T1 232008141 Full text

(1)

ANALISIS SPI DALAM SISTEM AKUNTANSI

PENERIMAAN RETRIBUSI POTONG HEWAN PADA

UPACARA ADAT TORAJA UTARA

Oleh :

ADERATY YANCES NIM : 232008141

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS

: EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2013


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

‘‘

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala

sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi

Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah

”.

(Roma 8:28)

GOD didn't promise days without pain, but He did

promise strength for the days and light for the


(6)

ABSTRACT

Traditional ceremony in North Toraja contributed significantly to the local revenue through the collection of levies Slaughter. Society signals the presence of a large leakage of opportunities within the system of acceptance of such levy, but there are studies that concluded the absence of flaws in the system.

The study was conducted to analyze the internal control system within the revenue accounting system of slaughter levy with different data collection methodologies with previous research. Data obtained from the Department of Revenue, Finance and Asset Management Area (DPPKAD) through the study of documents and interviews with related officer. In addition, the primary data obtained by observation on cultural activities in three different village. The Data were analyzed qualitatively by identifying the presence of SPI refers to the characteristics of good SPI.

The results showed the Slaughter Levy Revenue System performed with sub-systems, ie Slaughter Levy Revenue sub System Based on Letter of Permission, specifically for Buffalo, Slaughter Levy Revenue sub System for animals that have not been listed in the abattoir's license. Internal Control Systems in Revenue Slaughter Levy is still relatively weak, due to the use of authority, division of duties, and independent checks that have not been fully implemented. Similarly, the use of documents and security of assets that are not yet adequate. Relevant parties need to make improvements to increase revenue SPI slaughter levy in North Toraja

Key Words : SPI, Slaughter Levy Revenue System, Levies Revenue Accounting Slaughter system, North Toraja Traditional Ceremony


(7)

SARIPATI

Upacara adat di Toraja Utara memberikan sumbangan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah, melalui pemungutan Retribusi Potong Hewan. Masyarakat mensinyalir adanya peluang kebocoran yang besar dalam sistem penerimaan retribusi tersebut, namun terdapat penelitian yang menyimpulkan tidak adanya kelemahan dalam sistem tersebut.

Penelitian dilakukan untuk menganalisis Sistem Pengendalian Intern dalam sistem akuntansi penerimaan dari retribusi potong hewan tersebut dengan metodologi pengumpulan data yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Data diperoleh dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) melalui studi dokumen dan wawancara kepada petugas terkait. Selain itu data primer diperoleh dengan cara observasi pada kegiatan adat di tiga Desa yang berbeda. Data dianalisis secara kualitatif yakni dengan mengidentifikasi keberadaan SPI mengacu pada karakteristik SPI yang baik.

Hasil penelitian menunjukkan Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan dapat dikategorikan kedalam dua sub sistem yaitu sub Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan Berdasarkan Surat Izin pemotongan hewan, dan sub Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan untuk hewan yang belum tercantum dalam Surat Izin pemotongan hewan. Sistem Pengendalian Intern dalam Penerimaan Retribusi Potong Hewan masih tergolong lemah karena penggunaan wewenang, pembagian tugas, dan pengecekan independen yang belum sepenuhnya dijalankan. Demikian pula penggunaan dokumen dan pengamanan aktiva yang belum memadai. Pihak terkait perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan SPI penerimaan retribusi potong hewan di Toraja Utara.

Kata kunci: SPI, Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan, Sistem Akuntansi Penerimaan Retribusi Potong Hewan, Upacara Adat Toraja Utara.


(8)

KATA PENGANTAR

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Sistem Pengendalian Intern dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan. Kemudian menganalisis kelemahan SPI dalam Sistem Akuntansi Penerimaan Retribusi Potong Hewan.

Melalui tulisan ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi pembaca dan penelitian yang akan datang. Dalam penyusunan kertas keja ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terjadi, untuk itu penulis mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan yang terjadi.

Salatiga, Mei 2013


(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus untuk pertolongan dan penyertaan_Nya yang begitu nyata melalui berkat-berkatNya yang luar biasa sehingga saya dimampukan untuk menyelesaikan tulisan ini.

Terimakasih untuk kedua orang tua saya “Indo’ dan Papa’ances”  kalian adalah sumber kebahagiaan ku di dunia ini. Lendu’ kupakaboro’ komi... Berkat doa, dukungan dan pelukan kasih kalian dari jauh yang membuat saya mampu melewati setiap kegalauan dalam penyelesaian tulisan ini.

Untuk ketiga kakak perempuan ku yang cantik dan luar biasaaaa : “Kiki

(indo’aurel), Ema (bu’pendeta), dan Eka (indo’angel) juga untuk ketiga kakak

ipar ku : Pong aurel, Pong angel, dan kak Apri. Terimakasih untuk setiap semangat dan perhatiannya..terimakasih sudah menjadi sponsor utama buat saya dalam pengisian pundi-pundi setiap bulan dan setiap semesternya. Kalian adalah kakak yang Superrr Duperr buat saya.. Kurre buda kakak.. Buat ketiga ponakanku yang lucu dan unyu-unyu : Aurel, Angel dan Audric :* terimakasih untuk kehadiran kalian bertiga yang menambah warna hidup.. Setiap celotehan kalian selalu membuat saya tertawa nak.. :D

Terimakasih kepada Ibu Gustin Tanggulungan, S.E, M.Ak., Akt untuk kesabarannya di dalam membimbing, mengarahkan serta memotivasi saya sehingga tulisan ini dapat selesai.

Terimakasih kepada Bapak Hari Sunarto, S.E., MBA., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW Salatiga dan Bapak Usil Sis Sucahyo, SE., MBA, selaku Kepala Program Studi Akuntansi FEB Universitas Kristen Satya Wacana.

Terimakasih kepada Ibu Theresia Woro Damayanti, S.E., M.Si., Akt selakudosen wali yang telah membantu selama masa perkuliahan.

Segenap Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW terimakasih karena telah memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan dan terimakasih kepada Staf Tata Usaha yang sudah membantu selama masa kuliah.


(10)

My Lovely CERIAkk Asih imoett (tiap kali bareng pasti ada hal konyol yg terjadi yg selalu bikin ngakak :D ), kk Thea kecil (kecil2 lada katokkon terimakasih sudah menjadi PEMBIMBING 2 ku :* ) , kk Finta molle’(kk molle’ yg dikit2 nangis :p ) dan kak Rinto boyo. Terimakasih sudah menjadi teman, kakak, sahabat, sekaligus menjadi keluarga selama di Salatiga.. Berbagi disaat suka dan duka itu yang membuat saya tidak akan pernah melupakan kehidupan di

Salatiga bersama kalian.. Makan bareng, bobo’2 bareng (tidur subuh, bangun

siang karna curhat2an ber-MUTU ;) ) main kartu sambil nge-snack, kemana-mana selalu bareng, semua hal itu yang akan selalu saya rindukan bersama dengan kalian.. Luph U all :* ^__^

Anggota Kuartet Ambisi :D :D “Oten 4Lay, Oliph Lebayy, dan Lilo bebu.. Terimaksih akan kehadiran kalian sebagai sahabat yang biasa namun sungguh Istimewa buat saya. Kalian bukan hanya teman tapi juga saudara buat saya.. Kebiasaan Transit di kos Oliph saat nunggu kuliah berikutnya, makan lotek di kos Oten, dan menghabiskan kue natal punya Lilo.. semua itu ingin saya ulang bersama kalian..  :*

Untuk ke-4 Gadis-gadis Bades ku.. Hayu, Sekar, Sendy dan Monic.. Bisa bertemu, kenalan, temanan dan akhirnya bisa sahabatan dengan kalian itu yang membuat saya selalu berharap untuk dapat kembali ketempat ini lagi untuk bersama-sama dengan kalian.. Akan sangat merindukan awal2 kuliah, makan es krim bareng, nonton film bareng, belajar bareng (tapi lebih banyak ngobrolnya :D ). Miss u sayanggg ;)

My little brotha Adi Boneng dan Boni Gembel terimakasih. Mengenal kalian saya bisa merasakan bagaimana rasanya jadi kakak dan bagaimana rasanya punya saudara laki-laki.. saya berharap kalian tetap mau menjadi adik buat saya :D

Keluarga besar “GANG BAMBU” kk Thea, kk Finta, Rensi, Panca,

Denny, Boni, Konya’, Ratry, Nuni, Esly, Sri, dan Ocha (nebenk :p)

Terimakasih buat kalian semua.. Kelucuan, keunikan dan keanehan dari kalian yang selalu membuat saya nyaman hidup bersama dengan kalian.. Hidup akan selalu terasa Ramai saat berkumpul bersama kalian di lorong Gang Bambu 


(11)

Teman-teman 1 atap a.k.a teman koss.. Lilo, Elma, Emplik, mbk Isna, Silvi, Ayu, Lili dan adek ku Wanti…Terimakasih sudah jadi teman berbagi dalam 1 atap..

“Bhineka Putri Santos”.. kak Vi, kak Tia, kak Ake, Prita, Jessi, Dias, Eci, Grace, Tio, Agnes, kak Pepeb, kak Harmi, Ester, kak Meggi, Eda, Vero beserta coach: Rico, Rio, Hendra, kk Nyong. Thank’s guyss untuk

keGOKILannya dalam tim futsal ini.. Mancing mania??? MANTAPPP…!!!! 

Golden 2008 Fakultas Ekonomika dan Bisnis.. Trimakasih teman2 telah berbagi dalam banyak hal selama perkuliahan.. Special buat cah Akuntansi yang

doyan karoke.. Ferry, Rino, Ristya, Oliv, Jessica, Aji, Septian, Ria, Lilo… :D

Keluarga Besar PKMST SALATIGA.. Terimakasih untuk kebersamaannya selama saya di Salatiga, sangat banyak hal yang saya dapat dari persekutuan ini, sangat erat persaudaraan sebagai Sang Torayan yang dijalin dalam persekutuan ini.. Semoga selamanya kita tetap menjadi saudara di dalam persekutuan ini.. Kurre buda.. kupakaboro’ komi sola nasang.. 

Semua Pihak yang Terlibat dalam Penulisan ini yang belum sempat saya


(12)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Tulis Skripsi ... ii

Halaman Persetujuan/Pengesahan ... iii

Halaman Motto ... iv

Abstract ... v

Saripati ... vi

Kata Pengantar ... vii

Ucapan Terimakasih ... viii

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

1. Latar Belakang ... 1

2. Telaah Literatur ... 3

2.1Regulasi Pajak dan Retribusi Daerah ... 3

2.2Sistem Pengendalian Intern (SPI) Dalam Sistem Akuntansi Penerimaan .. 5

3. Metode Penelitian ... 7

3.1Data dan Metode Pengumpulan Data ... 7

3.2Metode Analisis ... 8

4. Data dan Analisis ... 9

4.1Transaksi Penerimaan Retribusi Potong Hewan Pemerintah Kabupaten Toraja Utara ... 9


(13)

4.2Deskripsi Komponen SPI dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong

Hewan di Toraja Utara ... 10

4.3Analisis Sistem Pengendalian Intern Dalam Sistem Akuntansi Penerimaan Retribusi Potong Hewan ... 16

5. Kesimpulan dan Saran ... 29

5.1Kesimpulan ... 29

5.2Saran ... 30

5.3Keterbatasan Penelitian ... 30

5.4Bagi Peneliti Selanjutnya ... 30

Daftar Pustaka ... 31


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tarif Retribusi Potong Hewan Berdasarkan Jenis 4 Tabel 4.1 Sistem Pengendalian Intern Dalam Sistem Akuntansi

Penerimaan Retribusi Potong Hewan 17


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Flowchart Sub Prosedur Penerimaan Retribusi Potong Hewan Berdasarkan Izin Potong Hewan

Lampiran 2 Flowchart Sub Prosedur Penerimaan Retribusi Potong Hewan untuk pemotongan yang Tidak Termasuk Dalam Surat Izin Potong Hewan

Lampiran 3 Panduan Observasi Lampiran 4 Panduan Wawancara

Lampiran 5 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Toraja Utara Lampiran 6 Dokumen Surat Izin Potong Hewan

Lampiran 7 Dokumen lembar Bonggol SKRD ( Hewan Babi, Kerbau Bonga, Kerbau Balian, dan Kerbau Puduk)

Lampiran 8 Dokumen Surat Setoran Retribusi Potong Hewan Lampiran 9 Dokumen Surat Tanda Setoran

Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian dari DPPKAD Lampiran 11 Surat Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Toraja Utara


(16)

1. LATAR BELAKANG

Otonomi daerah dengan berbagai harapan yang terdapat di dalamnya bukan lagi hanya merupakan suatu retorika belaka namun telah menjadi realita yang harus ditangani dengan semangat memajukan kehidupan masing-masing daerah dalam suatu ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk melaksanakan otonomi daerah, Pemerintah Daerah harus berupaya mengembangkan potensi – potensi daerah salah satunya melalui upaya pengembangan potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Oleh karena itu, setiap daerah diwajibkan mengatur segala kemungkinan sumber keuangannya sendiri sesuai dengan batas-batas perundang – undangan yang berlaku. Adapun sumber – sumber penerimaan daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain – lain penerimaan daerah yang sah.

Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah memberikan pedoman kebijakan dan arahan bagi daerah dalam pelaksanaan pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah. Undang-undang tersebut membatasi jenis-jenis pajak yang dapat dipungut oleh daerah. Hal ini dimaksudkan agar daerah lebih memusatkan perhatian pada pos – pos yang dianggap dapat memberi kontribusi pendapatan yang relatif besar untuk meningkatkan PAD.

Berdasarkan Undang – Undang tersebut, pemerintah Kabupaten Toraja Utara mengubah sumber pendapatan dari kegiatan pemotongan hewan dalam acara adat yang semula merupakan Pajak Potong Hewan menjadi Retribusi Potong Hewan. Pemerintah Kabupaten Toraja Utara menetapkan Retribusi Potong Hewan yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 15 Tahun 2011 tentang Retribusi Rumah Potong Hewan sebagai salah satu sumber PAD oleh karena dipandang potensial mengingat banyaknya kegiatan adat yang terjadi dimana pemotongan hewan menjadi bagian dari kegiatan tersebut. Dalam masyarakat Toraja yang masih mengikuti tradisi, adat, dan mementingkan prestise


(17)

dimata masyarakat desa, menyelenggarakan pesta adat merupakan kewajiban dan tanggung jawab yang tidak dapat dielakkan. Upacara acara adat yang terkenal yang dalam penyelenggaraannya memakan biaya yang cukup besar. Selain itu, juga didukung oleh frekuensi terjadinya pesta adat ini. Hal ini dapat dilihat jelas pada acara pemotongan hewan, yang dari segi kuantitas tidak sedikit hewan yang dikurbankan hal ini tentunya juga disesuaikan dengan strata sosial seseorang di dalam masyarakat Toraja Utara. Retribusi Pajak potong hewan dipungut pada setiap pemotongan hewan pada upacara adat Rambu Tuka’ dan Rambu Solo’. Rambu Tuka’ adalah pesta adat pengucapan syukur, keselamatan, kegembiraan, kesukaan, dan kebahagiaan. Rambu Solo’ adalah pesta kedukaan, upacara pemakaman atau kematian. Retribusi Pajak Potong Hewan merupakan salah satu jenis pajak yang memberikan kontribusi yang paling besar (Okta,2011). Natalia (2008) menyebutkan bahwa pajak potong hewan tidak potensial sebagai sumber PAD meskipun kontribusi terhadap PAD mencapai 13% pada tahun 2001-2006 (Natalia, 2008).

Adapun penelitian Dengen (2005) menyatakan bahwa pemungutan pajak potong hewan termasuk efektif yaitu mencapai 73,87% dari target pada tahun 2004 namun penetapan target pajak potong hewan pada tahun tersebut tidak didasarkan pada potensi riil. Hasil analisis SWOT oleh Dengen (2005) menyimpulkan perlunya upaya peningkatan penerimaan pajak potong hewan dengan meningkatkan pengawasan, melakukan pemeriksaan dan pencocokan laporan penerimaan pajak dari pemungut pajak dengan pelaksana upacara adat, peningkatan manajemen sumber daya manusia, dan perubahan tarif pajak. Kesimpulan ini relevan dengan fenomena ketidakpercayaan masyarakat terhadap pengendalian intern dalam sistem pemungutan retribusi tersebut. Lebang, Inspektur Daerah Tana Toraja mensinyalir adanya peluang kebocoran yang besar dalam sistem tersebut yang menghambat penerimaan daerah (tempo online, 1990). Namun penilitian Manukallo (2005) menyimpulkan bahwa tidak terdapat kelemahan dalam Sistem Pemungutan Pajak Potong Hewan dari Pesta Adat Tana Toraja. Penelitian tersebut dilakukan dengan penelitian lapangan dan wawancara,


(18)

namun pada penelitian lapangan yang dilakukan hanya mengumpulkan data dari BPKD Kabupaten Tana Toraja dan hanya melakukan wawancara dengan bidang pendapatan daerah, tanpa mengamati secara langsung aktivitas-aktivitas yang terjadi dan pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam Sistem Pemungutan Pajak Potong Hewan Pesta Adat Tana Toraja tersebut.

Penelitian ini hendak menambahkan pendekatan dalam menganalisis sistem pemungutan retribusi potong hewan dengan melakukan observasi dan rekonsiliasi data. Adapun rumusan persoalan penelitian adalah: (1) Bagaimana sistem akuntansi penerimaan Retribusi Potong Hewan yang diterapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Toraja Utara? (2) Bagaimana sistem pengendalian intern (SPI) dalam sistem akuntansi penerimaan Retribusi Potong Hewan di Toraja Utara?. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada masyarakat dan memberi masukan kepada Pemerintah mengenai kelemahan pengendalian internal dalam sistem pemungutan retribusi potong hewan untuk menjadi pertimbangan dalam pengelolaan sumber PAD tersebut.

2. TELAAH LITERATUR

2.1 Regulasi Pajak dan Retribusi Daerah

Secara umum, pajak dan retribusi daerah adalah komponen terbesar dalam PAD pemda-pemda di Indonesia. Namun, Undang-undang nomor 28 tahun 2009 telah membatasi jenis pajak yang dapat dipungut sebagai pajak di daerah. Adapun batasan jenis pajak yang dapat dipungut oleh pemerintah kabupaten/kota adalah pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, PBB, dan BPHTB. Sedangkan jenis retribusi disebutkan dapat berupa retribusi umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perijinan tertentu.

Pengelolaan PAD termasuk penerimaan pajak dan retribusi harus dilakukan secara transparan dan akuntabel. Sehubungan dengan itu Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah memberi


(19)

panduan pengembangan sistem akuntansi untuk pengelolaan keuangan di daerah. Permendagri No. 13 tahun 2006 memberi panduan umum pengelolaan sistem akuntansi yang terbagi atas atas empat prosedur akuntansi, yaitu: prosedur akuntansi penerimaan kas, pengeluaran kas, asset tetap, dan selain kas. Meskipun demikian penjabaran lebih lanjut harus dituangkan dalam berbagai peraturan di daerah.

Retribusi Rumah Potong Hewan yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 15 Tahun 2011 yang termasuk didalamnya Retribusi Potong Hewan pada Acara Adat Toraja Utara yang memberikan sumbangan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Toraja Utara menetapkan besarnya tarif Retribusi berdasarkan jenis Hewan sebagai berikut :

Tabel 2.1

Tarif Retribusi Potong Hewan Berdasarkan Jenis

No Jenis Ternak Tarif

1 Kerbau

a. Kerbau Belang (Saleko Bonga) b. Kerbau Kebiri (Balian)

c.Kerbau Hitam (Pudu’, Todi’, Sambao’)

Rp. 750.000 / ekor Rp. 500.000 / ekor Rp. 200.000 / ekor

2 Sapi Rp. 100.000 / ekor

3 Kuda Rp. 100.000 / ekor

4 Rusa Rp. 75.000 / ekor

5 Babi Rp. 75.000 / ekor

6 Kambing Rp. 45.000 / ekor

Peerimaan dari Retribusi Potong Hewan dibagi untuk Kas Daerah, Kas Lembang/Lurah, dan Kas Kecamatan.


(20)

2.2 Sistem Pengendalian Intern (SPI) Dalam Sistem Akuntansi Penerimaan Sistem pengendalian intern yaitu suatu sistem yang meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan. Sistem Akuntansi penerimaan kas adalah suatu kesatuan untuk mengumpulkan dan mencatat transaksi yang dapat membantu dalam menangani penerimaan kas (Mulyadi 2001). Sistem akuntansi tidak hanya digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan saja, tetapi juga menghasilkan pengendalian (Mulyadi 2001:3). Sistem pengendalian intern yang diterapkan pada sistem akuntansi sangat berguna untuk mencegah dan menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Sistem pengendalian intern juga dapat digunakan untuk mengecek kesalahan-kesalahan yang terjadi sehingga dapat dikoreksi.

Sistem pengendalian intern yang dirancang dengan baik terhadap struktur organisasi yang didalamnya terdapat pembagian tanggungjawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan, seperti pemisahan fungsi operasional, fungsi penyimpanan dan fungsi pencatatan. Salah satu aktiva yang dimiliki perusahaan adalah kas. Kas perlu mendapat perhatian tersendiri, karena sifatnya yang sangat mudah dipindahtangankan dan tidak dapat dibuktikan kepemilikannya. Dengan keadaan ini tentunya akan mendorong perusahaan untuk melakukan pengendalian intern terhadap penerimaan kas. Sistem pengendalian intern pada Penerimaan Retribusi Potong Hewan dilaksanakan untuk menghindari terjadinya kebocoran pada penerimaan kas dan juga untuk mengetahui apakah sistem manajemen yang dilaksanakan efektif atau tidak. Penerimaan kas harus dilakukan seteliti mungkin, karena hasil dari pemungutan retribusi digunakan sesuai dengan tujuan, yakni mensejahterakan masyarakat.


(21)

Secara umum unsur sistem pengendalian intern yang baik dalam suatu sistem akuntansi menurut Mulyadi (2001) :

1. Penggunaan Wewenang Secara Tepat

Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Dengan adanya pembagian wewenang ini akan mempermudah jika akan dilakukan audit trail, karena otorisasi membatasi aktivitas transaksi hanya pada orang-orang yang terpilih. Otorisasi mencegah terjadinya penyelewengan transaksi kepada orang lain.

2. Pembagian Tugas

Pembagian tugas memisahkan fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi (pencatatan). Dan suatu fungsi tidak boleh melaksanakan semua tahap suatu transaksi. Dengan pemisahakn fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi pencatatan, catatan akuntansi yang disiapkan dapat mencerminkan transaksi yang sesungguhnya terjadi pada fungsi operasi dan fungsi penyimpanan. Jika semua fungsi disatukan, akan membuka kemungkinan terjadinya pencatatan transaksi yang sebenarnya tidak terjadi, sehingga informasi akuntansi yang dihasilkan tidak dapat dipercaya kebenarannya, dan sebagai akibatnya kekayaan organisasi tidak terjamin keamanannya.

3. Dokumen dan Catatan yang Memadai

Prosedur harus mencakup perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai untuk membantu meyakinkan adanya pencatatan transaksi dan kejadian secara memadai. Prinsip tertentu menandai penggunaan dokumen dan catatan yang memadai adalah dengan memberikan nomor urut, dibuat pada saat yang sama ketika terjadi transaksi atau segera sesudahnya (mempunyai ketepaan waktu, dan dibuat cukup sederhana agar benar-benar mudah dimengerti. Selanjutnya dokumen dan catatan yang memadai akan menghasilkan informasi yang


(22)

teliti dan dapat dipercaya mengenai kekayaan, utang, pendapatan dan biaya suatu organisasi.

4. Keamanan yang memadai terhadap aset dan catatan

Keamanan yang memadai meliputi pembatasan akses ke tempat penyimpanan aset dan catatan perusahaan untuk menghindari terjadinya pencurian aset dan data/informasi perusahaan. Contohnya adalah dengan mengunci pintu ruangan dan terminal komputer, ruang penyimpanan berkas data yang cukup untuk melindungi dari kehilangan.

5. Pengecekan independen terhadap kinerja

Semua catatan mengenai aktiva yang ada harus dibandingkan (dicek) secara periodik dengan aktiva yang ada secara fisik. Pengecekkan ini harus dilakukan oleh suatu unit organisasi yang independen dengan mengecek kecermatan data antara hasil dua orang atau lebih atas satu transaksi yang sama, namun tidak saling mempengaruhi karena mereka bekerja tidak terkait (selain unit fungsi penyimpanan, unit fungsi operasi dan unit fungsi pencatatan) untuk menjaga objektivitas pemeriksaan.

3. METODE PENELITIAN

3.1 Data dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan kepada petugas terkait pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) dan panitia penyelenggara acara adat. Observasi transaksi yang menimbulkan pendapatan retribusi potong hewan dilakukan di tiga Desa berbeda yaitu: Bori’ (Simbuang), To’Yasa (Akung), dan Karua (To’ Tabang). Observasi aktivitas mencakup aktivitas petugas pemungut Retribusi dan Wajib Pajak yang ada pada lokasi Pemungutan Retribusi Potong Hewan di Kabupaten Toraja Utara. Penelitian dilakukan


(23)

hanya di tiga Desa dikarenakan keterbatasan waktu penelitian dan pada saat penelitian ini berlangsung acara adat yang melakukan kegiatan pemotongan hewan terjadi di tiga Desa tersebut. Data yang diperoleh berupa data jumlah hewan yang dipotong dalam acara adat tersebut, pembayaran, dan mekanisme pembayaran tarif Retribusi Potong Hewan, pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas pemungutan Retribusi, dan dokumen-dokumen yang digunakan dalam penerimaan Retribusi.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan yaitu struktur organisasi terkait fungsi penerimaan Retribusi Potong Hewan, Prosedur, Dokumen dan Catatan pemungutan Retribusi, dan Peraturan Daerah tentang Retribusi Potong Hewan pada Dinas Pendapatan,Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Pemerintah Kabupaten Toraja Utara.

3.2 Metode Analisis

Metode analisis data yaitu analisis kualitatif mengenai SPI dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan. Langkah analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu :

1. Mengidentifikasi komponen sistem akuntansi dalam sistem penerimaan retribusi potong hewan

2. Menggambarkan flowchart dari prosedur penerimaan retribusi potong hewan

3. Mengidentifikasi keberadaan SPI dalam sistem penerimaan retribusi potong hewan dengan mengacu pada prinsip-prinsip SPI menurut Mulyadi


(24)

4. DATA DAN ANALISIS

4.1 Transaksi Penerimaan Retribusi Potong Hewan Pemerintah Kabupaten Toraja Utara

Retribusi Potong Hewan dipungut pada lokasi tempat dilaksanakannya Upacara Adat. Bagian yang terkait transaksi penerimaan Retribusi Potong Hewan adalah Wajib Pajak, Petugas dan Kolektor Lembang/Lurah, Kapolsek, Petugas Kecamatan, Bendahara Khusus Penerima DPPKAD, Bank, dan Bagian Akuntansi. Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan mencakup aktivitas berikut ini :

a. Pengajuan Izin oleh Wajib Pajak yang akan menyelenggarakan kegiatan Potong Hewan

b. Penetapan Retribusi Potong Hewan c. Pembayaran retribusi

d. Penyetoran e. Pembukuan

Penerimaan Retribusi mulai saat ada pembayaran Retribusi Potong Hewan oleh Wajib Pajak kepada petugas suatu Lurah/Lembang. Kemudian hasil dari Penerimaan Retribusi tersebut disetor kepada petugas Kecamatan, lalu petugas Kecamatan yang menyetorkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Toraja Utara lalu melakukan pembukuan.

Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan akan dijabarkan di bawah ini.

a. Pengajuan izin dilakukan oleh Wajib Pajak yang hendak melakukan kegiatan Potong Hewan kepada petugas Lembang/Kelurahan yang kemudian akan diberi surat pengantar oleh petugas Lembang/Lurah kepada petugas Kecamatan untuk penguruasan Surat Izin Potong Hewan

b. Piutang Retribusi timbul ketika di dalam Surat Izin Potong Hewan tertulis jumlah Hewan yang akan dipotong. Surat Izin Potong Hewan hanya mencantumkan jumlah Hewan Kerbau. Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran Retribusi Potong Hewan sesuai dengan jumlah dan jenis Hewan yang akan dipotong.


(25)

c. Hasil Penerimaan Retribusi yang dipungut oleh petugas Lembang/Lurah kemudian disetorkan kepada petugas Kecamatan, dan petugas Kecamatan menyetorkan kepada Bendahara Khusus Penerima DPPKAD.

d. Dari hasil setoran Retribusi Potong Hewan kemudian akan dibuat Pembukuan oleh Bagian Akuntansi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

4.2 Deskripsi Komponen SPI dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan di Toraja Utara

Identifikasi unsur-unsur SPI dalam sistem akuntansi penerimaan Retribusi Potong Hewan adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan Wewenang

Dalam unsur organisasi pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) ada Struktur Organisasi yang dapat menunjukkan kelompok Bidang dan jabatan dalam Organisasi. Beberapa Bidang yang terkait dalam Penerimaan Retribusi Potong Hewan yaitu Bidang Akuntansi dan Bidang Penagihan. Dalam struktur Organisasi Pada Bagian Akuntansi terdapat tiga orang yang masing-masing memiliki fungsi, yaitu dua orang tenaga komputer dan satu orang tenaga admin. Sedangkan pada bagian penagihan terdapat 25 orang yang dimana dua orang bertugas sebagai tenaga Komputer dan dua puluh tiga orang bertugas sebagai kolektor/penagih. Setiap bagian menggunakan wewenang sesuai dengan batasan otorisasi yang ada. Dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan, Otorisasi pada tiap transaksi selalu dilakukan dengan menggunakan dokumen yang telah ditandatangani dan di stempel sebagai bukti bahwa dokumen telah diotorisasi. 2. Pembagian Tugas

Dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan fungsi Operasi dilakukan oleh Petugas Lembang dan Petugas Kecamatan yang berfungsi untuk menagih dan mengumpulkan jumlah Penerimaan Retribusi pada tempat diselenggarakan kegiatan Potong Hewan. Fungsi Penyimpanan dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan dilakukan oleh Bendahara Khusus


(26)

Penerima DPPKAD untuk kemudian disimpan ke Bank. Fungsi Pencatatan dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan dilakukan oleh Bagian Akuntansi untuk kemudian membuat Daftar Laporan Realisasi Pendapatan. 3. Dokumen dan Catatan

a. Dokumen

Dokumen-dokumen yang digunakan dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan adalah:

1. Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD)

Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau yang lebih dikenal dengan dokumen Karcis merupakan lembaran yang berisi nominal Pajak terutang sesuai dengan jenis hewan yang dipotong. Lembaran ini terdiri dari dua bagian, yaitu lembaran yang disobek untuk Wajib Pajak dan lembar kedua yang disebut Bonggol Karcis untuk Bendahara Khusus Penerima di DPPKAD. Baik lembaran karcis yang disobek maupun Bonggol karcis sudah ditandatangani oleh Kepala DPPKAD sebagai bukti otorisasi. Hal ini berarti karcis tersebut sah.

2. Surat Izin Pemotongan Hewan

Didalam perda disebutkan mengenai Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah (SPORD) yakni surat khusus yang hanya ditujukan atas pemotongan hewan Kerbau yang dikeluarkan oleh Kecamatan kepada Lembang/Lurah sebagai acuan jumlah hewan yang dipotong dalam penyelenggaraan Upacara Adat. Dalam prakteknya surat ini disebut sebagai Surat Izin Pemotongan Hewan. Surat ini terdiri dari satu rangkap sebagai arsip Kecamatan yang bersangkutan. Sebagai tembusan, surat ini disampaikan kepada Kepala DPPKAD Toraja Utara, Kepala Inspektorat Toraja Utara, Kepala Sub. Dinas Pertanian & Kehutanan Kab. Toraja Utara, Kepala Dinas Pariwisata, Perhub & Infokom Kab. Toraja Utara, Kapolsek Kecamatan yang bersangkutan, dan Kepala Lembang yang bersangkutan.


(27)

3. Surat Setoran Retribusi Potong Hewan

Surat Setoran Retribusi Potong Hewan merupakan surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran Retribusi yang terhutang ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati. Dokumen ini terdiri dari 4 rangkap yaitu lembar pertama (asli) bagi Wajib Pajak, lembar kedua bagi Bidang Akuntansi, lembar ketiga bagi Baidang Penagihan , lembar keempat bagi Bendahara Khusus Penerima.

4. Surat Tanda Setoran (STS)

Surat Tanda Setoran merupakan bukti yang diberikan oleh Kas Daerah atas penyetoran Retribusi Derah yang tercantum dalam SKRD. Dokumen ini terdiri dari 5 rangkap yaitu lembar pertama (asli) Bendaharawan Khusus Penerima, lembar kedua untuk Bagian Keuangan, lembar ketiga untuk DPPKAD Kabupaten Toraja Utara, lembar keempat untuk Inspektorat Wilayah Kabupaten, lembar kelima untuk Pemegang Kas.

Dengan adanya dokumen tersebut, Penerimaan Retribusi Potong Hewan dapat diamati. Selain itu adanya perangkapan dokumen mempermudah bidang yang terkait yang dapat dijadikan sebagai alat periksa antara bidang yang terkait.

b. Catatan

Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem penerimaan Retribusi oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD), antara lain:

a. Buku Kas

Buku ini merupakan buku yang berisi mengenai rekap penerimaan harian dan merupakan buku Tanda Setoran Retribusi Potong Hewan tiap Kecamatan. Buku ini dipakai untuk mencatat penerimaan yang terjadi dan dibuat oleh Bendahara Khusus Penerima.


(28)

b. Buku Besar

Buku ini merupakan buku Tanda Bukti Setoran atau Buku Bantu Umum yang memuat tentang rincian objek bulanan. Buku ini dibuat dan diisi oleh Bendahara Khusus Penerima serta digunakan sebagai catatan mengenai laporan keuangan Daerah.

4. Keamanan yang Memadai

Dalam menjamin dan melindungi hartanya Dinas melakukan pengamanan dengan cara, yaitu adanya pengendalian fisik terhadap kekayaan dengan menggunakan almari besi untuk menyimpan uang hasil Penerimaan Retribusi Potong Hewan sebelum di setor ke Bank dan juga dalam Pemungutan Retribusi pada tiap Lembang/Lurah keamanan di jaga dengan pengawasan Polisi.

5. Pengecekan

Pengecekan jumlah setoran dengan SKRD dilakukan Dinas pada tiap akhir tahun saat petugas Lembang/Lurah menyerahkan kembali Bonggol SKRD yang telah habis digunakan. Kecamatan juga tidak melakukan pengecekan kembali karena petugas Lembang hanya menyerahkan Uang hasil Penerimaan Retribusi tanpa disertai dengan bukti yaitu Bonggol SKRD.

Berikut ini deskripsi prosedur penerimaan retribusi potong hewan berdasarkan praktek yang terjadi yang juga disajikan dalam bentuk flowchart sebagaimana disajikan pada lampiran 1 dan lampiran 2. Prosedur tersebut dapat dibedakan atas dua sub prosedur yaitu Sub Prosedur Penerimaan Petribusi Potong Pewan Perdasarkan Surat Izin Potong Hewan dan Sub Prosedur Penerimaan Retribusi Potong Hewan untuk pemotongan yang Tidak Termasuk Dalam Surat Ijin Potong Hewan.

a) Sub Prosedur Penerimaan Retribusi Potong Hewan Berdasarkan Surat Izin Potong Hewan

Prosedur Penerimaan mulai dari pemungutan Retribusi sampai penyetoran ke Kas Daerah adalah sebagai berikut (Lampiran 1):


(29)

1. Wajib Pajak menerima lembar data atas laporan kepada Petugas Lembang bahwa akan melaksanakan Acara Adat yang melakukan kegiatan Potong Hewan.

2. Wajib Pajak mengisi lembaran mengenai data Wajib Pajak lalu menyerahkan kepada Petugas Lembang.

3. Petugas Lembang membuat surat pengantar permohonan Izin Potong Hewan ke Kecamatan dan permohonan izin keramaian pada Kapolsek dari lembar data Wajib Pajak.

4. Berdasarkan surat pengantar dari Lembang tersebut, Kecamatan mengeluarkan Surat Izin Potong Hewan dan Kapolsek mengeluarkan Surat Izin Penyelenggaran Kegiatan. Surat Izin Potong Hewan terdiri dari 1 rangkap sebagai arsip Kecamatan yang bersangkutan. Sebagai tembusan, surat ini disampaikan kepada Kepala DPPKAD Kab. Toraja Utara, Kepala Inspektorat Kab. Tiraja Utara, Kepala Sub Din Pertanian & Kehutanan Kab. Toraja Utara, Ka. Dinas Pariwisata,Perhub & Infokom Kab. Toraja Utara, Kapolsek Kec.yang bersangkutan, Kepala Lembang/Lurah yang bersangkutan. Surat Izin Penyelenggaraan Kegiatan sebagai tembusan, surat ini disampaikan kepada Kapolres Tana Toraja, Kasat Intelkam Res Tator, Kepala Lembang/Lurah yang bersangkutan.

5. Selanjutnya tembusan Surat Ijin kepada Aparat Lembang/Lurah tersebut diserahkan oleh Kolektor Kecamatan kepada Kolektor Lembang/Lurah yang sudah ditempatkan pada Pos Pemungutan Retribusi Potong Hewan. 6. Kolektor Lembang menghitung jumlah Retribusi yang harus dibayar

Wajib Pajak berdasarkan tarif yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, Kolektor menyobek SKRD sebagai bukti pembayaran Retribusi Potong Hewan. SKRD ini terdiri dari 2 bagian yaitu Lembar yang disobek diserahkan kepada Wajib Pajak dan Bonggol Karcis kepada Bendaharawan Khusus Penerima DPPKAD yang diserahkan pada akhir tahun.

7. Hasil Penerimaan Retribusi Potong Hewan yang di terima Aparat Lembang/Lurah selanjutnya diserahkan kepada Petugas Kecamatan


(30)

beserta dengan surat pengantar hasil Penerimaan Retribusi, lalu Petugas Kecamatan akan mencatat jumlah Penerimaan Retribusi Potong Hewan ke dalam buku catatan khusus Setoran Retribusi Potong Hewan berdasarkan surat pengantar dari Lembang/Lurah. Petugas Kecamatan menyetor hasil Penerimaan Retribusi Potong Hewan kepada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Derah (DPPKAD) Kabupaten Toraja Utara dengan membawa buku catatan khusus Kecamatan.

8. Selama ada penyetoran kepada Bendahara Khusus Penerima DPPKAD, maka BPK mengeluarkan Surat Setoran Retribusi Potong Hewan yang dibuat rangkap 4, selanjutnya lembar asli diserahkan kepada Wajib Pajak yaitu petugas Kecamatan. Lembar kedua untuk Bidang Akuntansi, lembar ketiga untuk Bidang Penagihan dan lembar keempat untuk BKP DPPKAD.

9. Berdasarkan Surat Setoran Retribusi Potong Hewan tersebut, Bendahara Khusus Penerima DPPKAD mencatat penerimaan tersebut kedalam Buku Rekap Penerimaan Harian. Selanjutnya membuat Surat Tanda Setoran yang dibuat rangkap 5 dan lembar asli diserahkan kepada BKP. Lembar kedua oleh Bagian Akuntansi, lembar ketiga untuk Bgian Penagihan, lembar keempat dan lembar kelima untuk Bank.

10.Selanjutnya Surat Tanda Setoran dibawa ke Bank sebagai bukti tanda setoran oleh Bendahara Khusus Penerima. STS lembar empat dan lima akan disimpan oleh Bank dan Bank akan mengembalikan lembar satu,dua dan tiga serta memberikan Slip Setoran Bank sebagai bukti setor kepada BKP.

11.BKP akan membuat Rincian Objek Bulanan dari STS dan Slip setoran Bank. Selanjutnya Bidang Akuntansi membuat Daftar Laporan Realisasi Pendapatan.


(31)

b) Sub Prosedur Penerimaan Retribusi Potong Hewan untuk pemotongan yang Tidak Termasuk Dalam Surat Izin Potong Hewan

Prosedur ini berkaitan dengan dimungkinkannya melakukan pemotongan hewan diluar yang telah disebutkan dalam surat Ijin Potong Hewan. Umumnya digunakan untuk pemotongan hewan babi karena jumlah yang akan dipotong belum disebutkan dalam surat izin potong hewan untuk suatu penyelenggaraan acara adat. Prosedur ini memiliki bagian yang sama dengan Prosedur Berdasarkan Surat Izin mencakup Prosedur nomor 1 sampai 2 dan prosedur nomor 6 sampai 11 (Lampiran 2). Perbedaannya dengan Prosedur Penerimaan Retribusi Potong Hewan Berdasarkan Surat Izin Potong Hewan terletak pada pembuatan Surat Izin yang hanya ditujukan bagi pemungutan Retribusi atas hewan Kerbau. Sebelum diadakan pemotongan hewan, Wajib Pajak terlebih dahulu melaporkan jumlah hewan Kerbau yang akan dipotong kepada Kecamatan. Setelah itu akan dibuat Surat Izin sebagai acuan Kolektor Lurah/Lembang saat pemotongan hewan dilaksanakan. Sedangkan pada prosedur hewan selain Kerbau, pemotongan hewan langsung dilaksanakan setelah dilakukan pembayaran Retribusi oleh Wajib Pajak tanpa pembuatan Surat Izin terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan karena adanya toleransi pada budaya.

4.3 Analisis Sistem Pengendalian Intern Dalam Sistem Akuntansi Penerimaan Retribusi Potong Hewan

Analisis keberadaan SPI dalam Sistem Akuntansi Penerimaan Retribusi Potong Hewan adalah sebagai berikut:


(32)

Tabel 4.1

Sistem Pengendalian Intern Dalam

Sistem Akuntansi Penerimaan Retribusi Potong Hewan Indikator SPI Dilakukan

Kadang-kadang

Tidak dilakukan

Keterangan Saran

1.Penggunaan Wewenang Secara Tepat

 Otorisasi dari Pejabat yang memiliki wewenang pada dokumen:  SKRD (karcis)

 Surat Izin Potong Hewan

Penggunaan wewenang secara tepat untuk otorisasi telah dilakukan dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan:

 Selalu menggunakan Dokumen SKRD dengan cetakan yang telah di tandatangani Bupati Toraja Utara dan Ketua DPPKAD Toraja Utara dengan pemberian stempel oleh Bendahara Barang Berharga sebagai bukti dokumen telah diotorisasi.

 Setiap Dokumen Surat Izin Potong Hewan yang dikeluarkan oleh Kecamatan telah diotorisasi dengan bukti telah


(33)

 Surat Setoran Retribusi Potong Hewan

 Surat Tanda Setoran  Penggunaan wewenang sesuai struktur organisasi

ditandatangani oleh Camat setempat.

 Surat Setoran Retribusi Potong Hewan selalu diotorisasi dengan adanya tanda tandan oleh Petugas Kecamatan yang menyetor dan tandatangan oleh Bendahara Khusus Penerima serta Cap dan tanda tangan pada bagian penyimpanan kas.

 Surat Tanda Storan yang dikeluarkan selalu diotorisasi dengan tandatangan Bendahara Khusus Penerima.

Penggunaan wewenang secara struktur organisasi belum sepenuhnya dilakukan dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan:

− Bagian Penagihan tidak selalu secara langsung mengawasi penerimaan retribusi di tempat kegiatan Potong khususnya apabila ada kegiatan yang terjadi bersamaan

Pihak DPPKAD sebaiknya melakukan evaluasi sistem yang memungkinkan efektivitas dan efisiensi fungsi penagihan misalnya dengan memaksimalkan fungsi petugas penagihan


(34)

di beberapa lokasi sedangkan petugas tidak mencukupi .

di tingkat kecamatan dan lembang.

2.Pembagian Tugas

 Pembagian tugas dipisahkan sesuai dengan fungsinya  fungsi Operasi dipisahkan dengan fungsi Penyimpanan dan fungsi Pencatatan

Pembagian tugas dengan fungsi terpisah belum sepenuhnya dilakukan dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan:

Belum ada Peraturan Daerah yang mengatur dengan jelas mengenai pembagian tugas tidak dapat dievaluasi kepatuhannya. Namun dalam praktek, fungsi yang terjadi adalah sebagai berikut :

 Fungsi Operasi dilakukan oleh Petugas Lembang dan Petugas Kecamatan yang berfungsi untuk menagih dan mengumpulkan jumlah Penerimaan Retribusi pada tempat diselenggarakan kegiatan Potong Hewan.

 Fungsi Penyimpanan dilakukan oleh Bendahara Khusus Penerima di DPPKAD

Sebaiknya ditetapkan Standar Operating Prosedur (SOP) yang dapat secara jelas mengatur tata kerja dan fungsi masing-masing pejabat terkait.


(35)

untuk kemudian disimpan ke Bank.

 Fungsi Pencatatan dilakukan oleh Bagian Akuntansi di

DPPKAD yang juga befungsi membuat Daftar Laporan Realisasi Pendapatan. 3.Dokumen dan Catatan yang Memadai  Perancangan dokumen dan catatan yang memadai

 SKRD (karcis)

 Surat Izin Potong Hewan

Perancangan dokumen dan catatan telah memadai dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan:

 Dokumen SKRD telah memiliki format yang memadai dengan pemberian tanggal dan nomor urut pada tiap lembar dokumen.

− Surat Izin Potong Hewan dalam formatnya telah memadai dengan menggunakan nomor seri dan tanggal saat dikeluarkannya surat Izin Potong Hewan.


(36)

 Surat Setoran Retribusi Potong Hewan

 Surat Tanda Setoran

 Buku Kas

− Buku Besar

 Perancangan dokumen yang memadai telah dilakukan pada dokumen Surat Setoran Retribusi Potong Hewan dengan memberikan tanggal dan nomor urut pada dokumen sesuai dengan waktu saat dokumen dikeluarkan.

− Surat Tanda Setoran telah menggunakan perancangan yang memadai dengan pemberian tanggal dan nomor urut saat dokumen dikeluarkan.

− Buku kas telah dibuat dengan perancangan yang memadai yang berfungsi sekaligus sebagai jurnal dan telah dibuat dengan format yang sederhana.

− Perancangan catatan Buku Besar telah memadai pada formatnya dengan memiliki ketetapan waktu pembukuannya.


(37)

 Penggunaan dokumen dan catatan yang memadai  SKRD (karcis)

 Surat Izin Potong Hewan

 Surat Setoran Retribusi Potong Hewan dan Surat Tanda

Penggunaan

dokumen dan catatan belum sepenuhnya memadai karena masih ada bagian yang belum sepenuhnya

dilakukan:

− Pembuatan dokumen SKRD kadang-kadang tidak dilakukan segera pada saat terjadinya transaksi khususnya aktivitas pemotongan hewan yang dilakukan diluar jadwal

penerimaan tamu adat (saat umumnya terjadi pemungutan retribusi).

− Surat Izin Potong Hewan hanya memuat tagihan pajak untuk objek pajak berupa hewan kerbau dan tidak untuk jenis hewan lainnya.

− Dokumen Surat Setoran Retribusi Potong Hewan dan Surat Tanda Setoran dalam penggunaannya

Sebaiknya dokumen SKRD segera dibuat pada saat teridentifikasi timbulnya objek pajak dan disosialisasikan dengan intensif kepada masyarakat untuk selalu meminta SKRD sebagai bukti pembayaran pajak pada saat membayar pajak.

Dilakukan pengawasan secara intensif di lokasi pemungutan pajak dan sosialisasi intensif kepada masyarakat untuk selalu meminta SKRD sebagai bukti pembayaran pajak pada saat membayar pajak.


(38)

Setoran

− Buku Kas

− Buku Besar

sudah memadai karena dokumen selalu dikeluarkan bersamaan saat terjadi transaksi.

 Pencatatan kedalam Buku kas selalu dilakukan pihak

DPPKAD dengan mencatat setiap

penerimaan kas dan setiap transaksi yang terjadi dalam Buku rekap harian

penerimaan Retribusi Potong Hewan .

 Penggunaan catatan Buku Besar telah dilakukan dengan selalu mencatat setiap setoran yang dilakukan ke dalam Buku tanda bukti setoran yang memuat rincian objek bulanan.

4.Keamanan yang memadai

 Pembatasan akses dan penyimpanan aset dan catatan untuk

Pembatasan akses dan penyimpanan aset dan catatan untuk menghindari terjadinya pencurian belum sepenuhnya


(39)

menghindari terjadinya pencurian

 uang hasil Penerimaan Retribusi  Pengamanan oleh aparat keamanan

dilakukan:

 Penerimaan retribusi oleh petugas lapangan (petugas lembang dan kecamatan) tidak selalu disetorkan ke DPPKAD dalam waktu 24 jam sebagaimana diatur dalam Perda. Alasannya adalah untuk efisensi waktu dan biaya ke DPPKAD khususnya di lokasi pemungutan pajak yang jauh dari kota Kabupaten. Shubungan dengan itu apabila terjadi kegiatan adat yang bersamaan disuatu

desa/kecamatan maka penyetorannya menunggu selesainya semua acara tersebut.

 Polisi selalu melakukan

pengamanan di lokasi pemungutan pajak dan pada saat Bendahara khusus penerimaan DPPKAD

menyetorkan kas ke

- Menyediakan tempat yang aman untuk penyimpanan sementara dan brankas yang hanya bisa diakses petugas lapangan terkait.

- Petugas kecamatan harus hadir pada saat pelaksanaan kegiatan dan bila waktu selesainya acara masih memungkinkan melakukan


(40)

 Pengamanan catatan

bank.

 Kecuali untuk penyetoran pemungut pajak di lembang ke kecamatan dan dari kecamatan ke DPPKAD tidak dilakukan pengawalan oleh polisi.

 Bonggol karcis (SKRD) disimpan oleh petugas lembang.

 Buku catatan khusus penerimaan potong hewan disimpan oleh petugas kecamatan.

 Catatan penerimaan kas dibuat oleh Bendahara Khusus Penerimaan . penyetoran ke DPPKAD maka segera disetor dengan dikawal polisi. Namun jika tidak bisa maka polisi sebaiknya mengawal petugas kecamatan ke lokasi penyimpanan kas sementara kecamatan. - Perlu dipertimbangkan kebijakan khusus penyimpanan sementara untuk wilayah yang terkategori sangat jauh dari lokasi DPPKAD untuk efisensi biaya pengiriman kas.


(41)

5.Pengecekan

 Semua catatan mengenai aktiva dibandingkan secara periodik dengan aktiva yang ada secara fisik  Lembang/ Lurah − Kecamatan

Pengecekan semua catatan secara periodikdengan aktiva yang ada belum sepenuhnya dilakukan:

− Petugas Lembang kadang melakukan pengecekan jumlah penerimaan kas berdasarkan Bonggol Karcis dengan jumlah Uang hasil pungutan Retribusi Potong Hewan sebelum diserahkan kepada Petugas Kecamatan .

 Pada akhir tahun pada saat penyerahan bonggol karcis (SKRD) oleh petugas lembang ke

kecamatan kadangkala dilakukan pengecekan kesesuaian bonggol dengan catatan khusus penerimaan di kecamatan oleh petugas kecamatan.

-

Pengecekan sebaiknya selalu dilakukan sebelum menyetorkan kas kepada petugas Kecamatan.

-

Petugas Kecamatan sebaiknya selalu melakukan pengecekan kesesuaian bonggol dengan catatan khusus penerimaan di kecamatan pada saat menerima bonggol tersebut dari petugas lembang .


(42)

− DPPKAD

 Pada akhir tahun pada saat penyerahan bonggol karcis (SKRD) oleh petugas kecamatan ke DPPKAD selalu dilakukan pengecekan kesesuaian bonggol dengan Catatan penerimaan kas di Bendahara Khusus Penerimaan .

-

Sebaiknya penyerahan bonggol ke DPPKAD dilakukan lebih sering misalnya per 6 bulan untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dan keterlambatan laporan karena pemeriksaan bonggol yang banyak.

Dari tabel tersebut diatas dapat terlihat beberapa hal dari Sistem Pemungutan Retribusi Potong Hewan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara masih belum sesuai dengan Sistem yang berjalan atau yang dilakukan pada lokasi dilangsungkan Upacara Adat Potong Hewan. Dalam PERDA tentang Retribusi Rumah Potong Hewan yang mengatur tentang pemungutan Retribusi Potong Hewan, tidak sepenuhnya dilakukan. Kenyataan yang terjadi antara lain:

1) Penggunaan Wewenang Secara Tepat

Dalam Struktur Organisasi Bagian Penagihan memiliki tugas dan fungsi sebagai pengawas dalam hal ini seharusnya Bagian Penagihan dari DPPKAD ada yang turun langsung pada tempat dilaksanakannya kegiatan Potong Hewan untuk mengawasi secara langsung pemungutan Retribusi yang dilakukan oleh petugas Lembang dan kecamatan. Pada kenyataannya anggota Bagian Penagihan DPPKAD tidak berada di tempat pemungutan Retribusi saat ada kegiatan Potong Hewan. Seperti yang dikatakan oleh narasumber pada DPPKAP hal ini terjadi dengan alasan karena seringkali kegiatan Potong


(43)

Hewan dilakukan dibeberapa Desa berbeda dalam waktu yang bersamaan dan jumlah anggota Bagian Penagihan juga terbatas untuk bisa turun langsung pada lokasi yang terletak jauh dari kantor DPPKAD.

2) Pembagian Tugas

Dalam Pembagian Tugas khususnya pada Prosedur pemungutan Retribusi yang ditetapkan tidak sesuai dengan prosedur pemungutan pajak dalam Peraturan Daerah tersebut. Secara garis besar Peraturan Daerah tersebut mengatur tentang Retribusi Daerah secara keseluruhan dan Retribusi Potong Hewan hanya mengikuti prosedur yang kira-kira relevan dengan Retribusi Potong Hewan sendiri. Hal ini berimplikasi pada ketidakkonsistenan pihak DPPKAD terhadap Peraturan Daerah yang sudah ditetapkan. Akibatnya pihak DPPKAD tidak tegas dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, karena pedoman pemungutan Retribusi Potong Hewan tidak jelas.

3) Dokumen-dokumen dan Catatan

a) Dalam mendata Wajib Pajak untuk pembuatan Surat Izin Potong Hewan tidak ada perangkapan dokumen format yang baku sehingga hanya dicatat pada lembaran kertas biasa.

b) Surat Teguran atas keterambatan penyetoran Retribusi oleh kolektor Kecamatan ke DPPKAD tidak ada, tetapi hanya berupa pemberitahuan secara lisan. Berdasarkan hasil wawancara, keterlambatan ini terjadi karena dalam satu Lembang/Lurah biasanya terjadi lebih dari satu upacara adat sehingga kolektor harus menunggu sampai semua upacara adat tersebut rampung. Hal ini merupakan indikasi bahwa DPPKAD tidak konsisten dengan Peraturan Daerah yang sudah ditetapkan yaitu mengharuskan kolektor Kecamatan menyetor jumlah Raetribusi dalam jangka waktu 24 jam.

4) Keamanan yang memadai

Keamanan yang memadai terhadap pengendalian uang hasil penerimaan Retribusi Potong Hewan dilakukan dengan penyimpanan menggunakan almari besi dan kunci dipegang oleh Bendahara Khusus Penerima. Tetapi keamanan belum sepenuhnya memadai karena pengamanan oleh aparat dalam Sistem


(44)

Penerimaan Retribusi hanya dilakukan dengan adanya Pengawasan Polisi saat dilaksanakannya proses Pemungutan Retribusi Potong Hewan dan saat Bendahara akan menyetor ke Bank. Tetapi saat petugas Kecamatan menyetor ke Daerah tidak diawasi oleh Polisi.

5) Pengecekan

Melakukan pengecekan kembali dengan cara mencocokkan kembali SKRD dengan jumlah pungutan Retribusi bisa saja tidak efektif dilakukan, karena pelaporannya hanya menggunakan surat pengantar, dan penyerahan Bonggol SKRD pada DPPKAD baru dilakukan setiap akhir tahun. Jumlah hasil yang dipungut pada tempat kegiatan Potong Hewan bisa saja tidak sesuai dengan jumlah yang disetor karena tanpa dilengkapi dengan Bonggol SKRD saat penyetoran.

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis Sistem Pengendalian Intern, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan di Kabupaten Toraja Utara dapat dikategorikan kedalam dua sub sistem yaitu sub Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan Berdasarkan Surat Izin Potongan hewan, dan sub Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan untuk hewan yang belum tercantum dalam Surat Izin potongan hewan.

2. Sistem Pengendalian Intern dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan di Toraja Utara pada umumnya masih tergolong lemah karena penggunaan wewenang, pembagian tugas, dan pengecekan independen yang belum sepenuhnya dijalankan. Demikian pula penggunaan dokumen dan pengamanan aktiva yang belum memadai. Sistem Pengendalian Intern juga memiliki kekuatan dalam hal otorisasi dokumen dan perancangan dokumen dan catatan yang selalu digunakan dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan.


(45)

5.2 Saran

1. SOP dibakukan dan Flowchart yang telah dibuat bisa direvisi, disempurnakan, dan dijadikan prosedur yang baku yang dapat digunakan dalam pengawasan pada aktivitas yang terjadi dalam Penerimaan Retribusi Potong Hewan.

2. Meninjau kembali Peraturan Daerah tentang Retribusi yang tidak sesuai dngan praktek yang berlaku.

5.3Keterbatasan Penelitian Pengambilan keputusan mengenai keadaan SPI dalam sistem penerimaan kas dari retribusi potong hewan di Kabupaten Toraja Utara hanya didasarkan pada kriteria kualitatif (dilakukan, kadang-kadang, tidak dilakukan) belum

didasarkan pada teknik kuantifikasi sehingga bobot frekuensi keterjadiannya belum bisa ditentukan.

5.4Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian berikutnya dapat dilakukan dengan melakukan pengujian frekuensi keterjadian setiap komponen SPI untuk memperbaiki kelemahan dari penelitian ini.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Dengen, Mayer. 2005. “Potensi dan upaya peningkatan pajak potong hewan di

Kabupatan Tana Toraja.

Http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDe tail&act=,view&typ=html&buku_id=26965&obyek_id=4, Diunduh 16 April 2012.

Manukallo, Ria. 2005. “Pemungutan Pajak Potong Hewan Pesta Adat Tana Toraja

(studi kasus pada BPKP kab. Tana Toraja), Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Yogyakarta : Salemba Empat.

Natalia, Ade.T. 2008. “Analisis Kontribusi Pajak Potong Hewan Pada Upacara Adat Rambu Tuka’ dan Rambu Solo’ Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Tana Toraja”.

Http://Sinta.Ukdw.Ac.Id/Sinta/Search.Jsp?Query=Potong+Hewan&Btnrs erach=Cari, Diunduh 16 April 2012.

Okta. 2011. “Pajak Hotel dan Restoran Indonesia”.

Http://indonesia-life.info/kolom2/allread/0/oya/reno/40622.html#40835, Diunduh 9 April 2012.

Republik Indonesia. 2009. :Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah”.

Tempo Online. 1990. “Nasib Si Kelas Dua”. Http://majalah

.tempointeraktif.com/id/arsip/1990/03/10/NAS/mbm.19900310.NAS18105.i d.html, Diunduh 26 maret 2012.


(47)

Lampiran 1

Flowchart Sub Prosedur Penerimaan Retribusi Potong Hewan Berdasarkan Izin Potong Hewan


(48)

(49)

(50)

(51)

(52)

Lampiran 2

Flowchart Sub Prosedur Penerimaan Retribusi Potong Hewan untuk pemotongan yang Tidak Termasuk Dalam Surat Izin Potong Hewan


(53)

(54)

(55)

(56)

Lampiran 3

Panduan Observasi

 Melihat Struktur Organisasi dan Tata Kerja pada DPPKAD

 Melihat lembaran daerah/peraturan daerah mengenai retribusi Potong Hewan  Mengamati aktivitas saat pendataan Wajib Pajak

 Mengamati Prosedur pembuatan Surat Izin Potong Hewan

 Mengamati pengawasan yang dilakukan saat dilakukan pemungutan Retribusi Potong Hewan

 Mengamati aktivitas petugas saat penerimaan dan pencatatan uang hasil pungutan Retribusi

 Melihat buku yang digunakan dalam pencatatan

 Mengamati aktivitas petugas apakah mencatat setiap kali terjadi transaksi?  Mengamati setiap hewan yang masuk ke lokasi apakah telah membayar dan

menerima karcis?

 Mengamati apakah disediakan kotak tersendiri untuk menyimpan uang hasil pungutan Retribusi?

 Mengamati apakah saat pengembalian uang Retribusi menggunakan uang petugas?

 Mengamati bangaimana proses penyimpanan hasil pungutan Retribusi?  Mengamati aktivitas apakah melakukan pengecekan kembali terhadap uang


(57)

Lampiran 4

Panduan Wawancara

 Bagaimana uraian tugas, jabatan dan fungsi didalam DPPKAD?  Dokumen apa yang digunakan saat pendataan Wajib Pajak?

 Apakah pembuatan Surat Izin Potong Hewan dilakukan untuk setiap jenis hewan yang dipotong?

 Apakah ada staff dari DPPKAD yang mengawasi saat kegiatan Potong Hewan dilaksanakan/

 Dalam pencatatan hasil penerimaan Retribusi Potong Hewan Buku apa yang digunakan?

 Apakah petugas yang menagih retribusi telah menyediakan kotak tersendiri untuk penyimpanan uang hasil pungutan?

 Kepada siapa hasil pungutan Retribusi disetorkan?

 Dokumen-dokumen apa saja yang ikut diserahkan saat penyetoran?

 Berapa lama jangka waktu yang digunakan dalam penyetoran hasil pungutan Retribusi?

 Apakah ada pencatatan yang dilakukan saat penyetoran?

 Adakah dokumen yang dikeluarkan saat dilakukan penyetoran?  Bagaimana proses penyimpanan hasil penerimaan Retribusi?  Siapa yang menyimpan hasil Penerimaan?

 Apakah dilakukan pengecekan dan pemeriksaan kembali terhadap uang dan catatan?

 Apakah waktu untuk dilakukannya pengecekan sudah ditentukan?

 Bagaimana Jenis Laporan yang menjadi sumber informasi atas hasil pungutan Retribusi Potong Hewan?

 Siapa yang membuat Laporannya?  Kepada siapa Laporan didistribusikan?


(58)

Lampiran 5

Struktur Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Toraja Utara


(59)

Lampiran 6

Dokumen Surat Izin Potong Hewan


(60)

Lampiran 7

Dokumen lembar Bonggol SKRD ( Hewan Babi, Kerbau Bonga, Kerbau Balian, dan Kerbau Puduk)


(61)

(62)

Lampiran 8


(63)

Lampiran 9


(64)

Lampiran 10

Surat Keterangan Penelitian dari DPPKAD


(65)

Lampiran 11


(1)

Lampiran 7

Dokumen lembar Bonggol SKRD ( Hewan Babi, Kerbau Bonga, Kerbau Balian, dan Kerbau Puduk)


(2)

(3)

Lampiran 8


(4)

(5)

Lampiran 10

Surat Keterangan Penelitian dari DPPKAD


(6)