BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Tindak Tutur
Austin  dalam  Nadar  2009:  10  menyatakan  bahwa  pada  dasarnya  pada  saat seseorang  mengatakan  sesuatu,  dia  juga  melakukan  sesuatu.  Pada  waktu
seseorang  menggunakan  kata-kata  kerja  promise „berjanji‟,  apologize  „minta
maaf‟,  name  „menamakan‟,    pronounce  „menyatakan‟  misalnya  dalam  tuturan  I promise  I  will  come  on  time
“Saya  berjanji  saya  akan  datang  tepat  waktu”,  I apologize  for  coming  late
“Saya  minta  maaf  karena  datang  terlambat”,  dan  I name  this  ship  Elizabeth
“Saya  menamakan  kapal  ini  Elizabeth”  maka  yang bersangkutan tidak hanya mengucapkan tetapi  juga melakukan tindakan  berjanji,
meminta  maaf,  dan  menamakan.  Tuturan-tuturan  tersebut  dinamakan  tuturan performatif, sedangkan kata kerjanya juga disebut kata kerja performatif.
Sebelum  Austin  memperkenalkan  teori  tindak  tutur  ini,  para  filsuf  dan  para  tata bahasawan  tradisional  berpendapat  bahwa  berbahasa  itu  hanyalah  aktivitas
mengatakan  sesuatu  saja  karena  bahasa  itu  tidak  lain  daripada  alat  untuk menyampaikan  informasi  belaka  Chaer,  2010:  26.  Misalnya,  jika  seseorang
mengatakan: 1
Ibukota Jawa Timur adalah Surabaya.
Dari  contoh  di  atas,  hanya  mengatakan  sesuatu  saja,  yakni  tentang  ibukota provinsi  Jawa  Timur.  Akan  tetapi,  jika  seseorang  menuturkan  kalimat-kalimat
berikut,  dia  bukan  hanya  mengatakan  sesuatu  saja,  melainkan  juga  melakukan sesuatu.
2 Saya minta maaf karena sudah membuatmu menunggu.
3 Saya berjanji akan menjaga barang pemberianmu ini.
Selain  mengatakan  sesuatu,  kalimat  2  juga  menyatakan  melakukan  tindakan, yaitu  meminta  maaf.  Begitu  juga  dengan  kalimat  3  selain  mengatakan  sesuatu,
juga menyatakan melakukan tindakan yaitu berjanji menjaga barang tersebut. Austin  dalam  Nadar  2009:  11-12  menyatakan  bahwa  agar  dapat  terlaksana  ada
tiga syarat  yang harus dipenuhi dalam tuturan-tuturan performatif seperti disebut di  atas.  Syarat-syarat  yang  diperlukan  dan  harus  dipenuhi  agar  suatu  tindakan
dapat berlaku disebut dengan  felicity conditions, yaitu: 1
The  Persons  and  Circumstances  Munt  Be  Appropriate  “Pelaku dan  situasi  harus  sesuai”  misalnya  tuturan  yang  sering  disampaikan
kepada  peserta  lomba,  “Saya  nyatakan  kamu  lolos  ke  babak berikutnya”.  Tuturan  tersebut  hanya  dapat  dipenuhi  bila  yang
mengucapkan  adalah  seseorang  yang  memang  berwenang  untuk mengucapkan tuturan tersebut, misalnya MC atau juri lomba. Sebaliknya
tuturan  seorang  MC  atau  juri  lomba  yang  berbunyi  “Saya  nyatakan kalian  lolos  ke  babak  selanjutnya”    tidak  dianggap  berlaku  bila  mitra
tuturnya  bukan  peserta  lomba.  Jadi,  dalam  tuturan  pelaku  dan  situasi tuturan harus sesuai sehingga tuturan formatif terpenuhi.