Evaluasi Perbaikan Kualitas dengan Pendekatan Six Sigma di PT. Sinar Sanata Electronic Industry

(1)

EVALUASI PERBAIKAN KUALITAS DENGAN

PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. SINAR SANATA

ELECTRONIC INDUSTRY

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Mengikuti Seminar Sarjana Teknik

Oleh

LIEVIS PRIMADONA NIM. 050403033

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan tugas sarjana ini. Laporan tugas sarjana ini merupakan salah satu

kewajiban akademis dan sebagai salah satu syarat akademis menyelesaikan studi

di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Tugas sarjana ini berjudul “Evaluasi Perbaikan Kualitas dengan

Pendekatan Six Sigma di PT. Sinar Sanata Electronic Industry”. Tujuan utama

yang ingin dicapai adalah menentukan langkah / tindakan perbaikan yang dapat

diambil untuk mengurangi jumlah produk cacat sehingga dapat meningkatkan

produktivitas perusahaan dan mengurangi biaya yang diakibatkan oleh produk

cacat

Dalam menyusun tugas sarjana ini tentulah terdapat

kekurangan-kekurangan akibat kesalahan dari penulis, untuk itulah penulis mengharapkan

berbagai saran yang berguna untuk memperbaiki laporan ini, disamping

menambah pengetahuan bagi penulis sendiri. Semoga tugas sarjana ini bermanfaat

bagi kita semua.

Medan, 19 Mei 2010


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan laporan tugas sarjana ini

dibutuhkan banyak bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik

moril maupun materil. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Orang tua penulis beserta saudara - saudara yang telah memberikan

dukungan berupa doa dan semangatnya.

2. Dosen Pembimbing I, yaitu Bapak. Ir. Parsaoran Parapat, M.Si, yang

telah membimbing dan membantu dalam menyelesaikan laporan Tugas

Sarjana.

3. Dosen Pembimbing II, yaitu Ibu Ir. Elisabeth Ginting, M.Si, yang

telah membimbing dan membantu dalam menyelesaikan laporan Tugas

Sarjana.

4. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc dan Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT

yang telah meluangkan waktunya dalam membimbing dan

memberikan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan Tugas

Sarjana ini.

5. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku ketua Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng selaku Ketua Bidang


(8)

7. Bapak Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM, selaku Koordinator Tugas

Akhir Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara yang

telah memberikan saran dan masukan untuk Tugas Sarjana ini.

8. Pembimbing lapangan di PT. Sinar Sanata Electronic Industry, yaitu

Ibu Rida, STP yang memberikan arahan dan penjelasan - penjelasan

kepada penulis selama masa Tugas Sarjana sehingga laporan ini dapat

diselesaikan dengan baik.

9. Staff Pegawai Teknik Industri Bang Bowo, Bang Mijo, Kak Dina,

Bang Nurmansyah, Bang Kumis, Kak Rahma, Ibu Ani atas bantuan

dalam masalah administrasi untuk melakukan Tugas Sarjana ini.

10.Fridolin Siahaan, Dwi Indriyani, Afriana Melda Dewi, Reviana Riza,

Deasy Simarmata, Johannes Chandra, Chandra, Antony Cushin,

Wendy Alfonsin, Sendi, Andri Ratio, Herry, Eveleen Jawin, Fensi dan

rekan- rekan stambuk 2005 atas dukungan dan doanya.

11.Chandra Purwito, Andy Steven, Herman dan staff Ascend lainnya atas

dukungan moril dan doanya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam Laporan Tugas Sarjana.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan

untuk penyempurnaan tugas sarjana di lain waktu.

Medan, 19 Mei 2010


(9)

ABSTRAK

PT. Sinar Sanata Electronic Industry adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan bola lampu untuk kebutuhan rumah tangga dan kendaraan bermotor. PT. Sinar Sanata Electronic Industry merupakan salah satu perusahaan yang sedang berusaha untuk meningkatkan kualitas produk agar tetap dapat bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya yang semakin banyak dalam beberapa tahun ini. Hingga saat ini, perusahaan tersebut masih dihadapkan pada masalah kualitas yaitu banyaknya jumlah produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Permasalahan produk cacat menjadi hal yang sangat penting untuk segera diatasi karena kerugian yang ditimbulkan tidaklah sedikit dan produktivitas perusahaan menurun. Untuk menanggulangi hal tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan kualitas. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba melakukan pengukuran dan memberikan alternatif perbaikan dengan menggunakan metode

Six Sigma melalui tahap DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan cacat proses produksi produk bola lampu. Setelah dilakukan pengukuran, jenis kecacatan yang terdapat pada proses produksi berupa tiang cacat, wire bengkok, putih, pecah, lompat tiang, biru, putus filament, pecah solder, pecah meja dan pecah mesin. Bagian yang memberikan konstribusi cacat yang paling besar terhadap produk bola lampu adalah pada bagian sealing / vacuum dan solder. DPU (Defect per Unit) dan DPMO (Defect per Million Opportunity) pada proses produksi bola lampu adalah sebesar 0.091 dan 9,172. Kapabilitas proses mencapai ± 3.86 sigma. Berdasarkan hasil analisa FMEA terdapat 3 jenis kegagalan yang menjadi prioritas utama untuk diperbaiki antara lain jenis kegagalan pecah mesin, biru dan pecah meja. Yang menjadi penyebab dominan kegagalan tersebut disebabkan masalah settingan mesin seperti settingan per perjepit bola lampu longgar atau penyangga bola lampu yang tidak sesuai. Penyebab lainnya disebabkan oleh faktor manusia dimana operator ceroboh atau terlambat dalam memindahkan bola lampu sehingga bola lampu berbenturan dengan bola lampu lain sehingga menyebabkan retak pada bola lampu. Berdasarkan hasil analisa tersebut, diperoleh alternatif perbaikan yang diharapkan dapat mengurangi jumlah produk cacat pada proses produksi.


(10)

D A F T A R I S I

BAB HALAMAN

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH iii

ABSTRAK v

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1

1.2. Perumusan Masalah ... I-2

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I-3

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-4

1.5. Sistematika Penulisan Laporan... I-5

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2


(11)

BAB HALAMAN

2.4. Daerah Pemasaran ... II-3

2.5. Struktur Organisasi ... II-4

2.5.1. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-5

2.5.2. Jumlah Tenaga Kerja & Tenaga Kerja ... II-6

2.6. Dampak Sosial Ekonomi ... II-9

III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Konsep Tentang Kualitas ... III-1

3.1.1. Definisi Kualitas ... III-1

3.1.2. Pendekatan dan Dimensi Kualitas ... III-4

3.2. Sejarah Six Sigma ... III-7

3.3. Teori Six Sigma ... III-9

3.4. Definisi Six Sigma Secara Statistik ... III-10

3.5. Definisi Six Sigma Quality ... III-11

3.6. Beberapa Istilah dalam Konsep Six Sigma ... III-15

3.7. Ukuran-Ukuran Kemampuan Proses ... III-16

3.8. Langkah-Langkah Pengimplementasian Six Sigma ... III-17

3.9. Alasan Penerapan Six Sigma ... III-20

3.10. Persepsi Yang Keliru Mengenai Six Sigma ... III-22


(12)

BAB HALAMAN

3.12. Pareto Diagram ... III-25

3.13. Diagram Sebab Akibat (Cause And Effect Diagram) ... III-28

3.14. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) ... III-30

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat Dan Waktu Penelitan... IV-1

4.2. Jenis Penelitian ... IV-1

4.3. Objek dan Subjek Penelitian ... IV-1

4.4. Instrumen Penelitian ... IV-2

4.5. Pengumpulan Data ... IV-3

4.5.1. Identifikasi Variabel Penelitian ... IV-3

4.5.2. Jenis Data ... IV-3

4.6. Pelaksanaan Penelitian ... IV-4

V. PENGUMPULAN DAN PERANCANGAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.2. Pengolahan Data ... V-3

5.2.1. Define ... V-3

5.2.1.1. Uraian Proses Produksi Bola Lampu ... V-3

5.2.1.2. Pengamatan Jenis-Jenis Kecacatan pada Proses


(13)

BAB HALAMAN

5.2.1.3. Penentuan Stasiun Kerja Kritis ... V-6

5.2.2. Measure ... V-9

5.2.2.1. Pengukuran DPU (Defect per Unit), DPO (Defect

per Opportunity), DPMO (Defect per Million

Opportunity ... V-12

5.2.3. Analysis... V-15

5.2.3.1. Analisis Cause and Effect Diagram ... V-15

5.2.3.2. FMEA dengan Kuesioner Delphi... V-22

5.2.3.3. Penentuan Prioritas Improvement berdasarkan Hasil

Nilai RPN FMEA ... V-29

5.2.4. Improve ... V-30

5.2.5. Control... V-32

VI. ANALISA DAN EVALUASI

6.1. Analisa ... VI-1


(14)

BAB HALAMAN

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan... VII-1

7.2. Saran ... VII-3

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Jumlah Tenaga Kerja Sesuai dengan Jabatan ... II-6

3.1 Hubungan Nilai Sigma dengan Nilai DPMO ... III-14

5.1 Tabel Data Produksi Bola Lampu ... V-1

5.2 Tabel Data Frekuensi Cacat Oktober 2009 - Januari 2010 ... V-2

5.3 Persentase Cacat per Bagian dari Total Produksi ... V-7

5.4 Perhitungan Total Biaya Kerugian Kecacatan ... V-10

5.5 Total Persentase Biaya per Bagian dari Total Biaya Keseluruhan ... V-11

5.6 Tabel Sigma dan DPMO Pembuatan Produk Bola Lampu ... V-14

5.7 Dampak Potensial Kegagalan ... V-23

5.8 Skala Severity FMEA... V-25

5.9 Skala Penilaian Occurance ... V-26

5.10 Skala Penilaian Detection ... V-27

5.11 Hasil Kuesioner Delphi ... V-28


(16)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1 Strukutur Organisasi PT. Sinar Sanata Electronic Industry ... II-5

3.1 Distribusi Normal dengan USL dan LSL ... III-9

5.1 Histogram Jumlah Cacat per Bagian ... V-8

5.2 Diagram Pareto Persentase Biaya per Bagian ... V-12

5.3 Cause and Effect Diagram Penelusuran Penyebab Kecacatan Pecah

Mesin ... V-17

5.4 Cause and Effect Diagram Penelusuran Penyebab Kecacatan Lompat

Tiang ... V-18

5.5 Cause and Effect Diagram Penelusuran Penyebab Kecacatan Putih ... V-18

5.6 Cause and Effect Diagram Penelusuran Penyebab Kecacatan Biru... V-19

5.7 Cause and Effect Diagram Penelusuran Penyebab Kecacatan Pecah

Solder ... V-19

5.8 Cause and Effect Diagram Penelusuran Penyebab Kecacatan Pecah

Meja ... V-20


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Tabel Kurva Normal ... L-1


(18)

ABSTRAK

PT. Sinar Sanata Electronic Industry adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan bola lampu untuk kebutuhan rumah tangga dan kendaraan bermotor. PT. Sinar Sanata Electronic Industry merupakan salah satu perusahaan yang sedang berusaha untuk meningkatkan kualitas produk agar tetap dapat bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya yang semakin banyak dalam beberapa tahun ini. Hingga saat ini, perusahaan tersebut masih dihadapkan pada masalah kualitas yaitu banyaknya jumlah produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Permasalahan produk cacat menjadi hal yang sangat penting untuk segera diatasi karena kerugian yang ditimbulkan tidaklah sedikit dan produktivitas perusahaan menurun. Untuk menanggulangi hal tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan kualitas. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba melakukan pengukuran dan memberikan alternatif perbaikan dengan menggunakan metode

Six Sigma melalui tahap DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan cacat proses produksi produk bola lampu. Setelah dilakukan pengukuran, jenis kecacatan yang terdapat pada proses produksi berupa tiang cacat, wire bengkok, putih, pecah, lompat tiang, biru, putus filament, pecah solder, pecah meja dan pecah mesin. Bagian yang memberikan konstribusi cacat yang paling besar terhadap produk bola lampu adalah pada bagian sealing / vacuum dan solder. DPU (Defect per Unit) dan DPMO (Defect per Million Opportunity) pada proses produksi bola lampu adalah sebesar 0.091 dan 9,172. Kapabilitas proses mencapai ± 3.86 sigma. Berdasarkan hasil analisa FMEA terdapat 3 jenis kegagalan yang menjadi prioritas utama untuk diperbaiki antara lain jenis kegagalan pecah mesin, biru dan pecah meja. Yang menjadi penyebab dominan kegagalan tersebut disebabkan masalah settingan mesin seperti settingan per perjepit bola lampu longgar atau penyangga bola lampu yang tidak sesuai. Penyebab lainnya disebabkan oleh faktor manusia dimana operator ceroboh atau terlambat dalam memindahkan bola lampu sehingga bola lampu berbenturan dengan bola lampu lain sehingga menyebabkan retak pada bola lampu. Berdasarkan hasil analisa tersebut, diperoleh alternatif perbaikan yang diharapkan dapat mengurangi jumlah produk cacat pada proses produksi.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap

perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat

terus bertahan. Untuk mewujudkan hal tersebut, kualitas dari produk-produk

tersebut merupakan elemen penting yang harus diperhatikan. Banyak perusahaan

manufaktur mengabaikan kualitas untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek

yang dicapai dengan tingkat produksi yang tinggi. Kualitas merupakan segala

sesuatu yang memuaskan pelanggan atau pembeli dan sesuai dengan kebutuhan.

Dengan melakukan pengendalian kualitas (Quality Control) secara baik dan

benar, maka akan dihasilkan produk yang dapat memenuhi keinginan konsumen.

PT. Sinar Sanata Electronic Industry adalah sebuah perusahaan yang

bergerak di bidang pembuatan bola lampu untuk kebutuhan rumah tangga dan

kendaraan bermotor.

PT. Sinar Sanata Electronic Industry merupakan salah satu perusahaan

yang sedang berusaha untuk meningkatkan kualitas produk agar tetap dapat

bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya yang semakin banyak dalam beberapa

tahun ini. Hingga saat ini, perusahaan tersebut masih dihadapkan pada masalah

kualitas yaitu banyaknya jumlah produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Permasalahan produk cacat menjadi hal yang sangat penting untuk segera diatasi


(20)

menurun. Untuk menanggulangi hal tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan

kualitas.

1.2. Perumusan Masalah

Perusahaan PT. Sinar Sanata Electronic Industry dihadapkan pada masalah

kualitas yaitu banyaknya jumlah produk yang tidak memenuhi spesifikasi

mencapai 12-15%. Adapun jenis kegagalan yang terdapat pada produksi bola

lampu antara lain tiang cacat, wire bengkok, putih, lompat tiang, biru, putus

filamen, pecah solder, pecah meja dan pecah mesin. Dengan adanya masalah

tersebut menimbulkan kerugian berupa materi dan mengurangi daya saing

perusahaan terhadap perusahaan sejenis lainnya.

Ada beberapa metode peningkatan kualitas seperti TQM, Six Sigma dan

lain lain. Akan tetapi dewasa ini Six Sigma lebih banyak diterapkan pada

industri-industri maju. Karena metode Six Sigma jauh lebih rinci daripada metode analisis

berdasarkan statistik lainnya. Six Sigma dapat diterapkan di bidang usaha apa saja

mulai dari perencanaan strategi sampai operasional hingga pelayanan pelanggan

dan maksimalisasi motivasi atas usaha dan merupakan konsep statistik yang

mengukur proses berkaitan dengan cacat produk pada level enam sigma, hanya

ada 3,4 cacat dari sejuta peluang dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

Measure, Analyze, Improve and Control).

Untuk menanggulangi hal tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan

kualitas dengan menentukan produk kritis yang memberikan kontribusi cacat yang


(21)

pencarian akar penyebab munculnya produk cacat yang selanjutnya akan

ditindaklanjuti berdasarkan usulan perbaikan terhadap sistem pengendalian

kualitas.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian adalah meminimumkan

jumlah produk bola lampu yang tidak sesuai dengan spesifikasi (cacat).

Untuk mencapai tujuan khusus, maka diperlukan sasaran penelitian yaitu

sebagai berikut:

1. Menentukan bagian yang menyebabkan cacat terbesar.

2. Menganalisa jenis cacat yang paling dominan dan mencari kemungkinan

penyebab timbulnya defect pada produk bola lampu tersebut.

3. Mengukur kemampuan proses yang meliputi tingkat kegagalan DPU (Defect

Per Unit) dan DPMO (Defect Per Million Opportunity), berdasarkan

banyaknya cacat yang terjadi.

4. Menberikan usulan program perbaikan kualitas dengan metode Six Sigma

Manfaat penelitian adalah sebagai berkut:

1. Memberi masukan bagi perusahaan dalam mengurangi tingkat kecacatan pada

produk di PT. Sinar Sanata Electronic Industry.

2. Menjadi sarana latihan untuk menerapkan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan yang diperoleh di perkuliahan dan membandingkan antara teori


(22)

3. Dapat mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departeman Teknik

Industri serta memperluas pengenalan akan Jurusan Teknik Industri Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi

Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Pengamatan hanya difokuskan pada lantai produksi proses pembuatan bola

lampu tipe S25

2. Masalah yang berkaitan dengan biaya-biaya produksi tidak dibahas.

3. Analisis kemampuan proses hanya pada parameter CTQ (Critical to Quality).

4. Analisis yang dilakukan hanya satu siklus.

Sedangkan asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Ketrampilan karyawan dalam mengoperasikan mesin dan peralatan produksi

dianggap sama dan normal saat dilakukan penelitian.

2. Proses produksi tidak mengalami perubahan signifikan.

3. Kondisi lingkungan pabrik dalam keadaan stabil dan normal.


(23)

1.5. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika

penulisan tugas sarjana akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang

permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan serta sistematika

penulisan tugas sarjana.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai sejarah, gambaran umum

perusahaan serta struktur organisasi pada perusahaan.

BAB III LANDASAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan mengenai tinjauan-tinjauan kepustakaan

yang berisi teori-teori yang mendukung permasalahan, teori

tentang kualitas, sejarah dan konsep dasar Six Sigma.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan

penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap


(24)

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini memuat data-data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil

pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di lapangan sebagai

bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai

dasar pada pemecahan masalah.

BAB VI ANALISIS DAN EVALUASI

Bab ini memuat analisis dan pembahasan hasil dari pengolahan

data dengan cara membandingkan dengan teori-teori yang ada

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari

hasil penelitian ini serta rekomendasi saran-saran yang perlu bagi


(25)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Sinar Sanata Electronic Industry adalah sebuah perusahaan yang

bergerak di bidang pembuatan bola lampu untuk kebutuhan rumah tangga dan

kendaraan bermotor. PT. Sinar Sanata Electronic Industry didirikan pada tanggal

29 April 1976. Pada awalnya perusahaan hanya mempergunakan dua set mesin

peralatan produksi saja yang khusus memproduksi bola lampu untuk pemakaian

pada kendaraan bermotor.

Perusahaan berkembang cukup pesat dalam kurun waktu yang singkat. Hal

ini disebabkan produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan produk import dari

segi kualitas dan harga. Melihat potensi pasar produk bola lampu sangat besar di

pasar dalam negeri, maka pada periode tahun 1979 perusahaan menambah tiga set

mesin dan peralatan produksi. Seiring dengan perkembangannya, perusahaan

memperluas daerah pemasaran produk hingga ke pulau Jawa dan sekitarnya. Pada

tahun 1981, perusahaan menambah dua set lagi mesin dan peralatan produksi, dan

daerah pemasaran diusahakan ke seluruh pelosok tanah air.

Dengan berjalannya waktu, jumlah pabrik yang menghasilkan produk

yang sejenis makin bertambah mengakibatkan keadaan pasar dalam negeri sudah

mulai jenuh. Pada tahun 1982, perusahaan PT. Sinar Sanata Electronis Industry

mengalami masa yang surut. Untuk menghadapi keadaan yang kurang


(26)

pemasaran produk keluar negeri khususnya ke negera Asia Tenggara dan Asia

Selatan. Sekitar tahun 1983, untuk pertama kali di bidang pemasaran tercatat

sejarah baru yaitu berhasil mengekspor ke pulau Penang, Malaysia. Setahun

kemudian (1984) perusahaan berhasil mengadakan kerjasama dengan perusahan

Malaysia dan Singapura. Walaupun jumlah produk yang diekspor keluar negeri

tidak sebanyak jumlah yang terjual di dalam negeri, secara psikologis telah

menumbuhkan kepercayaan diri bagi perusahaan dan mendorong semangat untuk

lebih berkompetitif di pasar Internasional. Penjualan produk bola lampu di

pasaran Malaysia dan Singapura juga mendapat sambutan baik dari masyarakat

setempat, hal ini ditandai dengan hubungan perusahaan antar perusahaan yang

semakin baik. Produk utama pada perusahaan tersebut adalah bola lampu pijar.

Melihat perkembangan tersebut, perusahaan mencoba memasarkan produk yang

lain seperti bola lampu dekorasi dan Flourescent yang prinsip pembuatannya

hampir sama dengan prinsip pembuatan bola lampu untuk kendaraan.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Secara garis besar ruang lingkup bidang usaha PT. Sinar Sanata Electronic

Industry adalah memproduksi bola lampu untuk kepentingan rumah tangga dan

kendaraan bermotor / transportasi seperti sepeda motor, mobil dan pesawat


(27)

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. Sinar Sanata Electronic Industry terletak di Jl. Pertahanan Lorong 3

No. 7A, Medan Amplas. Pertimbangan – pertimbangan yang dilakukan atas

pemilihan lokasi perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Dekat dengan daerah pemasaran yaitu Medan sekitarnya.

2. Dekat dengan pelabuhan Belawan, karena sebagian bahan baku berasal

luar negeri seperti Thailand dan Vietnam.

3. Tersedianya tenaga kerja, karena dekat dengan daerah pemukiman

masyarakat.

4. Tersedianya lahan yang cukup dan strategis untuk persyaratan pendirian

pabrik.

5. Dekat dengan fasilitas umum dalam kepentingan memperoleh kebutuhan

hidup sehari-hari dan pendidikan.

2.4. Daerah Pemasaran

Hasil produksi dari PT. Sinar Sanata Electronic Industry ditempatkan

sebagai persediaan sebelum pesanan konsumen diterima (make to stock). Hasil

produksi perusahaan tidak hanya memproduksi lampu untuk kebutuhan rumah

tangga saja, namun juga untuk kebutuhan kendaraan bermotor dan juga untuk

kebutuhan pesawat terbang (jika ada permintaan). Produk bola lampu ini juga


(28)

Daerah pemasaran PT. Sinar Sanata Electronic Industry tidak hanya

didalam negeri seperti Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jakarta dan Surabaya

tetapi juga melakukan ekspor ke luar negeri seperti Malaysia dan Vietnam.

2.5. Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi adalah sekumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan struktur organisasi adalah kerangka antar hubungan

dari orang-orang atau unit organisasi yang masing-masing memiliki tugas,

tanggung jawab dan wewenang tertentu.

Ada empat elemen dalam struktur organisasi yaitu :

1. Adanya spesialisasi kegiatan kerja

2. Adanya standardisasi kegiatan kerja

3. Adanya koordinasi kegiatan kerja

4. Besaran seluruh organisasi.

Struktur organisasi pada PT. Sinar Sanata Electronic Industry adalah

struktur orginasasi lini-fungsional. Dimana wewenang dan kebijakan pimpinan

atau atasan dilimpahkan pada satuan-satuan organisasi dibawahnya menurut garis

vertikal (lini). Gambaran struktur organisasi dari PT. Sinar Sanata Electronic


(29)

Direktur Utama

Manajer

Maintener Manager Produksi

Manajer Perkantoran Manajer Pemasaran Direktur Supervisor Pemasaran Adm Kantor Pekerja Gudang Maintener Supervisor Kepala Gudang Office Supervisor Salesman Operator Karyawan Kantor

Lini Fungsional

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Sinar Sanata Electronic Industry

2.5.1. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan dalam

PT. Sinar Sanata Electronic Industry secara garis besar dapat dilihat pada


(30)

2.5.2. Jumlah Tenaga Kerja & Jam Kerja 2.5.2.1. Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja pada PT. Sinar Sanata Electronic Industry adalah

sebanyak 470 orang. Dimana tenaga kerja tersebut terdiri dari tenaga kerja

langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung adalah tenaga

kerja yang berhubungan langsung terhadap pembuatan produk sedangkan tenaga

kerja tidak langsung tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung terhadap

berjalannya produksi, tetapi berdampak terhadap berjalannya produksi, baik

dalam bidang manajemen ataupun administratif. Pembagian jumlah tenaga kerja

secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja Sesuai dengan Jabatan No. Departemen/ Jabatan Manajer

(Orang)

Supervisor (Orang)

Karyawan (Orang)

1 Direktur Utama - - 1

2 Direktur - - 1

3

Produksi

- Proses 1 10 365

- Packing - 2 24

4 Maintenance 1 - 9

5

Logistik

Pembelian - - 5

Gudang - - 14

6

Personalia dan Adm

- Office Supervisor 1 - 3

- Security - - 5

- Administrasi - 1 10

7 Pemasaran 1 2 14

Total Jumlah 4 15 451


(31)

2.5.2.2. Jam Kerja

Jam kerja pada PT. Sinar Sanata Electric Industry memiliki dua sistem kerja, yaitu :

1. Karyawan Non Shift (Reguler)

Karyawan non shift merupakan karyawan yang tidak berada pada lantai

produksi, Jam kerja dimulai dari pukul 08.00 WIB – 16.00 WIB. Yang

termasuk karyawan Non Shift adalah karyawan bagian personalia,

administrasi, pemasaran, logistik dan maintener.

2. Karyawan shift merupakan karyawan yang bekerja di lantai produksi. Jam

kerja yang diterapkan adalah senin sampai jumat jam kerja 08.00 WIB – 16.00

WIB dan diselangi waktu istirahat selama 1 jam yaitu pukul 12.00 WIB -

13.00 WIB. Pada hari sabtu hanya bekerja dari pukul 08.00 WIB – 12.00

WIB.

2.5.2.3. Sistem Pengupahan & Fasilitas Lainnya

Sistem pengupahan pada PT. Sinar Sanata Electronic Industry mengikut i

sistem Upah Minimum Sektor Kota (UMSK). Sistem pengupahan pada PT. Sinar

Sanata Electronic Industry terbagi dua yaitu:

1. Karyawan Tetap

Karyawan tetap menerima gaji bulanan sebesar Rp 2,000,000, adapun fasilitas

lain adalah pelayanan kesehatan dan asuransi. Pembayaran gaji dilakukan


(32)

2. Karyawan harian

Karyawan harian mendapat gaji sebesar Rp 1,050,000 perbulan, adapun

fasilitas lain adalah pelayanan kesehatan dan asuransi. Pembayaran gaji

dilakukan pada setiap akhir minggu (Sabtu). Karyawan harian ini direkrut

berdasarkan kebutuhan perusahaan, dimana perusahaan hanya akan

mempekerjakannya apabila memerlukannya untuk sebagai tambahan pada

bagian produksi, dan security, dan transportasi saja. Apalagi pada bagian

produksi, apabila perusahaan harus mengejar jadwal deadline dan sejumlah

jadwal penyerahan produk ke tangan konsumennya.

Untuk pemberian bonus pada karyawan akan diberikan jika kinerja

karyawan tersebut dinilai sangat bagus oleh pihak karyawan.

Selain pemberian upah, perusahaan juga akan memberikan fasilitas kepada

setiap karyawan tetap antara lain :

a. Tunjangan hari besar keagamaan (THR), besarnya tujangan yang

diberikan ditentukan oleh peusahaan.

b. Tunjangan kesehatan, dimana apabila terjadi kecelakan kerja di lantai

produksi, maka perusahaan akan membiayai seluruh pengobatan hingga

pekerja sembuh total dan dapat bekerja kembali.

c. Adanya jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) meliputi jaminan


(33)

2.6. Dampak Sosial Ekonomi

Pendirian PT. Sinar Sanata Electronic Industry memiliki dampak yang

positif bagi lingkungan sekitar fabrikasi. Salah satu dampak yang terlihat adalah

dari segi ekonomi secara langsung maupun tidak langsung telah menciptakan

lapangan pekerjaan di daerah pabrik tersebut. Keberadaan pabrik di daerah

tersebut telah memberikan kontribusi secara langsung terhadap pembangunan

prasarana, seperti jalan dan fasilitas penerangan. Selain itu limbah perusahaan

berupa kawat tembaga hasil buangan pabrik dimanfaatkan oleh masyarakat

sekitar. Hal ini tentu membawa sejumlah manfaat dan keuntungan serta sisi positif


(34)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Sinar Sanata Electronic Industry terletak di

Jl.Pertahanan Lorong 3 No. 7A, Medan Amplas. Penelitian ini dilakukan pada

bulan Januari 2010.

4.2. Jenis Penelitian

Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian

deskriptif (Deskriptif Research), yaitu penelitian yang berusaha untuk

memaparkan pemecahan masalah terhadap suatu masalah yang ada sekarang

secara sistematis dan faktual berdasarkan data. Jadi penelitian ini meliputi proses

pengumpulan, penyajian, dan pengolahan data, serta analisis dan interpretasi hasil

pengolahan data.

4.3. Objek dan Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah faktor penyebab

kegagalan proses pembuatan bola lampu. Subjek yang akan diteliti adalah bola


(35)

4.4. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah antara

lain :

1. Wawancara dan diskusi dilakukan di bagian pembuatan bola lampu adalah

untuk mengumpulkan data jenis kecacatan pada proses produksi per work

center, penyebab timbulnya cacat (akar permasalahan), dan teknik pencegahan

(metode detection) terhadap cacat tersebut.

2. Observasi yaitu dengan adanya pengamatan secara langsung terhadap objek

penelitian. Observasi digunakan untuk mengamati proses pembuatan dan

jenis-jenis kecacatan pada bola lampu tipe S25.

3. Teknik kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan

dengan penerapan Six Sigma metode DMAIC dalam perbaikan proses untuk

peningkatan kualitas.

4. Teknik penentuan sampel untuk pengisian kuesioner adalah dengan metode

Purposive Sampling, yang artinya bahwa penentuan sampel

mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap subjek

yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, terpilih 3 orang

untuk mengisi kuesioner FMEA, yaitu Manajer Produksi, Manajer Maintener,

dan Supervisor yang dinilai mempunyai kapasitas untuk mengisi kuesioner


(36)

4.5. Pengumpulan Data

4.5.1. Identifikasi Variabel Penelitian

Penentuan variabel penelitian didasarkan atas studi pendahuluan terhadap

objek studi dan studi kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang

dihadapi. Sesuai dengan objek penelitian dan metode yang akan digunakan,

variabel-variabel penelitian yang akan diamati terdiri dari 2 unsur utama, yaitu :

1. Variabel bebas

Variabel bebas merupakan variabel penelitian yang mempengaruhi dan

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jumlah cacat, jumlah produksi, dan

jenis cacat yang terjadi.

2. Variabel terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat dari variabel bebas.

Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat DPMO dan level sigma

4.5.2. Jenis Data

Setelah variabel-variabel penelitian ditetapkan, langkah selanjutnya adalah

mengumpulkan data yang harus diperoleh. Jenis data yang dikumpulkan berupa

data primer dan data sekunder, yaitu :

1. Data primer


(37)

a) Data wawancara dan diskusi yang dilakukan di bagian pembuatan bola

lampu adalah untuk mengumpulkan data jenis kecacatan pada proses

produksi per work center, penyebab timbulnya cacat (akar

permasalahan), dan teknik pencegahan (metode detection) terhadap

cacat tersebut.

b) Data pengamatan proses produksi pembuatan bola lampu.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data

dokumentasi dan arsip-arsip resmi. Data sekunder yang dibutuhkan untuk

melaksanakan penelitian ini berupa data produksi dan jumlah produk cacat.

4.6. Pelaksanaan Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode Six Sigma dengan pendekatan

DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve and Control). Adapun

langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Define (Tahap Pendefinisian)

Pada tahapan ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Pengamatan proses produksi.

Pada tahapan ini, dilakukan pengamatan terhadap tahapan-tahapan proses


(38)

b) Pengamatan jenis-jenis kecacatan pada proses produksi.

Pada tahapan ini, dilakukan pengamatan terhadap proses produksi bola lampu

untuk mengetahui jenis-jenis kecacatan yang terdapat pada stasiun kerja dalam

proses produksi.

c) Penentuan stasiun kerja kritis

Berdasarkan data jumlah cacat pada masing-masing stasiun kerja, akan

digunakan diagram pareto untuk menentukan stasiun kerja yang paling

dominan mempengaruhi kualitas proses produksi bola lampu.

2. Measure (Tahap Pengukuran)

Pada tahapan ini bertujuan untuk mengukur kinerja saat ini. Adapun

langkah-langkahnya adalah pengukuran DPU (Defect per Unit), DPO (Defect per

Opportunity), DPMO (Defect per Million Opportunity) dan tingkat sigma proses

pada saat ini.

3. Analysis (Tahap Analisis)

Tahap analisis merupakan tahap mencari dan menentukan akar penyebab dari

suatu masalah. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a) Analisis dengan menggunakan Cause and Effet Diagram

Analisis dibagi ke dalam empat faktor utama sistem produksi, yaitu manusia,

mesin, material, dan metode.

b) Analisis dengan Failure Mode and Effect Analysis ( FMEA)

Analisis FMEA dilakukan untuk menganalisis dan menentukan fokus masalah

serta prioritas langkah perbaikan. FMEA disusun melalui proses wawancara


(39)

menjadi akibat potensial dari kegagalan (severity), frekuensi kegagalan

(occurance), dan tingkat pendeteksian (detection).. Penilaian untuk setiap

faktor dalam FMEA dilakukan menggunakan metode Delphi.

4. Improve (Tahap Peningkatan)

Improve adalah tahap meningkatkan proses dan menghilangkan penyebab

cacat. Pada tahap ini dilakukan pemilihan strategi peningkatan kualitas.

5. Control (Tahap Pengendalian)

Control adalah tahap mengontrol kinerja proses dan mencegah kecacatan yaitu

dengan mendokumentasi pelaksanaan Six Sigma. Dokumentasi perlu dilakukan

untuk standarisasi sistem kualitas Six Sigma yang telah berhasil dilakukan.


(40)

BAB VI

ANALISA DAN EVALUASI

6.1. Analisa

Six Sigma merupakan suatu metode atau teknik pengendalian dan

peningkatan kualitas menuju tingkat kesempurnaan atau zero defect. Metode Six

Sigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve dan Control).

Banyak pihak yang menganggap bahwa penerapan Six Sigma di Indonesia

tidak dapat diterapkan karena alasan – alasan usang seperti perusahaan di

Indonesia masih menggunakan mesin atau peralatan sederhana, di Indonesia

perusahaan masih bergantung pada kemampuan atau skills dari karyawan atau

operatornya. Namun, untuk dapat sukses menerapkan Six Sigma ini, diperlukan

adanya suatu kerja sama dari setiap komponen serta adanya seorang manajemen

puncak yang selalu mengkoordinasikan penerapan Six Sigma ini, hingga pada

akhirnya Six Sigma ini akan dijadikan sebagai budaya perusahaan. Dengan adanya

budaya perusahaan yang berbasis pada Six Sigma, maka iklim organisasi akan

terbentuk dan setiap komponen yang terikat di dalamnya akan tetap mendukung

penerapan Six Sigma ini.

Berikut ini akan diulas kembali apa yang telah diperoleh dari hasil

pengolahan data dengan menggunakan metode DMAIC.

Persentase cacat terbesar periode Oktober ‘09 – Januari ‘10 terdapat di


(41)

produksi). Dengan prinsip Pareto 80 % - 20 %, maka bagian yang perlu diperbaiki

adalah bagian Sealing / Vacuum dan bagian Solder.

Dari hasil wawancara, diperoleh bahwa faktor utama penyebab cacat

adalah dari faktor manusia, metode, material, dan mesin.

Terdapat 10 jenis kecacatan (CTQ) pada saat pembuatan bola lampu

adalah tiang cacat, wire bengkok, putih, pecah, lompat tiang, biru, putus filamen,

pecah solder, pecah meja, pecah mesin. Sedangkan jenis kecacatan di bagian

Sealing / Vacuum adalah putih, lompat tiang, pecah meja, biru dan dibagian

Solder adalah pecah solder, pecah mesin, pecah meja.

Measure merupakan fase untuk mengukur tingkat kinerja proses. Tools

yang digunakan pada tahap ini adalah perhitungan kapabilitas proses, dan

perhitungan sigma. Data yang digunakan untuk menghitung kinerja proses adalah

data bulan Oktober 2009 – Januari 2010.

Proses pembuatan bola lampu memiliki nilai sigma sebesar 3.86 sigma,

dan DPMO sebesar 9172. Nilai tersebut cukup baik bila dibandingkan rata-rata

industri di Indonesia yang berkisar sekitar 3 - 4 sigma, namun nilai tersebut masih

jauh dibawah dari rata-rata industri di dunia yang mencapai 6 sigma.

Pada tahap Analyze dilakukan analisa dan identifikasi mengenai sebab

timbulnya masalah disertai tindakan penanggulangan. Tools yang digunakan

adalah FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) dan Cause and Effect Diagram.

Cause and Effect Diagram digunakan untuk mengetahui faktor – faktor yang

menyebabkan cacat pada bagian produksi. Analisis dibagi ke dalam empat faktor


(42)

digunakan untuk mengidentifikasikan sebab – sebab terjadinya masalah secara

lebih spesifik dan disertai dengan pembobotan angka resiko. FMEA mencakup

pada penyebab kegagalan, akibat dari kegagalan dan teknik pencegahan

(detection) dari jenis kegagalan tersebut. Penyebab kegagalan, akibat kegagalan,

dan teknik pencegahan diperoleh dari hasil diskusi dan wawancara dengan pihak

perusahaan. Teknik sampling yang digunakan dalam penyebaran kuesioner Delphi

untuk FMEA ini adalah teknik purposive sampling, dimana sampel yang dipilih

dengan dasar penilaian bahwa sampel tersebut merupakan pihak yang sangat baik

untuk dijadikan objek penelitian (merupakan seorang yang ahli / pakar). Ahli /

pakar yang terpilih untuk mengisi kuesioner Delphi ini adalah orang yang

mengerti dan mempunyai jabatan dalam struktur organisasi dan terkait dengan

kegiatan produksi bola lampu, yaitu: Manajer Produksi, Manajer Maintener, dan

Supervisor.

Hasil dari perhitungan RPN diperoleh

1. Nilai RPN yang terbesar adalah 448, yaitu masalah cacat pecah mesin yang

disebabkan oleh settingan pada mesin tidak tepat (per penjepit bola lampu

longgar) sehingga bola lampu pada mesin terjatuh dan pecah.

2. Nilai RPN yang terbesar kedua adalah cacat biru yang disebabkan oleh

settingan pada mesin tidak tepat (penyangga bola tidak sesuai dengan

spesifikasi akibat pembakaran terus menerus) yaitu sebesar 405.

3. Nilai RPN yang terbesar ketiga adalah juga cacat pecah meja yang disebabkan


(43)

lampu sehingga bola lampu berbenturan dengan bola lampu sehingga

menimbulkan retak ataupun pecah dengan bobot RPN sebesar 392.

Ketiga hal tersebut merupakan jenis kegagalan yang menjadi prioritas

utama perbaikan (improvement).

Improve merupakan tahap perbaikan terhadap sebab – sebab permasalahan

yang ada. Pemilihan sasaran Improvement didasarkan pada hasil RPN FMEA.

Yang menjadi prioritas adalah nilai 3 RPN yang tertinggi. Perbaikan atau

improvement tidak terhenti sampai pada jenis kegagalan dengan nilai RPN yang

tertinggi saja, namun perlu juga dianalisa ke seluruh jenis kegagalan yang ada.

Sehingga setiap jenis kegagalan dapat ditelusuri penyebab dan dapat dibuat

tindakan koreksi dan pencegahan dari jenis kegagalan tersebut.

Control bertujuan untuk mengevaluasi proses perbaikan yang telah

dilakukan dengan efektif dan efisien serta untuk menjaga kondisi proses agar tetap

stabil dan tidak dapat mengalami penurunan kembali. Pada tahap control ini

seluruh usaha peningkatan yang ada dikendalikan dengan membuat

mendokumentasikannya meliputi pembakuan sistem manajemen, standar

operasional, maupun instruksi kerja.

Untuk terus menjaga dan meningkatkan hasil yang telah dicapai perlu

dilakukan tindakan-tidakan sebagai berikut:

a. Mengaktifkan gugus kendali mutu dan melakukan perbaikan secara terus

menerus (continuous improvement) dengan membentuk tim-tim kualitas

six sigma.


(44)

c. Mengembangkan sistem bonus dan insentif untuk merangsang kerja

operator

6.2. Evaluasi

Pengendalian kualitas dengan metode Six Sigma cocok diterapkan di

perusahaan karena pengendalian kualitas ini merupakan sistem perbaikan kualitas

berkelanjutan. Hal ini sangat mendukung karena selama ini di perusahaan hanya

menerapkan pengendalian kualitas jangka pendek dan tanpa adanya

pendokumentasian mengenai kegagalan produksi atau kecacatan yang terjadi

sehingga kejadian yang sama sering terulang kembali tanpa adanya cara untuk

memikirkan tindakan koreksi dan pencegahannya agar kejadian tersebut tidak

terulang kembali. Dengan diterapkannya pengendalian kualitas Six Sigma ini,

diharapkan kejadian cacat yang sama tidak terulang kembali. Dan untuk

kedepannya dapat dihasilkan produk yang sesuai dengan harapan konsumen, serta

kapabilitas proses mencapai 6 Sigma (3.14 DPMO – 1 juta produksi menghasilkan


(45)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil-hasil pengolahan data, dapat ditarik beberapa kesimpulan,

yaitu:

1. Berdasarkan data yang diperoleh, maka jumlah cacat terbesar terjadi di

bagian Sealing / Vacuum, mencapai 3.9 % dibandingkan dengan total

produksi (150,940 unit produk yang cacat dari 2,606,523 unit produksi)

dan bagian Solder dengan 2.8 %.

2. Didapatkan 6 karakteristik jenis cacat (CTQ) untuk bagian Sealing /

Vacuum dan Solder, yaitu putih, lompat tiang, biru, pecah solder, pecah

meja, pecah mesin.

3. Perhitungan terhadap level sigma didapatkan bahwa proses produksi

adalah sebesar 3.86 sigma. Hasil tingkat Sigma tergolong baik untuk

industri di Indonesia yang hanya berkisar 3 – 4 sigma. Namun masih jauh

dari industri di dunia yang mencapai 6 sigma (3.14 DPMO). Nilai DMPO

dari proses produksi adalah 9.172, yaitu dari 1 juta produk yang

dihasilkan, terdapat 9.172 produk yang cacat.

4. Dari hasil perhitungan FMEA, terdapat terdapat 3 masalah yang menjadi


(46)

a. Masalah cacat pecah mesin yang disebabkan oleh settingan pada mesin

tidak tepat (per penjepit bola lampu longgar) sehingga bola lampu pada

mesin terjatuh dan pecah.

b. Masalah cacat biru yang disebabkan oleh settingan pada mesin tidak

tepat (penyangga bola tidak sesuai dengan spesifikasi akibat

pembakaran terus menerus)

c. Masalah cacat pecah meja yang disebabkan oleh kecerobohan dan

keterlambatan operator dalam memindahkan bola lampu sehingga bola

lampu berbenturan dengan bola lampu sehingga menimbulkan retak

ataupun pecah.

5. Usulan perbaikan (improvement) yang diperoleh dari pengolahan data

adalah:

a. Manusia

Perusahaan dituntut dapat memberikan pelatihan untuk meningkatkan skill

operator antara lain :

- Faktor awareness perlu ditanamkan (menyangkut visi dan misi

perusahaan).

- Pemahaman metode kerja yang baik.

- Setup dan pemeriksaan mesin dilakukan setiap hari.

b. Material

Kualitas material dari supplier juga menjadi salah satu faktor penentu

kualitas pada produk akhir sehingga perlu dilakukan perbaikan berupa:


(47)

c. Mesin

Kondisi mesin harus dalam kondisi baik karena sangat berpengaruh

terhadap hasil produk.

- Meningkatkan frekuensi perawatan

- Pengecekan penyangga bola lampu pada mesin sealing harus lebih

intensif

- Pengecekan per penjepit bola lampu pada mesin solder harus lebih

intensif

d. Metode

Peningkatan metode yang perlu dilakukan antara lain :

- Perlu dipasangkan kartu riwayat mesin, jadwal perawatan, jumlah

produk cacat setiap jam.


(48)

7.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT. Sinar Sanata Electronic

Industry, maka dapat diberikan beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi

masukan bagi perusahaan antara lain:

a. Untuk mencapai level sigma yang lebih tinggi perlu dilakukan perbaikan

secara terus menerus (continuous improvement).

b. Membentuk tim kualitas yang terus memantau dan mengendalikan perbaikan

kualitas tersebut.

c. Perlu dilakukan tinjauan terhadap prosedur-prosedur yang telah dibakukan


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Crossley, Mark. L. 2007. The Desk Reference of Statistical Quality Methods, 2nd

Edition. American Society for Quality. Massachusetts.

Hidayat, Anang. 2002. Strategi Six Sigma. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Islam, Kalyim. A. 2006. Developing and Measuring Training The Six Sigma Way.

John Wiley & Sons, New Jersey.

Montgomery, Douglas C. 1995. Pengantar Pengendalian Kualitas Statistik.

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Pande, Peter S, Robert P. Neuman, Roland R. Cavanaghi. 2003. What is Six

Sigma? Penerbit Andi, Yogyakarta

Pyzdek, Thomas. 2002. The Six Sigma Handbook: A Complete Guide for Green

Belts, Black Belts, and Managers at All Level. McGraw-Hill, New York.

Pyzdek, Thomas. 2003. The Six Sigma Project Planner. McGraw-Hill, New York.

Supranto, Johannes. 1995. Sampling Untuk Pemeriksaan. Universitas Indonesia,

Jakarta.

Wahyu Ariani, Dorothe. 2004. Pengendalian Kualitas Statistik. Penerbit Andi.

Yogyakarta.

Walpole, Ronald E. dan Raymond H Myers, Ilmu Peluang dan Statistika Untuk


(50)

(51)

(52)

Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan dalam

PT. Sinar Sanata Electronic Industry secara garis besar dapat dilihat pada uraian

berikut.

1. Direktur Utama

a. Memimpin dan mengurus semua aspek kegiatan perusahaan sesuai dengan

tujuan dan senantiasa berusaha untuk meningkatkan efisiensi perusahaan.

b. Bertanggung jawab pada pemegang saham.

c. Membawahi langsung Direktur.

d. Mengawasi pencatatan transaksi dan administrasi perseroan sesuai dengan

peraturan yang berlaku bagi perusahaan.

e. Memberikan pertanggungjawaban dan segala keterangan tentang keadaan

dan jalannya perusahaan termasuk laporan keuangan, baik laporan tahunan

ataupun laporan berkala lainnya kepada pemegang saham.

f. Mengarahkan kegiatan perusahaan dengan jalan komunikasi dan

pelimpahan wewenang dan tanggungjawab dalam batas-batas kewajaran.

2. Direktur

a. Memimpin dan mengurus semua aspek kegiatan perusahaan sesuai dengan

tujuan dan senantiasa berusaha untuk meningkatkan efisiensi perusahaan.

b. Bertanggung jawab pada Direktur Utama.

c. Menangani masalah finansial perusahaan dan bertanggungjawab pada

Direktur Utama.

d. Membawahi langsung Manajer Produksi, Manajer Maintener, Manajer


(53)

e. Membina hubungan yang baik dengan perangkat perusahaan dan seluruh

pihak yang diperlukan untuk kepentingan perusahaan.

f. Mengusahakan terlaksananya usaha dan kegiatan perusahaan sesuai

dengan tujuan dan lapangan usaha.

g. Mengusahakan terlaksananya usaha dan kegiatan perusahaan sesuai

dengan kelaziman dan peraturan yang berlaku bagi perusahaan.

h. Menyusun sistem akuntansi berdasarkan pengendalian intern.

i. Menjaga dan meningkatkan nama baik perusahaan dimata umum.

3. Manajer Produksi

a. Bertanggungjawab terhadap efisiensi operasi dan penggunaan fasilitas

pabrik.

b. Bertangggungjawab atas semua kualitas produk dan kegiatan produksi.

c. Bertanggungjawab atas pengaturan seluruh proses produksi yang

berhubungan dengan perawatan dan elektrikal dalam mencapai sasaran

pengoperasian pabrik, kebijaksanaan, strategi dan program.

d. Mengurus dan memimpin semua aspek produksi.

e. Bertanggungjawab terhadap kualitas produksi dan bertanggungjawab

langsung kepada Direktur.

4. Manajer Maintener

a. Membawahi langsung maintener yang ada di lokasi lantai produksi.

b. Bertanggungjawab atas kualitas mesin dan peralatan produksi serta

perawatannya.


(54)

d. Menjaga stabilitas kinerja mesin dan peralatan produksi dan berusaha agar

kinerja mesin dan efisiensinya selalu dalam keadaan baik dan terjaga.

e. Mengendalikan perbaikan, pergantian, serta memberikan usulan mengenai

pergantian mesin dan peralatan produksi yang baru.

f. Memberikan penyuluhan dan saran serta nasehat mengenai pentingnya

penjagaan dan peningkatan kualitas mesin dan peralatan produksi.

5. Manajer Perkantoran

a. Mengatur penyediaan jasa dan lain-lain yang diperlukan oleh perusahaan

untuk melaksanakan tugas, tanggungjawab dan mengusahakan kedalam

dan keluar perusahaan.

b. Mengatur penyediaan jasa-jasa administrasi, sekretariat dan arsip.

c. Menyalurkan sasaran perusahaan, kebijaksanaan dan industri dari Direktur

ke semua yang berkewajiban.

d. Menyusun prosedur komunikasi ke luar.

e. Mengarahkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hukum dan

masyarakat.

f. Mengatur dan menyimpan arsip.

g. Mengerjakan dan menyelesaikan perselisihan dan perburuhan sesuai

dengan kebijakan perusahaan dan peraturan pemerintah.

h. Mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan

pendidikan dan latihan serta mengatur pelaksanaannya dalam perusahaan

dan lembaga pendidikan yang sesuai.


(55)

6. Manajer Pemasaran

a. Memastikan tersedianya bahan-bahan yang diperlukan perusahaan serta

sampainya penjualan produk ke tempat tujuan tepat pada waktunya dengan

harga jual yang menguntungkan.

b. Mengarahkan kegiatan penjualan dan pengiriman produk.

c. Memonitor harga pembelian dan penjualan di pasar untuk penentuan harga

jual produk.

d. Melaksanakan administrasi yang berhubungan dengan pengadaan

bahan-bahan dan transaksi penjualan produk.

e. Berusaha semaksimal mungkin untuk memperluas pangsa produk

perusahaan.

7. Supervisor Produksi

a. Bertanggungjawab atas berjalannya proses produksi.

b. Mengawasi langsung jalannya proses produksi.

c. Bertanggungjawab langsung terhadap Manajer Produksi atas laporan

kinerja produksi.

d. Memberikan laporan atas keadaan bahan di lapangan kepada bagian

gudang dan bagian pembelian.

8. Maintener

a. Bertanggungjawab atas keadaan mesin baik kinerja dan keadaan fisiknya.

b. Merawat mesin serta memperbaikinya jika pada saat sebelum dan sesudah


(56)

produksi yang dapat mengakibatkan keterlambatan proses produksi dan

pengiriman barang ke konsumen.

c. Memberikan laporan keadaan mesin setiap bulannya pada Manajer

Maintener yang akan diteruskan ke Direktur.

d. Memberikan penyuluhan dan latihan penggunaan mesin produksi dan

peralatannya kepada masing-masing operator, baik itu mesin dan peralatan

produksi yang baru.

e. Memberikan respek yang baik jika suatu saat operator mengeluh apabila

ditemukan kerusakan mesin dan peralatan produksi pada saat pelaksanaan

proses produksi.

9. Kepala Gudang

a. Memimpin dan mengatur kegiatan yang berhubungan dengan pergudangan

untuk terlaksananya kegiatan perusahaan dengan sebaik-baiknya.

b. Mengatur penerimaan dan pengeluaran barang sesuai dengan prosedur dan

pengaturan perusahaan yang berlaku.

c. Mengkoordinir penerimaan barang sesuai dengan order dari perusahaan.

d. Membuat laporan barang masuk seperti bagian yang meminta barang

untuk diperiksa kualitas atau kecocokan barang yang diminta.

e. Mengadakan pengawasan barang terhadap keamanan barang baik terhadap

kualitas atau kecocokan barang yang diminta.

f. Mengatur dan menyimpan barang produksi perusahaan yang telah siap


(57)

g. Melaksanakan pengiriman barang hasil produksi sesuai dengan kontrak

atau permintaan dari pembeli yang dilaksanakan perusahaan.

10.Office Supervisor

a. Bertanggungjawab langsung kepada Manajer Perkantoran atas

ketersediaan logistik kantor dan bahan yang dibutuhkan

b. Mengendalikan logistik perkantoran yang ada dan mengadakan alat

perkantoran yang baru jika ada ditemukan diluar kantor

c. Memberikan laporan keadaan alat kantor dan lainnya setiap bulannya.

d. Mengawasi kinerja level dibawahnya yaitu adm kantor yang secara

langsung melakukan kegiatan dan kewajiban dibidang perkantoran dan

administrasi.

11.Supervisor Pemasaran

a. Mengadakan survey ke lapangan / pasar tentang keadaan penjualan produk

di pasar

b. Membuat laporan penjualan produk di pasar pada Manajer Pemasaran

untuk kemudian diteruskan pada bagian Direktur

c. Mengawasi dan mendukung kinerja para salesman di lapangan pada saat

melakukan pengiriman produk ke pasar / konsumen.

d. Bertanggungjawab atas kinerja para salesman di pasar dan berusaha untuk

memotivasi para salesman agar kinerjanya tetap stabil dan meningkat.

e. Bertanggungjawab akan keadaan produk di pasar mengenai keadaan


(58)

12.Operator

a. Melaksanakan proses produksi untuk menghasilkan produk

b. Melaporkan jika ada mesin dan peralatan produksi yang rusak pada saat

pelaksanaan produksi kepada Maintener

c. Bertanggungjawab jika banyaknya ditemukan produk bola lampu yang

rusak

d. Berusaha untuk selalu bekerja dengan baik pada perusahaan dan menjaga

nama baik perusahaan baik didalam maupun diluar.

13.Pekerja Gudang

a. Bertanggungjawab atas keadaan bahan di gudang baik bahan baku, bahan

tambahan, bahan penolong dan bahan jadi.

b. Bertanggungjawab langsung kepada Kepala Gudang mengenai keadaan

stok bahan digudang.

c. Melaporkan pada kepala gudang jika bahan digudang telah habis atau

berada dibawah ambang batas stok minimum.

d. Mengawasi bahan yang masuk dan keluar dari gudang dan mencatatnya

untuk seterusnya dicatat dan dilanjutkan pada bagian Kepala Gudang.

14.Adm Kantor

a. Melakukan aktivitas perkantoran sehari-hari seperti arsip, alat kantor dan

laporan kantor lainnya.

b. Memberikan laporan kepada Office Supervisor jika ada alat kantor yang


(59)

c. Bertanggungjawab atas sejumlah arsip setiap bulannya untuk kemudian

disimpan sesuai dengan kebutuhan mengenai laporan penjualan,

pembelian, alat kantor, dan data perusahaan lainnya.

d. Menjadi jembatan penghubung antara Office Supervisor dengan karyawan

kantor mengenai kinerja para karyawan kantor dan melaporkan pada office


(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)