mengenai pemecahan masalah atau solusi yang harus dilakukan. Dalam tulisan tersebut siswa dapat menginformasikan atau membuat laporan yang akan
dibaca oleh teman-temannya, sehingga secara tidak langsung hal ini dapat mengasah keterampilan berkomunikasi tertulis yang berdampak terhadap
peningkatan hasil belajar siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang menggunakan dua kelas. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk membandingkan
keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa menggunakan model PBL pada kelas eksperimen, sedangkan untuk kelas kontrol
menggunakan metode diskusi. Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu variabel bebas x dan variabel terikat y, variabel bebasnya adalah model
pembelajaran PBL dan variabel terikatnya adalah keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa.
Hubungan antara variabel tersebut di gambarkan dalam diagram berikut ini:
Keterangan : X = Model PBL Y
1
= Keterampilan Berkomunikasi Tertulis Y
2
= Hasil Belajar Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
Y
1
X Y
2
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Dengan menerapkan model PBL dapat mempengaruhi keterampilan
berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa pada kelas VII SMP Nusantara Bandar Lampung dalam pembelajaran materi pokok peran manusia dalam
pengelolaan lingkungan”.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Problem Based Learning PBL
Problem Based Learning pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an
di Universitas Mc Master Fakultas Kedokteran Kanada, sebagai satu upaya menemukan solusi dalam diagnosis dengan membuat pertanyaan-pertanyaan
sesuai situasi yang ada Rusman, 2014: 242. Pembelajaran Berbasis Masalah PBM merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk
merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar Ibrahim
dan Nur dalam Rusman, 2014: 241.
PBL adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata autentik yang tidak terstuktur ill structured dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi siswa
untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berfikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru Hosnan, 2014: 298.
Hal tersebut serupa dengan pernyataan Daryanto 2014: 29 bahwa pembelajaran
berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme yang fokus
pembelajarannya ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga
metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian,
teteapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah
Hamdayama, 2014: 210. Menurut Tan dalam Rusman, 2014: 229 bahwa pembelajaran berbasis
masalah mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa melalui bekerja sama dalam kelompok sehingga siswa mampu memberdayakan, mengasah, dan
menguji kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Lloyd-Jones, Margeston dan Bligh dalam Barret, 2005: 14 menyatakan bahwa tiga unsur
yang menonjol dalam pembelajaran dengan model PBL yaitu adanya pemicu masalah, identifikasi isu-isu oleh siswa dan penggunaan pengetahuan untuk
memajukan pemahaman terhadap masalah. Tujuan utama PBL bukanlah penyampaian sejumlah besar pengetahuan kepada
siswa, melainkan pada pengembangan kemampuan berfikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan
siswa untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri, serta PBL juga dimaksudkan untuk mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan
sosial siswa Hosnan, 2014: 299. Hal tersebut juga serupa mengenai tujuan PBL yang dinyatakan oleh Rusman 2014: 238 bahwa tujuan pembelajaran
berbasis masalah adalah penguasaan materi belajar dan pengembangan
keterampilan pemecahan masalah. Siswa dalam PBL belajar memaknai hubungan dalam kehidupan yang lebih luas, keterampilan menilai informasi,
bekerja sama, serta keterampilan berpikir reflektif dan evaluatif.
Model PBL dimulai dengan masalah yang tidak terstruktur –sesuatu yang
kacau. Dari kekacauan ini siswa menggunakan berbagai kecerdasannya melalui diskusi dan penelitian untuk menentukan isu nyata yang ada. Model PBL
memiliki berbagai potensi manfaat bagi siswa antara lain 1 siswa akan menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi ajar, 2
siswa akan meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan, 3 mendorong siswa untuk berfikir, 4 siswa akan membangun kerja tim,
kepemimpinan, dan keterampilan sosial, 5 dapat membangun kecakapan belajar life-long learning skills, dan 6 memotivasi siswa Amir, 2013: 27-
29.
Siswa dalam model PBL mampu memahami konsep dan prinsip dari suatu materi dimulai dari bekerja dan belajar terhadap situasi atau masalah yang
diberikan melalui investigasi, inquiry, dan pemecahan masalah. Siswa membangun konsep atau prinsip dengan kemampuannya sendiri yang
mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dipahami sebelumnya. Model PBL melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri
yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena itu Rusman,
2014: 242-243. Dalam model PBL bahan belajar siswa berupa masalah-
masalah yang harus dipecahkan. Belajar pemecahan masalah pada dasarnya