 9 Hal ini ditegaskan pula oleh firman Allah Swt., dalam surah al- Nisâ‟ ayat 86 yang berbunyi :                 Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah penghormatan itu dengan yang serupa[327] 10 . Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu. Al- Nisâ‟ [4]: 86 Ini menunjukan bahwa membalas ucapan sesuai dengan yang lebih dulu kalau tidak dapat dengan yang lebih baik darinya. 11 Pada masa jahiliah, masyarakatnya bila bertemu saling mengucapkan salam antara lain yang berbunyi ه كاّيح ayyâka Allâh, yakni semoga Allah memberikan untukmu kehidupan, dari sini kata tahiyyah secara umum dipahami dalam arti mengucapkan salam. Islam datang mengajarkan salam bukan dengan ayyâka Allâh atau احابص معنأ n‟im sabâhanselamat pagi dan اء اسم معنأ n‟im m s ‟ nsel m t so e, tetapi 9 Video YuoTube diakses pada tgl 02 oktober 2015 dari https: www .youtube. com watch?v=cFT42sRfg5A dalam acara talkshow “non Muslim di tengah Masyarakat Muslim Bersama Syeikh Yusuf al Qardhâw î” Courtesy Al-Jazirah, disiarkan langsung dari Doha, Qatar. Diterbitkan 24 agustus 2013. 10 Penghormatan dalam Islam Ialah: dengan mengucapkan al-Salâmualaikum. 11 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bâri Syarah Sahih al-Bukhâri, terj. Amir Hamzah : Fathul Baari, juz 30 Jakarta: Pustaka Azzam, 2009, h. 145