Tingkat Kesukaran Daya Beda

124 b. Post-test II Hasil perhitungan uji reliabilitas item soal post-test II kelas eksperimen pilihan ganda sebesar 0.842, soal uraian sebesar 0.604; dan kelas pembanding pilihan ganda sebesar 0.693, soal uraian sebesar 0.580, jika dilihat pada kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya, maka memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi.

c. Post-test III

Hasil perhitungan uji reliabilitas item soal post-test III kelas eksperimen pilihan ganda sebesar 0.756, soal uraian sebesar 0.505; dan kelas pembanding pilihan ganda sebesar 0.810, soal uraian sebesar 0.567, jika dilihat pada kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya, maka memiliki tingkat reliabilitas tinggi.

3.6.3 Tingkat Kesukaran

Selain validitas dan reliabilitas suatu alat tes harus memenuhi persyaratan yang berupa tingkat kesukaran. Alat tes yang baik tidak boleh terlalu mudah dan juga tidak terlalu sulit. Menurut Arikunto 2003: 207, soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak akan merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Untuk menguji tingkat kesukaran soal digunakan rumus : JS B P  125 Keterangan : P = Indeks kesukaran B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh peserta tes Adapun kriteria uji taraf kesukaran yang digunakan dinyatakan sebagai berikut. Tabel 3.15 Kriteria Taraf Kesukaran Butir Soal Taraf Kesukaran Kriteria 0,00 – 0,29 Sukar 0,30 – 0,69 Sedang 0,70 – 1,00 Mudah Arikunto, 2003: 210 Berdasarkan penghitungan taraf kesukaran dengan anates, diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 3.16 Hasil Penghitungan Taraf Kesukaran No Jumlah Betul Taraf Kesukaran Keterangan 1 11 32,35 Sedang 2 26 76,47 Mudah 3 13 38,24 Sedang 4 18 52,94 Sedang 5 31 91,18 Sangat mudah 6 16 47,06 Sedang 7 26 76,47 Mudah 8 9 26,47 Sukar 9 31 91,18 Sangat mudah 10 16 47,06 Sedang 11 22 64,71 Sedang 12 29 85,29 Sangat mudah 13 13 38,24 Sedang 14 12 35,29 Sedang 15 28 82,35 Mudah 16 10 29,41 Sukar 17 18 52,94 Sedang 18 28 82,35 Mudah 19 14 41,18 Sedang 20 23 67,65 Sedang 21 18 52,94 Sedang 22 26 76,47 Mudah 126 Tabel 3.16 Lanjutan No Jumlah Betul Taraf Kesukaran Keterangan 23 11 32,35 Sedang 24 27 79,41 Mudah 25 9 26,47 Sukar 26 18 52,94 Sedang 27 28 82,35 Mudah 28 13 38,24 Sedang 29 29 85,29 Sangat mudah 30 26 76,47 Mudah

3.6.4 Daya Beda

Daya beda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi pandai dengan siswa yang berkemampuan rendah. Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda adalah: B A B B A A P P J B J B D     Di mana: J : jumlah peserta tes JA : banyaknya peserta kelompok atas JB : banyaknya jumlah kelompok siswa BA : banyaknya jumlah kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Arikunto, 2003: 211 Tabel 3.17 Kriteria daya beda pembeda butir soal Daya Beda Kriteria 0,00 – 0,20 Jelek 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik 0,71 – 1,00 Baik sekali Arikunto, 2003: 218 127 Berdasarkan penghitungan daya pembeda dengan anates, diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 3.18 Hasil Penghitungan Daya Pembeda No Kel. Atas Kel. Bawah Daya beda Keterangan 1 5 1 44,44 Cukup 2 9 4 55,56 Baik 3 5 55,56 Baik 4 8 1 77,78 Sangat Baik 5 9 7 22,22 Buruk 6 8 88,89 Sangat Baik 7 9 3 66,67 Baik 8 7 77,78 Sangat Baik 9 9 6 33,33 Cukup 10 5 3 22,22 Buruk 11 6 4 22,22 Buruk 12 9 6 33,33 Cukup 13 4 3 11,11 Buruk 14 6 66,67 Baik 15 9 5 44,44 Cukup 16 6 66,67 Baik 17 8 2 66,67 Baik 18 9 5 44,44 Cukup 19 5 55,56 Baik 20 9 3 66,67 Baik 21 8 1 77,78 Sangat Baik 22 9 4 55,56 Baik 23 5 1 44,44 Cukup 24 9 4 55,56 Baik 25 6 66,67 Baik 26 8 1 77,78 Sangat Baik 27 8 5 33,33 Cukup 28 5 55,56 Baik 29 9 5 44,44 Cukup 30 9 3 66,67 Baik

3.7 Desain Analisis

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Penerapan model pembelajaran cooperative teknik think pair square (Tps) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih kelas VIII H di Mts pembangunan uin Jakarta

0 15 161

Perbedaan hasil belajar biologi siswa menggunakan model Rotating Trio Exchange (RTE) dengan Think Pair Share (TPS) pada konsep virus

1 7 181

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 1 WAYHALOM TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 67

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI (Studi Pada Siswa Kelas X MAN 1 Model Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 149

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK- PAIR-SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM DI KELAS X SMA NEGERI 1 SIBORONGBORONG TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012.

0 1 16

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

0 0 71

Peningkatan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar Biologi Siswa melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair And Share (TPS) pada Siswa Kelas VIII1 SMP Negeri 30 Makassar

0 0 17