Titik Temu Sistematis 1. Roh Mutlak dan Brahman

budhi, unsur “pikiran” manas: imaginasi, konsep, determinasi yang menentukan bagaimana indra bekerja, dan unsur indrawi BG menyebut 11 indra: 5 indra biasa; 5 organ tindakan tangan, kaki, suara, anus dan alat kelamin dan ditambah “pikiran”. Indra-indra ini bila tidak dikontrol akan menghasilkan kemarahan, nafsu dan kelobaan. Sementara itu, purusha sendiri di dalam dirinya bersifat kekal, statis dan pasif. Purusha adalah Self yang masih terbelenggu dalam materi, tetapi dia tidak mati dan tidak pernah lahir. Dia bersifat kekal. Dia tidak aktif, artinya tidak bertindak dan tidak juga berinisiatif untuk bertindak. Dia bersifat pasif, dan hanya bisa bertindak sejauh bersatu padu dengan tubuh konsep psychosomatik organisme. Alam semesta dalam BG masih dipahami sama seperti konsep Upanishad. Alam semesta berubah-ubah dan bermacam-macam. Dia dari kodratnya buta, dan memiliki unsur: ether, udara, api, air, tanah. Tetapi di dalamnya terdapat hakekat tertinggi yang disebut “Atman” yang bersifat tetap dan tidak berubah. Atman ini tidak pernah dikenal secara benar karena manusia selalu dilingkupi oleh ketidaktahuannya akan kodratnya yang benar, yaitu Brahman. Sejarah tidak dimengerti seperti dalam konsep barat, tetapi satu totalitas perjalanan hidup manusia baik individual maupun kollektif sejak penciptaannya sampai kepada peperangan besar Bharata ketika Kresna mendesak Arjuna untuk berperang menuju persatuan kembali dengan Brahman. Sejarah dalam arti seperti ini tidak pernah berakhir. Sesudah kematian, manusia akan kembali lagi memulai satu fase hidup baru di bawah tuntunan Kresna. Roda perjalanan hidup manusia tidak berakhir. Poin yang penting di sini dalam BG adalah diri Arjuna dan Kresna. Arjuna mewakili sosok manusia yang masih terbelenggu dalam self yang lebih rendah. Kresna adalah manusia ideal yang menjadi tokoh panutan Arjuna. Arjuna menemukan dirinya sebagai manusia yang tidak mampu menentukan manakah hal yang benar untuk dilakukan. Pertanyaan khas ini tentu menyentuh keputusan mendesak Arjuna untuk berperang atau tidak berperang melawan saudaranya. Kreshna yang menyamar sebagai kusir kereta Arjuna mendesak Arjuna untuk berperang, tapi desakan Kresna sebetulnya punya maksud yang lebih luas: mengajarkan Arjuna tentang manusia, tentang Atman, tentang tujuan hidup dan tentang kodrat. Arjuna keliru dalam mengambil keputusannya. Ini dilihat sebagai ketidaktahuan Arjuna akan Selfnya yang sejati. Selfnya yang lebih rendah aku empiris telah membutakan dia untuk mengenal Selfnya yang sebenarnya, yaitu Atman yang menjelma dalam diri Kresna. Karena itu, dia harus dibebaskan dari selfnya yang lebih rendah. Untuk tujuan itu, Kresna mengajarkan Arjuna untuk disiplin diri melalui jalan pembebasan: jnana- yoga; karma-yoga dan bhakti-yoga. Meskipun BG tidak berbicara secara khusus tentang masyarakat, tapi pemahamannya tentang masyarakat masih berada pada jalur tradisi sejak masa Brahmana, Upanishad sampai pada saat itu. Masyarakat dilihat dalam konteks tujuan hidup manusia. Itu berarti bahwa manusia baik secara individual maupun secara kollektif dalam relasi satu sama lain keluarga, masyarakat dan kerajaan diatur dalam satu tatanan-hidup yang bertujuan untuk mencapai persatuan dengan Brahman atau mencapai pembebasan moksa dari belenggu hidup. Tatanan masyarakat itu sudah tersusun dalam klas-klas jatis=kasta seperti Brahmana, ksatrya, vaisya, sudra, dan mekanisme kehidupan bersama diatur menurut tujuan dasar hidup bersama, yaitu dharma kewajiban dan kebajikan yang harus dihayati seseorang dalam masyarakat sesuai dengan kastanya; artha keberhasilan dan kekayaan yang harus dikejar; kama kebahagiaan dan kenikmatan yang hendak dicapai, dan moksa pembebasan sebagai tujuan akhir. 3. Titik Temu Sistematis 3. 1. Roh Mutlak dan Brahman Di dalam buku Romo Rekso disebut Roh Mutlak dan Kresna. Di sini kita menyebut Roh Mutlak dan Brahman. Konsep Hegel tentang roh mutlak dan konsep BG tentang Brahman tentu 7 berbeda, tapi pemahaman keduanya yang berbeda sebenarnya menunjuk kepada satu persoalan metafisis yang mendasar: Apa realitas yang sesungguhnya? Realitas yang sesungguhnya itu ditemukan dalam Roh mutlak yang menjelma dalam dunia, manusia dan sejarah, dan dalam BG realitas itu ditemukan dalam Brahman yang dari padanya munculnya dunia, manusia dan sejarah. Realitas mutlak itu berevolusi dan berdinamis. Dunia, manusia dan sejarah pada Hegel merupakan medan kegiatan Roh yang secara bertahap berada dalam gerak kembali untuk bersatu dengan diriNya sendiri sebagai Roh mutlak, sementara dunia, manusia dan sejarah pada BG merupakan self yang lebih rendah atau aku-empiris yang membaluti Self yang lebih tinggi Atman dan dengan petunjuk Kresna sebagai penjelmaan Brahman, manusia bisa membebaskan diri dari self yang lebih rendah untuk bersatu kembali dengan Brahman. Manusia ideal yang menjalankan proses ini dengan baik adalah manusia yang menyadari diri untuk mencapai persatuan dengan roh mutlak atau persatuan dengan Brahman. Manusia Yesus Kristus” pada Hegel dan “manusia Arjuna di bawah bimbingan Kresna” pada BG merupakan penjelmaan Roh atau Allah. Maka di sini, manusia tidak menemukan autonomitas dan keberdikariannya yang mutlak. Manusia sebagai perpaduan antara purusha dan prakrti pada BG dan sebagai roh mutlak yang sadar akan dirinya melalui tubuh manusia tidak menyandang unsur esensial murni. Dia menjadi dependen dan tergantung pada realitas mutlak yang melingkupi hidupnya. Dan dalam kedudukan seperti ini, manusia menyadari asal usulnya, proses hidupnya dan tujuan hidupnya. Dia berasal dari Roh, hidup dalam roh dan berjalan menuju persatuan dengan roh. Bahasa teologis menyebut kedudukan manusia seperti itu sebagai yang berada dalam “penyelenggaraan ilahi”.

3. 2. Manusia Dalam Masyarakat