Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Karo di Kelurahan Tanah Merah Kecamatan Binjai Selatan

(1)

PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA

PADA SUKU KARO Di KELURAHAN TANAH MERAH

KECAMATAN BINJAI SELATAN

SKRIPSI

Oleh

Rahmad Edi Sembiring 061101025

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Karo di Kelurahan Tanah Merah Kecamatan Binjai Selatan Nama Mahasiswa : Rahmad Edi Sembiring

Nim : 061101025

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2010

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk Mengidentifikasi cara pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo di Kelurahan Tanah Merah Kecamatan Binjai Selatan. Desain penelitian adalah deskriptif. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Sampel sebanyak 46 orang terdiri dari 28 orang responden berjenis kelamin laki-laki dan 18 orang responden berjenis kelamin perempuan. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 2010. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner tugas kesehatan keluarga yang meliputi data demografi, tugas kesehatan keluarga. Kemudian data yang diperoleh diolah dengan menggunakan teknik komputerisasi dan dideskripsikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.

Keluarga mempunyai tugas kesehatan yang tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit. Ada lima tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga dengan baik. Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga ini tidak terlepas dari faktor budaya yang dimiliki oleh keluarga tersebut, seperti pada suku Karo yang menganut sistem patrilineal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir dua pertiga (2/3) responden melaksanakan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo dengan kategori baik (63,04%). Analisa tugas kesehatan keluarga pada suku Karo meliputi: 1) Beberapa pantangan suku Karo yang tidak boleh dilakukan mengenai kesehatan, 2) Perbedaan antara suku Karo dengan suku lainnya, 3) Hal-hal yang sebaiknya dilakukan menurut suku Karo untuk meningkatkan taraf kesehatan pada keluarga antara lain.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanakan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo termasuk pada kategori baik (63,04%).


(3)

Departemen Pendidikan Nasional – Universitas Sumatera Utara

FAKULTAS KEPERAWATAN

Jl. Prof. Ma’as No. 3 Medan – 20155 Tlp. (061) 8213318

Nama : Rahmad Edi Sembiring

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SIDANG SKRIPSI

Nim : 061101025

Judul Penelitian : Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Karo di Kelurahan Tanah Merah Kecamatan Binjai Selatan Telah memenuhi persyaratan penulisan skripsi sesuai Pedoman Penulisan Proposal Skripsi Mahasiswa S 1 Keperawatan USU tahun 2009 dan dapat melaksanakan ujian sidang skripsi.

Medan, 30 Juni 2010 Pembimbing Penelitian

(Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS) Nip. 197.10305.200112.2.001


(4)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNyalah penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Karo di Kelurahan Tanah Merah Kecamatan Binjai Selatan.”

Dalam penyusunan proposal ini penulis mendapakan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, SKp, MNS sebagai Pembantu Dekan I, Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS sebagai pembantu dekan II, dan Ikhsanudin A. Harahap, S.Kp, MNS sebagai pembantu dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS sebagai dosen pembimbing skripsi

penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat serta selalu sabar untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

4. Bapak M. Sukri Tanjung, S. Kp, Ns sebagai dosen penguji I dan Ibu Rosina Tarigan, S.Kp, M.Kep, SpKMB sebagai dosen Penguji II yang telah berkenan menyediakan waktu dan memberikan masukan-masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini


(5)

5. Bapak Dudut Tanjung, SKp, MKep, SpKMB sebagai dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen Fakultas Keperawatn USU yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan.

6. Kedua orangtuaku yang penulis sayangi Bapak R. Sembiring dan Mama A..N Sinuraya yang tak pernah berhentinya dalam membimbing, menghibur, memperhatikan, memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

7. Kekasih yang saya sayangi Rianti Pramita yang selalu memotivasi dan memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Abang dan kakak senior saya yaitu Iwan, Muiz, Robi, Dwi, dan Lita yang senantiasa membimbing dan memberikan semangat kepada peneliti dan adik stambuk yakni Melati yang telah membantu dalam pengambilan data. Sahabat-sahabatku di kos Yoga, Syamsul, Yusrizal, dan Aming. Teman-teman seperjuangan stambuk 2006 yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis Aria, Ainil, Dwi Utama, Heny,Syawalina, Roslaini, Erika, Desi, Mona dan teman- teman yang lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

9. Bapak Drs. Darwis sebagai Lurah Tanah Merah Kecamatan Binjai Selatan yang telah mengizinkin peneliti untuk melakukan penelitian di Kelurahan Tanah Merah.

10 Bapak T. Sitepu yang bersedia memeberikan informasi mengenai Budaya Suku Karo saat ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan, pengetikan maupun percetakan. Karma itu penulis sangat mengharakan kritik dan saran yang sifatnya


(6)

membangun agar penulisan proposal ilmiah yang akan datang dapat dianggap perbaikan. Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian proposal ini.

Medan, September 2009


(7)

DAFTAR ISI Halaman Judul

Lembar Persetujuan

Abstrak ... i

Prakata ... ii

Daftar Isi ... v

Daftar skema. ... vii

Daftar Tabel ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Tujuan Penelitian. ... 2

3. Pertanyaan Penelitian... 3

4. Manfaat Penelitian ... 3

4.1 Bagi Keluarga/mayarakat. ... 3

4.2 Pendidikan Keperawatan. ... 3

4.3 Bagi Pelayanan Masyarakat. ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Keluarga ... 5

1.1Defenisi Keluarga ... 5

1.2 Tipe Keluarga ... 5

1.3 Struktur Keluarga ... 8

1.4 Fungsi Pokok Keluarga ... 8

1.5 Peran Keluarga ... 10

1.6 Tugas Kesehatan Keluarga ... 11

2.Suku Karo ... 13

2.1 Sejarah suku Karo ... 13

2.2 Marga-Marga Pada Suku Karo. ... 14

2.3 Sistem Kekerabatan Suku Karo ... 14

2.4 Kebudayaan Suku Karo. ... 16

3.Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Karo ... 26

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 1. Kerangka Konsep Penelitian ... 22

2. Defenisi Operasional ... 23

BAB 4 METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian. ... 24

2. Populasi dan Sampel... 24

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4. Pertimbanagn Etik ... 25

5. Instrumen Penelitian ... 26


(8)

7. Teknik Pengumpulan Data... 28

8. Analisa Data ... 29

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian.. ... 30

1.1 Karakteristik Responden. ... 30

1.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Karo. ... 31

1.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Menurut Komponen Tugas Kesehatan Keluarga. ... 32

2. Pembahasan. ... 42

2.1 Pelaksaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Karo. ... 42

2.2 Analisa Kesehatan Keluarga Suku Karo. ... 48

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 52

2. Saran ... 53

Daftar Pustaka ... 54 Lampiran

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Taksasi Dana

4. Surat Izin Survei Awal 5. Surat Izin Penelitian

6. Hasil Pengolahan Data dengan Komputerisasi 7. Riwayat Hidup


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian Pelaksanaan Tugas Kesehatan


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden .... 31 Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pelaksanaan

Tugas Kesehatan Keluarga Suku Karo ... 32 Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas

Kesehatan Keluarga Pada Suku Karo dalam Mengenal

Masalah Kesehatan Keluarga ... 33 Tabel 4. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Karo

dalam Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga... 34 Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas

Kesehatan Keluarga Pada Suku Karo dalam Mengambil Keputusan Untuk Melakukan Tindakan yang Tepat Bagi

Keluarga ... 35 Tabel 6. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Karo

dalam Mengambil Keputusan Untuk Melakukan Tindakan

yang Tepat Bagi Keluarga ... 35 Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas

Kesehatan Keluarga Pada Karo dalam Memberikan Perawatan Kepada Keluarga yang Sakit ... 37 Tabel 8. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Karo

dalam Memberikan Perawatan Kepada Keluarga yang Sakit ... 38 Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas

Kesehatan Keluarga Pada Suku Karo dalam Mempertahankan Suasana di Rumah yang Menguntungkan Kesehatan dan

Perkembangan Kepribadian Anggota Keluarga ... 39 Tabel 10. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Karo

dalam Mempertahankan Suasana di Rumah yang

Menguntungkan Kesehatan dan Perkembangan Kepribadian Anggota Keluarga ... 40 Tabel 11. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas

Kesehatan Keluarga Pada Suku Karo dalam Mempertahankan Hubungan Timbal Balik Antara Keluarga dengan

Lembaga-lembaga Kesehatan ... 41 Tabel 12. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Karo

dalam Mempertahankan Hubungan Timbal Balik Antara


(11)

Judul : Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Karo di Kelurahan Tanah Merah Kecamatan Binjai Selatan Nama Mahasiswa : Rahmad Edi Sembiring

Nim : 061101025

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2010

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk Mengidentifikasi cara pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo di Kelurahan Tanah Merah Kecamatan Binjai Selatan. Desain penelitian adalah deskriptif. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Sampel sebanyak 46 orang terdiri dari 28 orang responden berjenis kelamin laki-laki dan 18 orang responden berjenis kelamin perempuan. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 2010. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner tugas kesehatan keluarga yang meliputi data demografi, tugas kesehatan keluarga. Kemudian data yang diperoleh diolah dengan menggunakan teknik komputerisasi dan dideskripsikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.

Keluarga mempunyai tugas kesehatan yang tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit. Ada lima tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga dengan baik. Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga ini tidak terlepas dari faktor budaya yang dimiliki oleh keluarga tersebut, seperti pada suku Karo yang menganut sistem patrilineal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir dua pertiga (2/3) responden melaksanakan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo dengan kategori baik (63,04%). Analisa tugas kesehatan keluarga pada suku Karo meliputi: 1) Beberapa pantangan suku Karo yang tidak boleh dilakukan mengenai kesehatan, 2) Perbedaan antara suku Karo dengan suku lainnya, 3) Hal-hal yang sebaiknya dilakukan menurut suku Karo untuk meningkatkan taraf kesehatan pada keluarga antara lain.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanakan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo termasuk pada kategori baik (63,04%).


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendy, 1998).

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota. Duval dan logan, (1986) dikutip dari Arita Murwani (2008).

Status sehat/sakit anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena itu, Masalah-masalah kesehatan yang ada dalam keluarga dapat ditanggulangi jika keluarga dapat menjalankan tugasnya dalam bidang kesehatan, seperti mengenal gengguan perkembangan dan gangguan kesehatan setiap anggotanya. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, memberikan perawatan pada yang sakit, cacat atau usia yang terlalu muda. Mempertahankan suasana yang harmonis dan menguntungkan untuk perkembangan kepribadian anggota keluarga, serta memanfaatkan dan mempertahankan hubungan yang baik dengan unit pelayanan kesehatan yang ada (Suriyanto, 2008).

Menurut konsep budaya Leinenger (1978; 1984), dikutip dari Sudiharto, (2007). Karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut : (1) budaya


(13)

adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya yang sama persis; (2) budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan; (3) budaya diisi dan ditentukan oleh nilai kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.

Di dalam keluarga terdapat beranekaragam kepercayaan Budaya. Berdasarkan hasil wawancara saya pada tanggal 14 September 2009 yang dilakukan pada seorang pria suku Karo yang merupakan salah satu tokoh masyarakat suku Karo di daerahnya, peneliti dapat mengetahui apabila seseorang jatuh sakit, “tendi” si sakit pergi ke suatu tempat meninggalkan tubuhnya. Karena tendi itu pergi, orang tersebut jatuh sakit. Agar orang yang sakit tadi dapat sembuh, maka tendi-nya harus dipanggil agar masuk kembali ke tubuh orang yang sakit itu.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui ada beberapa nilai atau kepercayaan masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan, oleh karena itu peneliti tertarik dan menganggap penting untuk melakukan penelitian tentang “Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Karo di Kelurahan Tanah Merah Kecamatan Binjai Selatan”.

2. Tujuan penelitian


(14)

3. Pertanyaaan penelitian.

1. Bagaimana pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku karo ?

2. Apakah semua bagian - bagian pelaksanaan tugas kesehatan keluarga diterapkan oleh suku Karo?

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat antara lain bagi :

4.1. Bagi Keluarga/ Masyarakat

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber pengetaguan dan strategi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang lebih komprehensif dalam pelaksanaan tugas kesehatan keluarga khususnya pada suku Karo.

4.3.Pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran mengenai pelaksanaan tugas kesehatan yang ada pada keluarga suku Karo.

4.4. Bagi Pelayanan Masyarakat

Hasil penelitian ini akan menggambarkan pelaksanaan tugas kesehatan pada keluarga berdasarkan suku Karo sehingga ke depannya tenaga kesehatan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan di keluarga khususnya kepada keluarga-keluarga suku Karo.


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep-konsep yang terkait dengan penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu :

1. Keluarga

1.1. Defenisi Keluarga 1.2. Tipe Keluarga 1.3. Struktur Keluarga 1.4. Fungsi Pokok Keluarga 1.5. Peran Keluarga

1.6. Tugas Kesehatan Keluarga 2. Suku Karo

2.1. Sejarah Suku Karo

2.2. Marga-marga Pada Suku Karo 2.3. Sistem Kekerabatan Suku Karo 2.4. Kebudayaan Suku Karo


(16)

1. Keluarga

1.1.Defenisi Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikata-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

Menurut WHO (1969), keluarga merupakan anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (Setiadi, 2006).

Menurut UU No. 10 tahun 1992, Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004).

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai arti yang strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sistem keluarga merupakan sistem terbuka atau sistem social yang hidup, terdiri dari beberapa sub-sub/komponen/sistem yaitu pasangan suami isteri, orangtua, anak, kakak adik (sibling), kakek-nenek-cucu, dan sebagainya. Semua system ini saling berinteraksi, saling ketergantungan, dan saling menentukan satu sama lain serta membentuk norma-norma atau ketentuan-ketentuan yang harus ditaati oleh seluruh anggota keluarga tersebut (Wahini dalam Trisfariani, 2007).

1.2.Tipe Keluarga

Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan, antara lain :


(17)

1.2.1. Secara Tradisional

Secara tradisional dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

a. Keluarga inti (Nuclear Family) yang terdiri dari suami, istri, dan anak mereka (anak kandung, adopsi, atau keduanya)

b. Keluarga besar (Extended Family) yang terdiri dari keluarga inti dan orang-orang yang masih memiliki hubungan darah seperti kakek/nenek, paman/bibi, dan sepupu (Friedman, 1998).

1.2.2. Secara Modern

Secara modern dikelompokkan menjadi :

a. Tradisional Nuclear, adalah keluarga inti (ayah,ibu, dan anak) tinggal dalam satu rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam satu ikatan perkawinan.

b. Reconstituted Nuclear, adalah pembentukan dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.

c. Niddle Age/Age Couple, adalah keluarga dimana suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.

d. Dyadic Nuclear, adalah suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.


(18)

e. Single Parent, adalah keluarga dimana satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.

f. Dual Carrier, adalah keluarga dimana suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.

g. Commuter Married, adalah keluarga dimana suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu.

h. Single Adult, adalah keluarga dimana wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin.

i. Three Generation, adalah keluarga yang terdiri dari tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.

j. Institusional, adalah keluarga yang terdiri dari anak-anak atau orang dewasa yang tinggal dalam satu panti.

k. Comunal, adalah keluarga yang berada dalam satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

l. Group Marriage, adalah keluarga yang di dalam satu perumahan terdiri dari orangtua dan keturunannya .

m. Unmarried Parent and Child, adalah keluarga yang terdiri dari ibu dan anak dimana perkawinannya tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.

n. Cohibing Coiple, adalah keluarga yang terdiri dari dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanap kawin.


(19)

o. Gay and lesbian family, adalah keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (Setiadi, 2006).

1.3.Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, antara lain :

a. Patrineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

b. Matrineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

d. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

e. Keluarga Kawin, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri (Setiadi, 2006).

1.4.Fungsi Pokok Keluarga

Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi, dan sosial yang berbeda. Oleh karena itu, keluarga harus berfungsi menjadi perantara bagi tuntutan-tuntutan dan harapan dari semua individu yang ada dalam unit tersebut.


(20)

Friedman (1998) mengemukakan bahwa keluarga memiliki 5 fungsi dasar, antara lain :

a. Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

b. Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk bekehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah .

c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

d. Fungsi ekonomi, adalah fungsi untuk memnuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota kelurga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi (Setiadi, 2006).

Menurut Peraturan Pemerintah No.21 tahun 1994 BAB I pasal 1 ayat 2, fungsi keluarga terbagi atas : fungsi cinta kasih dan fungsi melindungi. Fungsi cinta kasih yaitu dengan memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, suami, dengan istri, orang tua dengan anaknya serta hubungan kekerabatan antar generasi, sehingga keluarga menjadi wadah utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin. Fungsi melindungi yaitu


(21)

menambahkan rasa aman dan kehangatan pada setiap anggota keluarga (Akhmadi, 2009).

1.5.Peran Keluarga

Peran adalah sesuatu yang menunjuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefenisikan dan diharapkan secara normatif dari seorang yang memegang suatu posisi dalam situasi sosial tertentu (Friedman, 1998).

Dapat dikatakan bahwa peran merupakan sesuatu yang diharapkan akan dilakukan seseorang yang kemudian akan memberikan pemenuhan kebutuhan. Jika mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu, keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Melalui perawatan, dan perlakuan yang baik dari orang tua, sehingga anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik, biologis, maupun sosiopsikologisnya.

Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul Effendy (1998) adalah sebagai berikut :

a. Peran ayah : ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Peran ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik


(22)

anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

c. Peran anak : anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

1.6.Tugas Kesehatan Keluarga

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Berikut ini tugas keluarga menurut Friedman (1998), adalah sebagai berikut : 1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumberdaya dan dana keluarga habis. Orangtua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga (Suprajitno, 2004 dalam Trisfariani 2007). Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya (Setiadi, 2006), 2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat . Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai


(23)

kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan sekitar keluarga (Setiadi, 2006), 3) Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi (Setiadi, 2006), 4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. Keluarga memainkan peran yang bersifat mendukung anggota keluarga yang sakit. Dengan kata lain perlu adanya sesuatu kecocokan yang baik antara kebutuhan keluarga dan asupan sumber lingkungan bagi pemeliharaan kesehatan anggota keluarga (Friedman, 1998), 5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). Hubungan yang sifatnya positif akan memberi pengaruh yang baik pada keluarga mengenai fasilitas kesehatan. Diharapkan dengan hubungan yang positif terhadap pelayanan kesehatan akan merubah setiap perilaku anggota keluarga mengenai sehat sakit (Friedman, 1998).


(24)

2. Suku Karo.

2.1. Sejarah Suku Karo.

Sering terjadi kekeliruan dalam percakapan sehari-hari, dimana tanah karo diidentikkan dengan Kabupaten Karo. Padahal tanah karo jauh lebih luas daripada kabupaten Karo. Etnis Karo termasuk ras Proto Melayu (palaelo Mongoloit) yang bercampur dengan ras Negroid (negrito).

Pada abad 1 Masehi terjadi pula migrasi orang India Selatan yang beragama Hindu ke Indonesia. Mereka lalu memperkenalkan agama Hindu ke Indonesia. Bekas-bekas dari agama Hindu ini masih terlihat dalam kepercayaan tradisional etnis Karo, seperti perwujudan Tuhan dalam tiga bentuk. Dalam agama Hindu misalnya dikenal Brahmana Pencipta alam, Waisya Pemelihara alam, dan Syiwa Perusak alam. Sementara dalam kepercayaan Karo (pamena) perwujudan Tuhan juga dalam tiga bentuk masing-masing Dibata Atas (Dibata Kaci-kaci), Dibata Tengah (Padukah Ni Aji) dan Dibata Teroh atau Banua Koling (Prinst, 1996).

Kemudian pada abad ke-5 Masehi datng oulalah gelombang migrasi Hindu dari India,yang memperkenalkan Budha dan tulisan “Nagari”. Aksara inilah yang menjadi cikal bakal aksara : Batak, Melayu Kuno, Jawa Kuno, dan lain-lain.

Pada abad ke-9 disebut-sebut nama kerajaan yang ada di pulau Sumatera adalah Rami (Lamuridi Aceh), Melayu dan Harladji (Haru). Tahun 1979 dilakukan eksvansi di kota Cina Labuhan Deli, di sana ditemukan uang cina jaman dinasti Tang (sebelum 756 Masehi), pualam keramik dan batu tempat candi Serta patung-patung Hindu dan Budha sampai akhir abad ke-13. Penemuan demikian juga terdapat di pulau Kampai (Sinar, 1995 dikutip dari Prinst, 1996).


(25)

Menurut sejarah perkembangan Pemerintahan Kotamadya daerah Tk. II Medan, pada tahun 1925 dan 1926, Van Steim Callenfels menemukan tumpukan kulit kerang di perkebunan tembakau seritis dan di dalam tumpukan kulit kerang itu juga ditemukan peralatan manusia Pra Sejarah, berupa serpih bilah dan beberapa lumpang batu dan alat tumbuknya yang masih sangat kasar buatannya.

Tumpukan kulit kerang ini juga ditemukan diperkebunan Buluh Cina dan Tandan Hilir. Ini menurut para ahli berasal dari Zaman Batu Madya (Mezolitieum). Penemuam-penemuan ini menunjukkan, bahwa di daerah ini pernah hidup manusia purba. Daerah-daerah yang disebutkan di atas adalah masuk wilayah Karo dan karenanya menjadi jelas, bahwa daerah Karo sudah hiddup manusia purba 10.000 tahun yang lalu (Prinst, 1996).

2.2. Marga-marga pada suku Karo

Secara garis besar suku Karo ini terdiri dari lima marga yaitu : Karo-karo, Ginting, Sembiring, Tarigan, dan Perangin-angin (Prinst, 1996).

2.3. Sistem Kekerabatan Suku Karo

Kekerabatan di tanah Karo diikat dalam “Sangkep si Telu” yang menunjuk kepada tiga pilar yang kuat dan saling mendukung. Walau ketiganya terpisah dan memiliki fungsi berbeda, tetapi saling mendukung. Dalam masyarakat Karo ketiga pilar itu digelar:

Kalimbubu (orang tua dari pihak istri dan semua saudara laki-laki dari pihak istri yang terdapat dalam keluarganya dan juga keluarga dari pihak ayahnya yang


(26)

masih satu ibu). Kalimbubu dapat juga disamakan dengan hula-hula pada masyarakat Tapanuli. Kalimbubu adalah golongan yang sangat dihormati, dinamakan juga dibata ni idah, yaitu tuhan yang dapat dilihat. Murah rezeki, anak sehat-sehat itu semua karena Tuah (berkat) kalimbubu. Demi tuah-nya, maka apabila ia sakit (morah-morah kalimbubu), karena sesuatu yang tidak senonoh yang dilakukan anak beru-nya, dapat menimbulkan akibat yang buruk.. Untuk itu, maka ada upacara untuk minta maaf kepada Kalimbubu yang disebut dengan nabel.

Senina/ Sembuyak (semua orang yang dalam istilah karo dipandang sebagai saudara laki-laki atau perempuan).Senina/Sembuyak adalah saudara antara anggota-anggota yang masih memiliki satu marga, satu ayah/ibu, satu cicit, dan seterusnya.

Anak Beru (keluarga-keluarga yang termasuk dalam keluarga yang menikahi istri).Anak Beru juga dinamakan sebagai si majekkan lape-lape, yaitu yang membuat tempat berteduh bagi kalimbubu-nya. Pertengkaran-pertengkaran di dalam keluarga merupakan tugas anak beru yang mendamaikannya. Segala upacara-upacara, umpamanya upacara perkawinan, memasuki rumah baru, kematian, dan lain sebagainya diselesaika oleh anak beru.

Di dalam hal-hal yang berhubungan dengan adat, orang lain tidak boleh berhubungan langsung dengan kalimbubu, tetapi harus melalui perantara anak beru. Jika ada dua pihak yang bersengketa, maka yang berhadapan langsung adalah anak beru dari masing-masing pihak yang bersengketa. Fungsi anak beru


(27)

disini adalah sebagai penyambung lidah. Menurut masyarakat Karo, anak beru dan senina merupakan jaminan bagi mereka.

Sangkep si Telu ini menjadi dasar bagi seluruh hubungan kekerabatan dalam masyarakat Karo, baik yang berdasarkan pertalian darah maupun pertalian karena hubungan perkawinan.Di dalam Sangkep si Telu inilah terletak azas gotong-royong (aron), dan musyawarah dalam arti kata yang sedalam-dalamnya (Fauzia, 2009).

2.4. Kebudayaan Karo 2.4.1. Erpanger Kulau

Erpanger berasal dari kata “Panger”, yang berarti “Langir”. Oleh sebab itu “Erpanger”, artinya adalah “berlangir”. Pada pembahasan ini berlangir tidak dijelaskan dalam pengertian biasa, misalnya : seperti menyampo rambut. Akan tetapi Berlangir dalam arti upacara religius menurut kepercayaan tradisional Karo.

Banyak upacara-upacara religius yang dilakukan dalm kehidupan seseorang berdasarkan kepercayaan tradisional Karo. Misalnya : Mukul (pensakralan perkawinan), Mesur-mesuri (kenduri tujuh bulanan), Maba anak kulau (membawa anak turun mandi), Juma tiga (upacara memperkenalkan anak kepada dasar pekerjaan tradisional Karo, yakni bertani), Ngembahken nakan (mengantar nasi untuk orang tua), dan lain-lainya.

Jadi “Erpanger” adalah suatu upacara religius berdasarkan kepercayaan tradisional suku Karo (Pemena), dimana seorang/keluarga tertentu melakukan


(28)

upacara berlangir dengan/tanpa bantuan dari Guru, dengan maksud tertentu (Prinst, 1996).

Ada beberapa alasan mengapa seseorang/keluarga tertentu melakukan upacara “Erpanger”. Adapun alasan-alasan itu, adalah :

a. Upacara terima kasih kepada Dibata.

Dalam hal ini Erpangr dilakukan sebagai ucapan terima kasih dan syukur kepada Dibata (Tuhan), yang telah : memberikan rahmat tertentu. Misalnya : memperoleh keberuntungan, terhindar dari kecelakaan, memperoleh hasil panen, sembuh dari penyakit, dan lain sebagainya.

b. Menghindarkan suatu malapetaka yeng mungkin terjadi.

Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menghindarkan suatu malapetaka yang akan terjadi itu biasanya sudah terlebih dahulu diterka melalui firasat suatu mimpi yang buruk, atau mendasarkan keterangan dan saran dari Guru. c. Menyembuhkan sesuatu penyakit.

Sebagai upaya untuk mengobati suatu penyakit tertentu. Misalnya untuk mengobati orang gila, atau yang diserang begu, sedang bela, atau jenis-jenis hantu lainnya.

d. Mencapai maksud tertentu.

Sebagai upaya untuk memohon sesuatu kepada Tuhan. Misalnya agar capat mendapat jodoh, mendapt panenan/keberuntungan, memperoleh kedudukan yang baik, dan sebangsanya.


(29)

Pada waktu mengadakan Erpanger ini, maka lagu-lagu (musik) yang dibawakan meliput i Perang-perang (alep empat kali), Gendang peselukken, Gendang penigindon Guru (permintaan Guru), Gendang adat (Perang-perang, Simelungun Rakyat), Gendang pendungi, dan Gendang adat (Prinst, 1996).

2.4.2. Teraka

Adalah suatu seni merajah diri dengan gambar tertentu pada masyarakat Karo, terutama kaum wanitanya. Ini berkaitan dengan kepercayaan, bahwa wanita pada saat hamil atau melahirkan mudah sekali diserang oleh sedang bela (setan). Untuk menangkalnya dibuatlah Teraka pada bagian tubuh tertentu wanita itu.Menurut Kepercayaan Tradisional Karo sedang bela itu selalu berpindah-pindah tempatnya, seperti : jahen tapin (hilir pemandian), serpang (simpang jalan), dapur, dan ditirai rumah. Caranya menyerang manusia dapat melalui beberapa kejadian, seperti : terkejut (sengget), lihat (idah), atau dengar (begi). 2.4.3. Porpor Sage

Adalah suatu upacara perdamaian antara orang yeng berseteru menurut adapt Karo. Misalnya, mendamaikan perselisihan antara sesame anggota keluarga atau antara seseorang dengan orang lainnya. Untuk pelaksanaannya dihadiri oleh Sangkep Enggeloh (Sembuyak Anak Beru Kalimbubu) dari masing-masing pihak.

Tujuan dari upacara ini mengadakan perdamaian. Perdamaian yang dimaksud tidak semata bersifat duniawi, akan tetapi juga bersifat religius, yakni menentramkan “tendi” atau roh.


(30)

2.4.4. Katika

Adalah waktu pada suku Karo, yang terdiri dari nama-nama hari, Mamis si Lima, dan Paka (bulan) serta Desa si Waluh (Mata Angin). Keempat hal ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Karo tradisional, karena setiap aktifitas mereka akan didasarkan kepada Katika ini.

2.4.5. Guro-guro Aron

guro Aron berasal dari dua kata, yaitu guro dan Aron. guro berarti hiburan atau pesta, sedangkan Aron berarti muda-mudi. Jadi Guro-guro Aron adalah suatu pesta muda-mudi yang dilaksanakan berdasarkan adapt dan kebudayaan Karo, dengan memakai musik Karo dan perkolong-kolong (penyanyi).

Adapun Guro-guro Aron itu pada masyarakat Karo berfungsi sebagai berikut:

a. Latihan kepemimpinan (persiapan sukses)

Bahwa dalam Guro-guro Aron Muda-mudi dilatih memimpin, mengatur dan mengurus pesta tersebut.

b. Belajar adat Karo

Muda-mudi juga belajar tentang adat Karo. Misalnya bagaimana cara ertutor, mana yang boleh teman menari, mana yang boleh menurut adapt atau mana yang tidak boleh dilakukan dan lain-lain.

c. Hiburan


(31)

d. Metik (tata rias)

Muda-mudi belajar “tata arias” guna mempercantik diri. Mereka belajar melulur diri, membuat “Tudung” atau “Bulang-bulang” dan lain sebagainya. e. Belajar etika

Muda-mudi juga belajar etika atau tata krama pergaulan hidup dengan sesamanya.

f. Arena cari jodoh

Guro-goro Aron juga dimaksudkan sebagai arena cari jodoh bagi para remaja. Oleh karena itu adakalanya pelaksanaannya didorong oleh orang-orang tua, karena melihat banyak perawan tua dan lajang tua dikampungnya. g. Njujungi Beras Piher

Adalah suatu upacara yang dilakukan kepada seseorang sebagai ucapan syukur dan agar selamat, karena telah berhasil dalam menjalankan suatu tugas tertentu, luput dari suatu marah bahaya, sembuh dari penyakit, menerima seseorang dari tempat jauh, atau menerima tamu terrhormat, dan lain-lain (Prinst, 1996).

3. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Karo

Berdasarkan hasil wawancara saya pada tanggal 19 Oktober 2009 yang dilakukan pada seorang pria suku Karo yang merupakan salah satu tokoh masyarakat suku Karo di daerahnya, terdapat penjelasan tentang pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo antara lain: 1) Mengenal masalah kesehatan, seseorang dapat beraktifitas seperti biasa misalnya pergi ke ladang,


(32)

mencari ikan disungai dan lain sebagainya maka hal tersebut dikatakan sehat, jika sebaliknya disebutlah dalam keadaan sakit, 2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat untuk kesehatan, setiap anggota keluarga yang sakit maka keputusan keluarga membawanya pada dukun atau orang pintar untuk proses penyembuhannya, 3) Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda, seiap keluarga melakukan perawatan di rumah mengikuti perintah yang diberikan dari dukun atau orang pintar tersebut, 4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga, untuk menciptakan kondisi rumah yang bersih anggota keluarga yang tidak sakit membersihkan rumah sesuai rutinitasnya sehari-hari, 5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada), hubungan timbal balik antara keluarga dengan dukun yaitu biasanya menuruti petunjuk dari dukun tersebut seperti memberikan sokok sesuai dengan rook yang diinginkan dari dukun tersebut atau juga memberi uang secukupnya (Sitepu, 2009).


(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan pada keluarga suku Karo.

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Karo :  Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga.

 Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.  Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak

dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.

 Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

 Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)

 Baik

 Cukup Baik  Kurang Baik


(34)

: variabel yang diteliti 2. Defenisi Operasional

Menurut Friedman (1998) ada 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yaitu : 1) Mengenal masalah kesehatan keluarga, mengenal masalah kesehatan keluarga mempunyai arti dikatakan setiap anggota keluarga sehat jika mampu melakukan rutinitas seperti biasanya, 2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga merupakan upaya keluarga untuk mencari pertolongan yang sesuai dengan kondisi keluarga dan pengambilan keputusan terletak pada kepala keluarga, 3) Memberikan perawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda, memberikan perawatan anggota keluarga yang sakit merupakan merawat anggota keluarga yang sakit di rumah sesuai dengan kondisi keluarga, 4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga, mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga adalah menciptakan suasana rumah yang nyaman dan bersih, 5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada), pemanfaatan fasilitas yang ada adalah hubungan antara anggota keluarga yang sakit dan keluarga dengan seseorang yang mampu menyembuhkan.


(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo di Kelurahan Tanah Merah Kecamatan Binjai Selatan.

2. Populasi dan Sampel 2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga dengan karakteristik suku karo di Kelurahan Tanah Merah Kecamatan Binjai Selatan dengan jumlah populasi 230 kepala keluarga.

2.2.Sampel

Tekhnik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah purvosif sampling, yaitu suatu tehnik penetapan sample dengan cara memilih sample diantara populasi sesuai dengan kriteria yang dikehendaki penelitian. Sehingga sample tersebut dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam, 2003).


(36)

Kriteria sampel yang dikehendaki yaitu: 1) Kepala keluarga keluarga dengan suku karo asli (bukan campuran), 2) Bersedia menjadi responden, 3) Bisa membaca dan menulis, 4) Responden berusia mulai dari usia remaja sampai dengan dewasa akhir dan belum pikun.

Dari data yang diperoleh ternyata populasi dalam jumlah besar, sehingga sampel yang diambil yaitu sekitar 20% dari jumlah populasi karena dianggap telah dapat mewakili (Arikunto, 2006). Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 20% dari 230 keluarga yaitu sebanyak 46 keluarga.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Tanah Merah Kecamatan Binjai Selatan, dengan pertimbangan bahwa di kelurahan tersebut masih banyak terdapat populasi suku karo yang memiliki kriteria yang sama. Serta belum pernah dilakukan penelitian tentang pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku karo di Kelurahan Tanah Merah Kecamatan Binjai Selatan. Selain itu, di kelurahan juga dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga memudahkan peneliti dalam mengambil data. Waktu penelitian berlangsung Maret – April 2010.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan izin dalam pengumpulan data, maka dilakukan pendekatan kepada responden dan menjelaskan maksud dan


(37)

yang diperhatikan pada penelitian ini yaitu : 1) Self Determination, peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian, 2) Informed Consent, peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan, 3) Anonimity, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut, 4) Confidentiality, peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan adalah kuisioner yang dibagi menjadi tiga bagian.

Bagian pertama yaitu kuisioner data demografi responden yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, peran dalam keluarga.

Bagian kedua yaitu kuisioner yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang mengidentifikasi bagaimana pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo. Kuisioner ini terdiri dari 28 pertanyaan yang peneliti kembangkan dari tugas kesehatan keluarga, dimana untuk tugas kesehatan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan keluarga terdiri dari 6 pertanyaan, 5 pertanyaan untuk tugas kesehatan keluarga mengambil keputusan untuk melakukan tindakan


(38)

keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda dan untuk tugas kesehatan keluarga dalam mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga, dan 5 pertanyaan untuk tugas kesehatan keluarga dalam mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). Penilaian menggunakan skala likert, dengan jawaban selalu (SL): 4, sering (SR): 3, kadang-kadang (KD): 2, tidak pernah (TP): 1. Total untuk tugas kesehatan keluarga skor yang terendah adalah 28 dan skor tertinggi adalah 112.

Bagian ketiga yaitu kuisioner yang berisi pertanyaan terbuka mengenai pantangan-pantangan yang ada pada suku Karo, anjuran, serta pendapat keluarga mengenai perbedaan dengan budaya lain.

Berdasarkan rumus statistik p= rentang/banyak kelas (Hidayat, 2007), dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurangi nilai terendah) sebesar 84 dan 3 kategori kelas untuk pelaksanaan tugas kesehatan keluarga ( baik, cukup baik, kurang baik). Menggunakan p=28 dan nilai terendah 30 sebagai batas kelas interval pertama, data tentang pelaksanaan tugas kesehatan keluarga sebagai berikut :

28 - 56 = kurang baik 57 - 84 = cukup baik 85 - 112 = baik


(39)

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas dilakukan oleh salah satu dosen keperawatan keluarga Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS.

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup yang sama. Instrumen yang reliable akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya atau benar sesuai kenyataannya sehingga walaupun data diambil berulang-ulang, hasilnya akan tetap sama.

Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16 untuk analisis cronbach alpha terhadap 10 orang dengan hasil koefisien reliabilitas untuk pelaksanan tugas kesehatan keluarga yaitu 0,814. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006), bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai reliabilitas lebih dari 0,600.

7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data akan dilakukan setelah peneliti menerima surat dari institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) dan surat izin dari lokasi penelitian yaitu kelurahan Tanah Merah Kecamatan Binjai Selatan.


(40)

mengikuti penelitian. Peneliti menjelaskan tentang tujuan, manfaat dan prosedur pengisian kuisioner pada calon responden. Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan). Selanjutnya peneliti akan meminta responden untuk mengisi kuesioner dengan tetap didampingi oleh peneliti.

8. Analisa Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan analisa data, yang secara garis besar meliputi empat langkah yaitu: 1) Persiapan, yaitu mengecek kelengkapan identitas, kelengkapan data macam isian data, 2) Tabulasi data dengan memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor, memberi kode terhadap item-item yang tidak di beri skor, 3) Memodifikasi data dan disesuaikan dengan teknik analisa yang digunakan, 4) Memberikan kode (coding) dalam hubungan denan pengolahan data dengan komputerisasi (Arikunto, 2006)


(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelaksanaan tugas kesehatan keluarga Suku Karo di Kelurahan Tanah Merah yang dilakukan pada tanggal 20 Maret sampai dengan 25 April 2010 dengan jumlah responden 46 keluarga bersuku karo

1.1 Karakteristik responden

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden keluarga bersuku karo berumur 21-40 tahun yang merupakan usia dewasa awal (n=24 atau 52,17%). Mayoritas responden beragama Islam (n=25 atau 54,35%), dan sebagian besar reponden laki – laki (n=28 atau 60,87%) serta kebanyakan dengan tingkat pendidikan SD, SMA, dan Perguruan tinggi (n=13 atau 28,26%). Berdasarkan jenis pekerjaan, pekerjaan yang paling dominan yaitu wiraswasta (n=17 atau 36,96%) dengan mayoritas responden mempunyai peran sebagai ayah (n=27 atau 58,69%), dan berpenghasilan mayoritas Rp. < 800.000 (n=26 atau 56,52%). Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 1.


(42)

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan presentase karakteristik responden keluarga bersuku Karo

Data Demografi Frekuensi Persentase (%)

Umur

16 – 20 tahun (usia remaja) 21 – 40 tahun (usia dewasa awal) 41 – 60 tahun (usia dewasa madia) > 60 tahun ( usia dewasa akhir)

1 24 17 4 2,17 52,17 36,96 8,70 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 28 18 60,87 39,13 Tingkat Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi 13 7 13 13 28,26 15,22 28,26 226 Agama Islam Kristen Protestan 25 21 54,35 45,65 Pekerjaan

Ibu rumah tangga Pegawai negri Pegawai swasta Wiraswasta Lain-lain 9 13 1 17 6 19,57 28,26 2,17 36,96 13,04 Peran dalam keluarga

Ayah Ibu Anak 27 17 2 58,69 36,96 4,35 Penghasilan <Rp.800.000 Rp. 800.000-1.500.000 Rp. 1.500.000-3000.000 >Rp. 3000.000 26 10 8 2 56,52 21,74 17,39 4,35

1.2 Distribusi frekuensi dan persentase pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Karo


(43)

Penelitian ini menunjukkan bahwa hampir dua pertiga (2/3) responden melaksanakan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo dengan kategori baik (63,04%). Distribusi frekuensi dan persentase pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Distribusi frekuensi dan persentase pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Karo

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Kurang Baik 0 0

Cukup Baik 17 36,96

Baik 29 63,04

Total 46 100

1.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Menurut Bagian Tugas Kesehatan Keluarga

1.3.1. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Pada penelitian ini lebih dari setengah (1/2) responden menyatakan bahwa keluarga selalu mengerti tentang sehat dan sakit (54,2%), hampir sepertiga (1/3) responden (30,5%) sebahagian menyatakan keluarga selalu mengetahui perubahan yang terjadi jika timbul keluhan penyakit pada salah satu anggota keluarga yang sakit, dan sebahagian responden (30,5%) menyatakan keluarga kadang-kadang mengetahui perubahan yang terjadi jika timbul keluhan penyakit pada salah satu anggota keluarga yang sakit, lebih dari sepertiga (1/3) responden (42,4%) menyatakan keluarga selalu menayakan keluhan yang dirasakan oleh anggota keluarga yang sakit, hampir dua pertiga (2/3) responden (60,9%) menyatakan keluarga selalu dapat membedakan kondisi sehat sakit setiap anggota keluarga,


(44)

dan lebih dari sepertiga (1/3) responden (43,5%) menyatakan keluarga selalu beranggapan bahwa seseorang yang sakit tidak dapat melakukan aktifitas. Seperti tampak pada tabel 3.

Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentase pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Karo dalam mengenal masalah kesehatan keluarga.

Pernyataan Frekuensi dan Persentase

SL SR KK TP

1. Keluarga mengerti tentang sehat dan sakit

32 (69,6%) 8 (17,4%) 6 (13,0%) 0 (0%) 2. Keluarga mengetahui

perubahan yang terjadi jika timbul keluhan penyakit pada salah satu anggota keluarga yang sakit

18 (39,1%) 10 (21,7%) 18 (39,1%) 0 (0%)

3. Keluarga mengetahui penyebab dari perubahan yang terjadi pada anggota keluarga yang sakit

16 (34,8%) 11 (23,9%) 16 (34,8%) 3 (6,5%)

4. Keluarga menanyakan keluhan yang dirasakan anggota keluarga yang sakit

25 (54,3%) 12 (26,1%) 8 (17,4%) 1 (2,2%)

5. Keluarga dapat

membedakan kondisi sehat, sakit setiap anggota keluarga 28 (60,9%) 8 (17,4%) 8 (17,4%) 2 (4,3%)

6. Keluarga beranggapan bahwa seseorang yang sakit tidak dapat melakukan aktivitas 20 (43,5%) 9 (19,6%) 16 (34,8%) 1 (2,2%)

Tabel 4 memperlihatkan bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Karo dalam mengenal masalah kesehatan keluarga berada dalam kategori cukup baik (15,22%) dan kategori baik (84,76%).


(45)

Tabel 4. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Karo dalam Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga (n=46)

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Kurang Baik 0 0

Cukup Baik 7 15,22

Baik 39 84,76

1.3.2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh hampir dua pertiga (2/3) responden (63,0%) menyatakan bahwa Kepala keluarga selalu berperan penting dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, lebih dari setengah (½) responden (58,7%) menyatakan bahwa keluarga kadang-kadang menanyakan pendapat dari orang lain untuk menentukan tindakan kesehatan yang tepat, hampir setengah (1/2) responden (47,8%) menyatakan bahwa keluarga sebelum mengambil keputusan yang tepat, keluarga selalu memberikan perawatan sederhana dirumah, mayoritas responden (43,5%) menyatakan bahwa keputusan keluarga yang diambil dalam mengatasi masalah kesehatan selalu adalah ke Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit, dan lebih dari setengah responden (56,5%) keputusan yang diambil menurut keluarga selalu dapat mengatasi masalah kesehatan. Distribusi frekuensi dan persentase pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Karo dalam mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga dapat dilihat pada tabel 5.


(46)

Tabel 5 Distribusi frekuensi dan persentase pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Karo dalam mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga

Pernyataan Frekuensi dan Persentase

SL SR KK TP

1. Kepala keluarga berperan penting dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan 29 (63,0%) 14 (30,4%) 3 (6,5%) 0 (0%)

2. Keluarga menanyakan

pendapat dari orang lain untuk menentukan tindakan

kesehatan yang tepat

9 (19,6%) 8 (17,4%) 27 (58,7%) 2 (4,3%)

3. Sebelum mengambil

keputusan yang tepat keluarga memberikan perawatan sederhana dirumah. 22 (47,8%) 15 (32,6%) 8 (17,4%) 1 (2,2%)

4. Keputusan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan adalah Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit

20 (43,5%) 16 (34,8%) 9 (19,6%) 1 (2,2%)

5. Keputusan yang diambil menurut keluarga dapat mengatasi masalah kesehatan

26 (56,5%) 10 (21,7%) 10 (21,7%) 0 (0%)

Tabel 6 memperlihatkan bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Karo dalam mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga berada dalam kategori cukup baik (15,22%) dan kategori baik (84,76%).

Tabel 6. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Karo dalam mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga (n=46)

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Kurang Baik 0 0

Cukup Baik 7 15,22


(47)

1.3.3. Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda

Pada penelitian ini lebih dari setengah (1/2) responden (56,5%) menyatakan bahwa keluarga selalu membantu anggota keluarga yang sakit dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi, makan, minum obat dan lain-lain, lebih dari setengah (½) responden (54,3%) menyatakan bahwa keluarga selalu melanjutkan pengobatan di rumah sesuai dengan petunjuk dokter atau petugas kesehatan, lebih dari sepertiga (1/3) responden (42,3%) menyatakan bahwa keluarga kadang-kadang lebih mengutamakan pengobatan medis dibandingkan pengobatan tradisional, hampir dua pertiga (2/3) responden (63,0%) menyatakan bahwa keluarga selalu memperhatikan perkembangan kesehatan anggota keluarga yang sakit, lebih dari tiga perempat (¾) responden (78,3%) menyatakan bahwa keluarga selalu memberikan perhatian yang lebih kepada anggota keluarga yang sakit, dan setengah (1/2) responden (50,0%) menyatakan keluarga selalu memberikan perawatan sederhana kepada anggota keluarga yang sakit seperti menyuruh minum air putih yang banyak, mengompres jika terjadi demam, dan lain-lain. Distribusi frekuensi dan persentase pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Karo dalam memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda dapat dilihat pada tabel 7.


(48)

Tabel 7 Distribusi frekuensi dan persentase pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Karo dalam memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda

Pernyataan Frekuensi dan Persentase

SL SR KK TP

1. Keluarga membantu anggota keluarga yang sakit dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari seperti mandi, makan, minum obat, dll.

26 (56,5%) 7 (15,2%) 11 (23,9%) 2 (4,3%)

2. Keluarga melanjutkan pengobatan di rumah sesuai dengan petunjuk dokter atau petugas kesehatan. 25 (54,3%) 14 (30,4%) 5 (10,9%) 2 (4,3%)

3. Keluarga lebih

mengutamakan pengobatan medis dibandingkan pengobatan tradisional. 15 (32,6%) 12 (26,1%) 19 (42,3%) 0 (0%)

4. Keluarga memperhatikan perkembangan kesehatan anggota keluarga yang sakit.

29 (63,0%) 10 (21,7%) 5 (10,9%) 2 (4,3%) 5. Keluarga memberi perhatian

yang lebih kepada anggota keluarga yang sakit.

36 (78,3%) 8 (17,4%) 2 (4,3%) 0 (0%) 6. Keluarga memberikan

perawatan sederhana kepada anggota keluarga yang sakit seperti menyuruh minum air putih yang banyak,

mengompres jika terjadi demam, dll. 23 (50,0%) 16 (34,8%) 7 (15,2%) 0 (0%)

Tabel 8 memperlihatkan bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Karo memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda berada dalam kategori cukup baik (6,53%) dan kategori baik (93,47%).


(49)

Tabel 8. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Karo dalam memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda (n=46)

Kategori Frekuensi Persentase(%)

Kurang Baik 0 0

Cukup Baik 3 6,53

Baik 43 93,47

1.3.4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga

Pada penelitian ini hampir setengah (1/2) responden (45,7%) menyatakan keluarga selalu mampu menyediakan keperluan sehari-hari setiap anggota keluarga seperti perlengkapan mandi, makan ataupun perlengkapan untuk merawat diri, lebih dari setengah (1/2) responden (52,2%) menyatakan keluarga selalu menyediakan waktu untuk membersihkan rumah dan lingkungan rumah setiap hari, lebih dari sepertiga (1/3) responden (37,0%) menyatakan keluarga kadang-kadang membuat jadwal khusus untuk membersihkan seluruh bagian rumah, hampir setengah (1/2) responden (45,7%) menyatakan keluarga kadang-kadang melaksanakan jadwal kebersihan yang telah dibuat secara bersama-sama (bergotong royong), lebih dari sepertiga (1/3) responden (41,3%) menyatakan keluarga sering ikut serta dalam membersihkan lingkungan sekitar rumah, dan hampir setengah (1/2) responden (47,8%) menyatakan keluarga kadang-kadang menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan anggota keluarga untuk mengetahui kondisi dan perkembangan dari setiap anggota keluarga. Distribusi frekuensi dan persentase pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Karo dalam


(50)

mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9 Distribusi frekuensi dan persentase pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Karo dalam mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

Pernyataan Frekuensi dan Persentase

SL SR KK TP

1. Keluarga mampu menyediakan keperluan sehari-hari setiap anggota keluarga seperti

perlengkapan mandi, makan ataupun perlengkapan untuk merawat diri. 21 (45,7%) 15 (32,6%) 10 (21,7%) 0 (0%)

2. Keluarga menyediakan waktu untuk membersihkan rumah dan lingkungan rumah setiap hari.

24 (52,2%) 11 (23,9%) 10 (21,7%) 1 (2,2%)

3. Keluarga membuat jadwal khusus untuk membersihkan seluruh bagian rumah.

12 (26,1%) 7 (15,2%) 17 (37,0%) 10 (21,7%) 4. Keluarga melaksanakan

jadwal kebersihan yang telah dibuat secara bersama-sama (bergotong royong) 10 (21,7%) 6 (13,0%) 21 (45,7%) 9 (19,6%)

5. Keluarga ikut serta dalam membersihkan lingkungan sekitar rumah. 14 (30,4%) 19 (41,3%) 12 (26,1%) 1 (2,2%) 6. Keluarga menyediakan

waktu untuk berbincang-bincang dengan anggota keluarga untuk mengetahui kondisi dan perkembangan dari setiap anggota keluarga.

13 (28,3%) 10 (21,7%) 22 (47,8%) 1 (2,2%)

Tabel 10 memperlihatkan bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Karo dalam mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga berada dalam kategori


(51)

Tabel 10. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Karo dalam mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga (n=46)

Kategori Frekuensi Persentase

Kurang Baik 0 0

Cukup Baik 50 23

Baik 50 23

1.3.5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

Berdasarkan hasil penelitian lebih dari dua pertiga (2/3) responden (69,6%) menyatakan keluarga selalu percaya kepada petugas kesehatan yang ada di Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit, hampir dua pertiga (2/3) responden (65,2%) menyatakan keluarga selalu dapat menjangkau Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit, lebih dari setengah (1/2) responden ( 56,5%) menyatakan keluarga selalu memanfaatkan Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit dengan kebutuhan, hampir tiga perempat (3/4) responden (71,7%) menyatakan keluarga selalu mendukung program kesehatan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan (mis : imunisasi, KB, foging, penyuluhan.kes, dan lain-lain), lebih dari sepertiga (1/3) responden (39,1%) menyatakan keluarga selalu merasa puas terhadap pelayanan kesehatan tersebut, dan sebahagian lagi (39,1%) menyatakan keluarga kadang-kadang merasa puas terhadap pelayanan kesehatan tersebut. Distribusi frekuensi dan persentase pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Karo dalam mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) dapat dilihat pada tabel 11.


(52)

Tabel 11 Distribusi frekuensi dan persentase pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Karo dalam mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

Pernyataan Frekuensi dan Persentase

SL SR KK TP

1. Keluarga percaya kepada petugas kesehatan yang ada di Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit 32 (69,6%) 5 (10,9%) 9 (19,6%) 0 (0%)

2. Keluarga dapat menjangkau Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit 30 (65,2%) 8 (17,4%) 6 (13,0%) 2 (94,3%) 3. Keluarga memanfaatkan

Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit dengan kebutuhan 26 (56,5%) 5 (10,9%) 11 (23,9%) 4 (8,5%)

4. Keluarga mendukung program kesehatan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan (mis : imunisasi, KB, foging, penyuluhan.kes, dll) 33 (71,7%) 7 (15,2%) 5 (10,9%) 1 (2,2%)

5. Keluarga merasa puas

terhadap pelayanan kesehatan tersebut 18 (39,1%) 9 (19,6%) 18 (39,1%) 1 (2,2%)

Tabel 12 memperlihatkan bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Karo dalam mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada berada dalam kategori cukup baik (15,22%) dan baik (84,78%).


(53)

Tabel 12. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Karodalam mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) (n=46)

Kategori Frekuensi Persentase(%)

Kurang Baik 0 0

Cukup Baik 7 15,22

Baik 39 84,78

2. PEMBAHASAN

Desain deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan pada keluarga suku Karo dan dalam penelitian ini jumlah responden yang terlibat adalah 46 keluarga yang bersuku Karo.

Penelitian ini menunjukkan bahwa hampir dua pertiga (2/3) responden melaksanakan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo dengan kategori baik (63,04%).

2.1 Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo 2.1.1 Mengenal masalah kesehatan keluarga

Keluarga merupakan jaringan yang mempunyai hubungan erat dan bersifat mandiri, dimana masalah-masalah seorang individu ”menyusup” dan mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan seluruh sistem (Setyowati, 2008).

Dari hasil penelitian pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan keluarga menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan keluarga selalu mengerti tentang sehat dan sakit (69,6%). Keluarga


(54)

sebahagian berpendapat selalu dan sebahagian berpendapat kadang-kadang mengetahui perubahan yang terjadi jika timbul keluhan penyakit pada salah satu anggota keluarga yang sakit (39,1%). Keluarga sebahagian berpendapat selalu dan sebahagian lagi berpendapat kadang-kadang mengetahui penyebab dari perubahan yang terjadi pada anggota keluarga yang sakit (34,8%), ini sesuai dengan pernyataan Setiadi (2006) perubahan apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, Tetapi menurut Sitepu (2009) ada jenis penyakit yang tidak diketahui penyebabnya dan perubahan yang diakibatkan penyakit tersebut yaitu jenis penyakit karena diguna-guna atau disebut ”tama-tama kalak” misalnya penyakit ”gadam” yaitu tidak dapat disembuhkan. Hanya orang yang memiliki keahlian khusus yang dapat melihat penayakit ini. Keluarga selalu menanyakan keluhan yang dirasakan anggota keluarga yang sakit (54,3%). Keluarga selalu dapat membedakan kondisi sehat-sakit setiap anggota keluarga (60,9%). Keluarga selalu beranggapan bahwa seseorang yang sakit tidak dapat melakukan aktivitas (43,5%). Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitepu (2009) yang diuraikan pada bab 2, menurut perspektif Karo seseorang dikatakan sakit apabila tidak dapat beraktivitas. Hal inilah yang menunjukan bahwa tingkat pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo berada pada kategori baik.


(55)

2.1.2 Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga (Setiadi, 2006).

Hasil penelitian dari keluarga bersuku Karo menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan kepala keluarga selalu berperan penting dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan (63,0%). Keluarga kadang-kadang menanyakan pendapat dari orang lain untuk menentukan tindakan kesehatan yang tepat (58,7%), hal ini sesuai dengan pernyataan Sitepu (2009) mengatakan bahwa keluarga Karo akan menanyakan pendapat atau meminta bantuan dari keluarga besar atau yang masih ada hubungan dengan marga keluarga jika keluarga tidak mampu lagi dalam hal dana atau penyakitnya sudah terlalu berat. Sebelum mengambil keputusan yang tepat keluarga selalu memberikan perawatan sederhana di rumah (47,8%), hal ini sesuai dengan pernyataan Sitepu (2009) sebelum dibawa ke petugas medis anggota keluarga yang sakit, misalnya demam akan dikompres dan minum air putih yang banyak jika demam tidak turun kemudian dibawa berobat ke puskesmas atau rumah sakit keputusan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan selalu memilih puskesmas, bidan atau rumah sakit.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Karo dalam hal mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga berada dalam kategori baik.


(56)

2.1.3 Memberikan perawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak Dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda

Keluarga merupakan sumber bantuan yang terpenting bagi anggota keluarganya atau bagi individu yang dapat mempengaruhi gaya hidup atau mengubah gaya hidup anggotanya menjadi berorientasi pada kesehatan (Setyowati, 2008). Seiring dengan perkembangan teknologi dan tingginya tingkat pngetahuan, keluarga lebih memilih untuk meneruskan pengobatan yang didapat dari petugas kesehatan hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa responden selalu melanjutkan pengobatan di rumah sesuai dengan petunjuk dokter.

Mayoritas responden berpendapat bahwa keluarga selalu membantu anggota keluarga yang sakit dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari seperti mandi, makan, minum obat dan lain-lain (56,5%), hal ini sesuai dengan pernyataan Setyowati (2008) keluarga merupakan sumber bantuan yang terpenting bagi anggota keluarganya atau bagi individu yang dapat mempengaruhi gaya hidup atau mengubah gaya hidup anggotanya menjadi berorientasi pada kesehatan. Keluarga selalu melanjutkan pengobatan dirumah sesuai dengan petunjuk dokter atau petugas kesehatan (54,3%), keluarga kadang-kadang mengutamakan pengobatan medis dibandingkan pengobatan tradisional (41,3%), hal ini sesuai dengan pernyataan Sitepu (2009) bahwa sekarang ini keluarga Karo kadang-kadang lebih memilih berobat ke puskesmas atau rumah sakit, hal ini dikarenakan pengetahuan masyarakat yang sudah meningkat dan masuknya agama yang melarang pengobatan tradisional yang cenderung mengarah kepada penyembahan


(57)

berhala (begu). Keluarga selalu memperhatikan perkembangan kesehatan anggota keluarga yang sakit (63,0%), keluarga selalu memberi perhatian yang lebih kepada anggota keluarga yang sakit (78,3%), dan keluarga selalu memberi perawatan sederhana kepada anggota keluarga yang sakit (seperti menyuruh minum air putih yang banyak, mengompres jika terjadi demam dan lain-lain).

Hal ini menunjukan bahwa tingkat pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo dalam memberikan perawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda berada pada kategori baik. Sesuai dengan Survey Gallop pada tahun 1985 yang memastikan bahwa saat berhubungan dengan masalah kesehatan, kebanyakan individu mendapatkan bantuan yang lebih banyak dari keluarga mereka daripada sumber lainnya bahkan dokter yang menangani mereka sekalipun (Setyowati, 2008).

2.1.4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga

Keluarga mempunyai peran penting dan membantu anggota keluarganya untuk hidup dalam kehidupan yang lebih sehat (Setyowati, 2008).

Pada penelitian ini mayoritas responden menyatakan bahwa keluarga selalu mampu menyediakan keperluan sehari-hari setiap anggota keluarga seperti perlengkapan mandi, makan ataupun perlengkapan untuk merawat diri (45,7%), keluarga selalu menyediakan waktu untuk membersihkan rumah dan lingkungan rumah setiap hari (52,2%), keluarga kadang-kadang membuat jadwal khusus


(58)

untuk membersihkan seluruh bagian rumah (37,0%), keluarga kadang-kadang melaksanakan jadwal kebersihan yang telah dibuat secara bersama-sama (bergotong royong) (45,7%), keluarga selalu ikut serta dalam membersihkan lingkungan sekitar rumah (30,4%), keluarga kadang-kadang menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan anggota keluarga untuk mengetahui kondisi dan perkembangan dari setiap anggota keluarga (47,8%). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa keluarga Karo memperhatikan kebersihan lingkungan rumah maupun lingkungan di sekitar rumah walaupun keluarga tidak memiliki waktu khusus untuk membersihkan rumah tetapi setiap hari keluarga selalu membersihkan rumah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sembiring (2009) dalam keluarga Karo tidak ada jadwal khusus dalam kebersihan, prinsipnya jika rumah atau lingkungan sekitar kotor harus dibersihkan.

Hal ini menunjukan bahwa tingkat pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo dalam mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga berada pada kategori cukup baik.

2.1.5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)

Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden menyatakan keluarga percaya kepada petugas kesehatan yang ada dipuskesmas, bidan atau rumah sakit (69,6%), keluarga selalu dapat menjangkau puskesmas, bidan atau rumah sakit (65,2%), keluarga memanfaatkan puskesmas, bidan atau rumah sakit dengan


(59)

kebutuhan (56,5%), keluarga selalu mendukung program kesehatan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan (misal: imunisasi, KB, foging, penyuluhan kesehatan dan lain-lain (71,7%), keluarga sebahagian selalu merasa puas dan sebahagian lagi kadang-kadang merasa puas terhadap pelayanan kesehatan tersebut (39,1%).

Hal ini menunjukan bahwa tingkat pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo dalam mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) berada pada kategori baik.

2.2. Analisa kesehatan keluarga suku Karo

Berdasarkan hasil penelitian beberapa pantangan suku Karo yang tidak boleh dilakukan mengenai kesehatan antara lain: 1) Tidak boleh memakan makanan yang dimasak lebih dari satu kali dipanaskan, 2 ) Saat usia kehamilan 7 bulan harus dilakukan upacara 7 bulanan karena jika tidak dilakukan anak yang dilahirkan akan suka mengences, 3) Pada wanita hamil tidak boleh memakan boleh memakan tebu karena saat melahirkan akan terasa lebih sakit saat melahirkan, tidak boleh menkonsumsi tape, nenas , durian karena dapat menyebabkan keguguran, suami-istri tidak boleh membunuh binatang karena anak yang dilahirkan nanti bisa menyerupai binatang tersebut, 4) Saat melahirkan dilarang memakan makanan yang pedas dan panas seperti makanan yang mengandung lada terlalu banyak karena dapat mengakibatkan usus tipis , 5) Tidak boleh mandi dimalam hari karena bisa mengakibatkan penyakit tulang, 6) Ula pan


(60)

kenas (nenas) yaitu pantangan memakan nenas pada orang yang mengalami patah tulang, 7) Adi jaba-jaban yang artinya bila kerumutan tidak boleh terkena angin, 8) Selagi berobat tidak boleh minum es, memakan makanan yang dimasak dua kali, melayat orang meninggal 9) Bila sakit perut tidak boleh makan ubi, nenas dan nangka, 10) Tidak boleh membeli minyak lampu dimalam hari karena dapat menyebabkan mata kabur , 11) tidak boleh memetik sayuran untuk dikonsumsi bila hujan karena bisa menyebabkan sakit perut, 12) berdasarkan pantangan-pantangkan menurut marga sitepu yaitu tidak boleh mengkonsumsi burung balam karena ada sumpah akan memperoleh sakit yang khusus, 13) Tidak boleh mengkonsumsi darah ayam.

Pada penelitian ini menurut responden ada beberapa perbedaan antara suku Karo dengan suku lainnya, antara lain: 1) Apabila anggota keluarga sakit suku Karo sering menggunakan obat tradisional untuk pertolongan pertama sebelum dirujuk ke rumah sakit, 2) Suku Karo masih sering berobat kepada orang pintar (dukun) apa bila mengalami suatu penyakit, 3) Pengobatan tradisional merupakan pilihan pertama ketika salah satu anggota keluarga mengalami suatu penyakit, 4) Orang Karo sering menggunakan ramuan tradisional seperti menggunakan sirih (penurungi), daun-daunan kering, akar-akaran dan kayu sebagai obat yang biasanya direbus atau dijemur terlebih dahulu, seperti sembur (ramuan tradisional), kuning , langgum (daun pisang yang diolesi minyak tawar karo kemudian diletakkan diatas perut dengan tujuan untuk menjaga agar tubuh tetap sehat) dan mandi uap (oukup), 5) Kalau sakit masih sering minta petunjuk dari roh, nini bulang, guru si mbaso, guru si mbesa, (dengan kata lain orang pintar atau


(61)

dukun), 6) Tingkat solidaritas orang Karo sangat tinggi hal ini terlihat dari saat ada keluarga yang sakit, orang Karo akan beramai-ramai menunggui anggota keluarga yang sakit, 7) suku Karo menggunakan kusuk atau minyak jika dalam keadaan sakit.

Beberapa hal yang sebaiknya dilakukan menurut suku Karo untuk meningkatkan taraf kesehatan pada keluarga antara lain: 1) Makan-makanan yang bergizi dan sering berobat, 2) Sering mengkonsumsi sembur (ramuan tradisional) agar terhindar dari masuk angin, 3) menggosokkan minyak ayam keseluruh badan, 4) Jangan memakan-makanan sembarangan, 5) Jangan mandi dimalam hari, 6) Rajin memakai kuning (parem Karo), hal ini juga bermanfaat pada anak-anak sehabis mandi sore agar anak lebih sehat, 7) Usahakan banyak minum air putih, 8) Menggunakan sembur dari tumbuh-tumbuhan, 9) Mandi uap (oukup) dari batang tumbuh-tumbuhan, 10) Makan harus teratur, 11) Makanan yang kita makan harus bersih, dicuci karena semua makanan mengandung zat kimia, 12) Tidak boleh tidur lama-lama, 13) Mencuci tangan dengan bersih sebelum makan, 14) Jauhkan diri dari segala minuman keras, 15) Makan terites (makanan yang terbuat dari kotoran muda lembu), 16) Makan sirih supaya gigi kuat, 17) Menggunakan air sirih untuk kesehatan mata, 18) menggunakan bahing untuk kesehatan mata, 19) Setelah melahirkan wanita dianjurkan menggunakan lada hitam yang ditumbuk halus sebagai pengganti cabe untuk memasak, hal ini untuk memperlancar asi, 20) Menggunakan “tanggeh mata” untuk membuat mata lebih terang . tanggeh mata terdiri dari merica, kencur, bawang merah, jahe digiling kemudian diperas lalu


(62)

airnya taruh dimata, 21) Mengunakan minyak kusuk untuk menghindari pegal-pegal


(63)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa hampir dua pertiga (2/3) responden melaksanakan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo dengan kategori baik (63,04%).

Dan dapat diuraikan bahwa:

• Tingkat pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo yaitu mengenal masalah kesehatan keluarga, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat, memberikan perawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda, mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga, mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) berada pada kategori baik.

• Pada suku karo pengobatan tradisional masih menjadi pilihan utama keluarga dalam penyelesaian masalah kesehatan keluarganya.

• Banya kebiasaan yang telah dilaksanakan pada keluarga suku karo yang sangat mendukung kesehatan keluarga.


(64)

2. SARAN

2.1 Pendidikan Keperawatan

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo dalam kategori baik, hendaknya ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengkajian dan penyusunan asuhan keperawatan khususnya keperawatan keluarga dengan tepat.

2.2 Pelayanan Keperawatan

Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo dalam kategori baik. Namun ada beberapa aspek tugas kesehatan keluarga dalam hal mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga yang masih perlu ditingkatkan, contohnya dalam hal kebersihan lingkungan dan penyediaan waktu untuk berbincang-bincang dalam keluarga. Hendaknya perawat Keluarga dan Komunitas dapat memberikan intervensi yang sesuai dengan budaya keluarga yang menerima asuhan keperawatan.

2.3 Peneliti selanjutnya

Disampaikan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian selanjutnya yang lebih mengeksplorasi mengenai kehidupan keluarga dalam budaya Karo.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rhineka Cipta.

Dempsey, P.A. (2002). Riset Keperawatan: Buku ajar & Latihan Penulis, edisi 4. Jakarta: EGC.

Effendy, Nasrur. (1998). Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC Fauzia, R. (2009). Sangkep Si Telu. Diambil tanggal 25 September 2009 dari:

Friedman, Marylin M. (1998). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik Edisi 3. Jakarta : EGC.

Hartanti, Afna W. (2008). Hubungan Antara pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga dengan pemenuhan Kebutuhan Perawataan Lanjut Usia dengan Stroke. Diambil tanggal 23 September 2009 dari:

Hidayat, A.A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika

Murwani, Arita. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta: Fitramaya.

Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Prinst, Darwan. (1996). Adat Karo. Medan : Kongres Kebudayaan Karo

Priskanta. (2009). Rumah Adat Karo. Diambil tanggal 25 September 2009 dari:

Setiadi. (2006). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setyowati, S & Arita M. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga : Konsep dan Aplikasi Kasus. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.

Sembiring, R. Tokoh Masyarakat Suku Karo Sitepu, T. Tokoh Masyarakat Suku Karo.


(66)

Sudiharto. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Kepeerawatan Transkultural. Jakarta : EGC

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC

Suryanto. (2008). Optimalisasi Peran dan Fungsi Keluarga. Diambil tanggal 15

September 2009 dari:

Trisfariani. (2007). Peran dan Pengetahuan Keluarga Terhadap Pencegahan dan Pengobatan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Rantauprapat. Skripsi tidak dipublikasikan. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan.


(67)

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

“Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Karo” Oleh :

Rahmad Edi Sembiring

Saya adalah mahasiswi Program S-1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian dengan tujuan untuk menguraikan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Karo.

Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana tidak akan memberikan dampak yang membahayakan. Jika Bapak/Ibu bersedia maka saya akan memberikan kuesioner kepada Bapak/Ibu untuk dijawab yang meliputi pertanyaan tentang data demografi dan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga. Bapak/Ibu dapat menjawab pertanyaan tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi Bapak/Ibu saat ini.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak/Ibu bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini. Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini.

Jika Bapak/Ibu bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, maka silahkan Bapak/Ibu menandatangani formulir persetujuan ini.

Medan, Januari 2009 Peneliti Responden


(68)

Lampiran 2

KUISIONER PENELITIAN

“Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Karo” Kode :

Tanggal :

1. Data Demografi Responden

Petunjuk : - Jawablah semua pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda ( √ )

- Pada tempat yang telah disediakan. - Semua pertanyaan harus dijawab.

- Tiap pertanyaan harus diisi dengan satu jawaban. 1. Umur : ... tahun

2. Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

3. Tingkat Pendidikan : SD SMP

SMU Lain-lain Perguruan Tinggi

4. Agama : Islam Protestan Katolik 5. Pekerjaan : Pegawai Negeri Ibu rumah tangga

Pegawai Swasta Wiraswasta Dan lain-lain

6. Peran dalam keluarga : Ayah Ibu Anak


(69)

7. Penghasilan : < Rp. 800.000 Rp. 800.000 – Rp. 1.500.000

Rp. 1.500.000 – Rp. 3.000.000 > Rp. 3.000.000

2. Kuisioner Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Karo Berikanlah tanda checlist () pada pilihan yang anda anggap benar SL = Selalu KK = Kadang – Kadang

SR = Sering TP = Tidak Pernah

No Pernyataan SL SR KK TP

1 Keluarga mengerti tentang sehat dan sakit 2 Keluarga mengetahui perubahan yang terjadi

jika timbul keluhan penyakit pada salah satu anggota keluarga yang sakit

3 Keluarga mengetahui penyebab dari

perubahan yang terjadi pada anggota keluarga yang sakit

4 Keluarga menanyakan keluhan yang dirasakan anggota keluarga yang sakit

5 Keluarga dapat membedakan kondisi sehat, sakit setiap anggota keluarga


(1)

BIAYA TAK TERDUGA Rp. 100.000 Rp. 841.000


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Lampiran 7

CURICULUM VITAE

Nama : Rahmad Edi Sembiring Tempat tanggal lahir : Binjai, 31 Januari 1989 Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Let. Umar Baki-Binjai Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 024768 (1994-2000) 2. SLTP Negeri 1 Binjai (2000-2003) 3. SMU Negeri 3 Binjai (2003-2006) 4. S1 Keperawatan USU (2006)