Penanda Kesantunan Silakan sebagai Penentu Kesantunan Linguistik

mengandung maksud pelanggaran terhadap muka si mitra tutur. Sehingga, tuturan ketiga memiliki kadar kesantunan lebih rendah dibandingkan dengan tuturan lainnya Rahardi, 2005: 109.

6. Penanda Kesantunan Ayo sebagai Penentu Kesantunan Linguistik

Tuturan Imperatif Tuturan imperatif yang menggunakan penanda kesantunan ayo, memiliki maksud ajakan yang lebih santun dibandingkan tuturan yang tidak menggunakan penanda kesantunan itu. Berikut disajikan contoh yang dapat dipertimbangkan. 1 “Ayo, makan dulu” Informasi Indeksal: Tuturan di atas diungkapkan oleh Ibu kepada anaknya yang malas makan. Dengan melakukan tuturan disertai dengan tindakan, yakni Ibu menyendoki ke mulutnya sendiri, berharap anak akan mengikuti geraknya dengan menyendokkan makanan ke mulut. 2 “Makan dulu” Informasi Indeksal: Dituturkan oleh seorang Ibu yang marah kepada anaknya karena sang anak malas untuk makan, sehingga Ibu memaksa anak dengan menyuapinya. Pada tuturan kesatu mengandung maksud bahwa tindakan Ibu menyendoki makanan ke dalam mulutnya agar sang anak mengikuti gerakannya. Kemudian, tuturan kedua dituturkan oleh Ibu dengan memaksakan menyuap anaknya. Tuturan pertama lebih santun dibandingkan dengan tuturan kedua karena tuturan pertama dilakukan dengan tidak memaksa, sedangkan tuturan kedua dilakukan dengan memaksa anak untuk membuka mulut dan makan. Tindakan itu akan semakin terlihat keras dan kasar ketika tuturan yang kedua dilakukan oleh penyandera kepada sanderaannya dengan memaksanya untuk memakan sesuatu. Semakin besarnya unsur paksaan maka akan semakin renda kadar kesantunannya.

7. Penanda Kesantunan Coba sebagai Penentu Kesantunan Linguistik

Tuturan Imperatif Tuturan imperatif yang menggunakan penanda kesantunan coba akan menjadi lebih santun dibandingkan yang tidak menggunakan penanda kesantunan itu. Penanda kesantunan coba dapat digunakan untuk menyatakan maksud memerintah atau menyuruh. Fungsi dari penanda kesantunan coba ini adalah agar seolah-olah mitra tutur merasa sejajar dengan penutur meskipun kenyataannya tidak Rahardi, 2005: 131. Berikut disajikan contoh tuturan yang dapat kita cermati bersama. 1 “Coba ambil sapu di dapur” Informasi Indeksal: Dituturkan oleh Ibu kepada anaknya yang mengotori ruangan tengah tempat duduk keluarga, kemudian Ibu yang bijaksana tidak memarahi anaknya, namun menyuruh sang anak untuk mengambilkan sapu, kemudian mereka membersihkan bersama. 2 “Ambil sapu di dapur dulu” Informasi Indeksal: Dituturkan oleh Ibu yang marah kepada anaknya yang berkali-kali mengotori ruangan. Tuturan disampaikan dengan penuh rasa kesal.