Regulasi Pajak dan Retribusi Daerah

4 panduan pengembangan sistem akuntansi untuk pengelolaan keuangan di daerah. Permendagri No. 13 tahun 2006 memberi panduan umum pengelolaan sistem akuntansi yang terbagi atas atas empat prosedur akuntansi, yaitu: prosedur akuntansi penerimaan kas, pengeluaran kas, asset tetap, dan selain kas. Meskipun demikian penjabaran lebih lanjut harus dituangkan dalam berbagai peraturan di daerah. Retribusi Rumah Potong Hewan yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 15 Tahun 2011 yang termasuk didalamnya Retribusi Potong Hewan pada Acara Adat Toraja Utara yang memberikan sumbangan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Toraja Utara menetapkan besarnya tarif Retribusi berdasarkan jenis Hewan sebagai berikut : Tabel 2.1 Tarif Retribusi Potong Hewan Berdasarkan Jenis No Jenis Ternak Tarif 1 Kerbau a. Kerbau Belang Saleko Bonga b. Kerbau Kebiri Balian c. Kerbau Hitam Pudu’, Todi’, Sambao’ Rp. 750.000 ekor Rp. 500.000 ekor Rp. 200.000 ekor 2 Sapi Rp. 100.000 ekor 3 Kuda Rp. 100.000 ekor 4 Rusa Rp. 75.000 ekor 5 Babi Rp. 75.000 ekor 6 Kambing Rp. 45.000 ekor Peerimaan dari Retribusi Potong Hewan dibagi untuk Kas Daerah, Kas LembangLurah, dan Kas Kecamatan. 5

2.2 Sistem Pengendalian Intern SPI Dalam Sistem Akuntansi Penerimaan

Sistem pengendalian intern yaitu suatu sistem yang meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan. Sistem Akuntansi penerimaan kas adalah suatu kesatuan untuk mengumpulkan dan mencatat transaksi yang dapat membantu dalam menangani penerimaan kas Mulyadi 2001. Sistem akuntansi tidak hanya digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan saja, tetapi juga menghasilkan pengendalian Mulyadi 2001:3. Sistem pengendalian intern yang diterapkan pada sistem akuntansi sangat berguna untuk mencegah dan menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Sistem pengendalian intern juga dapat digunakan untuk mengecek kesalahan-kesalahan yang terjadi sehingga dapat dikoreksi. Sistem pengendalian intern yang dirancang dengan baik terhadap struktur organisasi yang didalamnya terdapat pembagian tanggungjawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan, seperti pemisahan fungsi operasional, fungsi penyimpanan dan fungsi pencatatan. Salah satu aktiva yang dimiliki perusahaan adalah kas. Kas perlu mendapat perhatian tersendiri, karena sifatnya yang sangat mudah dipindahtangankan dan tidak dapat dibuktikan kepemilikannya. Dengan keadaan ini tentunya akan mendorong perusahaan untuk melakukan pengendalian intern terhadap penerimaan kas. Sistem pengendalian intern pada Penerimaan Retribusi Potong Hewan dilaksanakan untuk menghindari terjadinya kebocoran pada penerimaan kas dan juga untuk mengetahui apakah sistem manajemen yang dilaksanakan efektif atau tidak. Penerimaan kas harus dilakukan seteliti mungkin, karena hasil dari pemungutan retribusi digunakan sesuai dengan tujuan, yakni mensejahterakan masyarakat. 6 Secara umum unsur sistem pengendalian intern yang baik dalam suatu sistem akuntansi menurut Mulyadi 2001 : 1. Penggunaan Wewenang Secara Tepat Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Dengan adanya pembagian wewenang ini akan mempermudah jika akan dilakukan audit trail, karena otorisasi membatasi aktivitas transaksi hanya pada orang-orang yang terpilih. Otorisasi mencegah terjadinya penyelewengan transaksi kepada orang lain.

2. Pembagian Tugas

Pembagian tugas memisahkan fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi pencatatan. Dan suatu fungsi tidak boleh melaksanakan semua tahap suatu transaksi. Dengan pemisahakn fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi pencatatan, catatan akuntansi yang disiapkan dapat mencerminkan transaksi yang sesungguhnya terjadi pada fungsi operasi dan fungsi penyimpanan. Jika semua fungsi disatukan, akan membuka kemungkinan terjadinya pencatatan transaksi yang sebenarnya tidak terjadi, sehingga informasi akuntansi yang dihasilkan tidak dapat dipercaya kebenarannya, dan sebagai akibatnya kekayaan organisasi tidak terjamin keamanannya. 3. Dokumen dan Catatan yang Memadai Prosedur harus mencakup perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai untuk membantu meyakinkan adanya pencatatan transaksi dan kejadian secara memadai. Prinsip tertentu menandai penggunaan dokumen dan catatan yang memadai adalah dengan memberikan nomor urut, dibuat pada saat yang sama ketika terjadi transaksi atau segera sesudahnya mempunyai ketepaan waktu, dan dibuat cukup sederhana agar benar-benar mudah dimengerti. Selanjutnya dokumen dan catatan yang memadai akan menghasilkan informasi yang