34
2.3.6 Upacara Menggali Tulang-belulang Mangokal Holi
Dalam adat Batak Toba, status kehormatan yang dimiliki oleh suatu roh tidaklah bersifat statis. Status dan kehormatan dapat ditingkatkan lagi lebih ke
atas. Peningkatan kemuliaan akan didapatkan oleh roh itu apabila dia memiliki status “sumangot”. Status sumangot akan dimilikinya apabila para keturunannya
telah membuatkan sebuah makan permanen yang dipahat dari batu atau dibuat dari semen yang kemudian dihiasi dengan keramik dengan segala kemegahannya.
Di tempat yang baru itu kemudian dimasukkan tulang belulang. Tulang-belulang itu digali dari kuburan di dalam tanah melalui upacara yang dinamakan
“mangongkal holi ” menggali tulang belulang. Acara ini ditandai dengan pelaksanaan pesta yang besar. Penaikkan tulang-belulang dari dalam tanah kepada
tempat yang tersedia dimakam batu itu merupakan lambang pemberian penghormatan yang lebih tinggi kepada roh orang tua. Kemegahan sebuah
kuburan merupakan lambang kemuliaan yang diterima oleh roh orang tua di dunia orang mati. Bagi keturunannya, kemegahan makam itu merupakna simbol gengsi
sosial di tengah-tengah masyarakat Batak Toba lainnya. Kuburan itu juga merupakan tanda ikatan persekutuan antara roh orangtua dengan keturunannya.
Di dalam pelaksanaan upacara adat Batak Toba ada alat penyembahan yang selalu harus dipakai untuk menyempurnakan upacara tersebut yaitu “Ulos”.
Ulos adalah kain untuk upacara dengan berbagai fungsi dan tenunannya. Jaman dahulu ulos Batak Toba selalu diawali dengan permohonan kepada seorang ahli
tenun untuk membuatkan satu jenis ulos tertentu. Si pemesan harus menyediakan tiga lembar daun sirih serta tiga rupa “itak” tepung beras yang dikepal yang tiga
Universitas Sumatera Utara
35 warna putih, kuning, merah ditempatkan dalam bakul kecil beserta uang enam
rupiah batu. Sesajian sesajen ini didoakan secara animistis barulah ditentukan hari yang baik untuk memulai menenun ulos itu. Tetapi sekarang pembuatan ulos
sama dengan pembuatan pakaian, tidak ada mantra-mantra atau sesajen. Menurut fungsinya dalam upacara adat Batak Toba dikenal bermacam-
macam ulos dengan kegunaannya, antara lain:
Ulos Tondi. Ulos yang dipakaikan kepada seorang calon ibu yang mengandung
tujuh bulan bayi pertamanya. Dengan dipakaikan ulos tondi ini, diharapkan bayi itu lahir dengan selamat. Ulos tondi adalah jaminan keselamatan ibu dan bayi.
Ulos Parompa. Ulos yang diberikan kepada bayi yang baru lahir. Ulos ini diberikan oleh “tulang” paman si bayi, khusus untuk menggendong bayi itu.
Ulos Sampetua. Ulos yang diberikan kepada seseorang yang baru saja mengalami
musibah atau sakit berat, dengan harapan agar ia berusia lanjut.
Ulos Saput. Ulos yang diberikan khusus pada acara kematian, biasanya digunakan
untuk menutupi peti mati.
Ulos Tujung. Ulos yang diberikan kepada seorang perempuan yang suaminya
baru meninggal, dikenakan selama jangka waktu tertentu.
Ulos Holong. Ulos yang diberikan kepada anak yang baru lahir setelah proses
pemandian.
Universitas Sumatera Utara
36
3. Pelaksanaan Tugas Kesehatan pada Keluarga Suku Batak Toba