Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida tentang Tanda Bahaya Kehamilan

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida tentang Tanda Bahaya Kehamilan

Tanda bahaya kehamilan dapat mengancam keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan dan dapat menyebabkan komplikasi kehamilan. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan motivasi yang kuat agar ibu memeriksakan kehamilannya secara rutin. Pada analisis univariat didapat bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan buruk 46,6 pada ibu hamil yang konseling dan 53,4 pada ibu hamil yang tidak konseling, hal ini menunjukkan bahwa masih banyak ibu hamil primigravida yang tidak mengetahui tanda bahaya kehamilan, salah satu penyebabnya dikarenakan ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya sehingga tidak mendapat konseling dari petugas kesehatan dimana informasi tersebut harusnya diperoleh pada K1 saat pelaksanaan ANC. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mayasari, 2010 disimpulkan bahwa pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan pada ibu hamil adalah penting, Ibu hamil primigravida cenderung kurang mengetahui tentang tanda bahaya kehamilan dan seharusnya diberi konseling karena pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya sebuah perilaku. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih berkesinambungan daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Universitas Sumatera Utara Dari penelitian didapat bahwa lebih banyak ibu hamil tidak mengetahui tanda bahaya kehamilan, tanda bahaya kehamilan yang paling banyak diketahui oleh ibu hamil adalah perdarahan pervagina pada kehamilan di bawah dan di atas 20 minggu serta keluarnya cairan pervaginam pada kehamilan lanjut. Hal ini dikarenakan karena macam-macam tanda bahaya tersebut dianggap memiliki dampak yang lebih nyata terhadap ibu dan janin dari pada tanda bahaya lainnya. Dari macam-macam tanda bahaya tersebut tidak semua ibu mengetahui bahaya yang dapat ditimbulkan bagi ibu dan janin, mereka memiliki jawaban yang beragam terhadap bahaya yang mungkin terjadi, mayoritas ibu hamil merasa bahwa aktifitas mereka terganggu dengan tanda bahaya yang mungkin akan mereka alami. Dari bahaya yang timbul maka diharapkan ibu hamil mengetahui tindakan yang harus dilakukan, dalam mengatasi hal tersebut mayoritas ibu hamil mengkonsumsi obat bebas serta mengurangi aktivitas istirahat dari pada ke petugas kesehatan. Ibu hamil yang mengetahui macam-macam tanda bahaya kehamilan belum tentu mengetahui bahaya dan tindakan yang benar terhadap bahaya kehamilan yang dialami dikarenakan kurangnya informasi yang didapat. Hal ini sesuai dengan pendapat Henry, dkk, 2013 yang menyatakan bahwa wanita yang memiliki pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya kehamilan cenderung mengetahui tindakan yang harus dilakukan ketika berada dalam kondisi tersebut, dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan itu sendiri ibu hamil mendapatkan informasi tentang tanda-tanda bahaya kehamilan. Universitas Sumatera Utara Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hasnaeni 2011, dimana penelitiannya menunjukkan ada Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Antenatal Care Di Puskesmas Antang Raya Makassar diperoleh nilai p 0,001. Dalam penelitian ini juga disimpulkan bahwa belum adanya pengalaman kehamilan sebelumnya menyebabkan ibu primigravida harusnya mendukung terhadap upaya-upaya perawatan kehamilannya, oleh karena itu perlu adanya penjelasan oleh tenaga kesehatan dalam bentuk konseling pada kunjungan kehamilan sebagai sumber informasi. 5.2. Pengaruh Konseling pada Saat Antenatal Care terhadap Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tanda Bahaya Kehamilan Berdasarkan distribusi tentang pengaruh konseling saat ANC terhadap pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dapat diuraikan bahwa dari 58 orang ibu yang berpengetahuan buruk 46,6 mendapatkan konseling dan 53,4 tidak mendapatkan konseling. Dari14 orang ibu yang memiliki pengetahuan baik 64,3 ibu mendapat konseling dan 35,7 ibu tidak mendapatkan konseling. Hasil uji statistik menggunakan uji independent t-test didapat nilai p=0,400, yang berarti tidak ada pengaruh konseling saat ANC terhadap pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan sehingga tidak terdapat perbedaan pengetahuan antara ibu yang melakukan ANC dengan yang tidak melakukan ANC. Berdasarkan pemaparan di atas, maka hipotesis menyatakan bahwa tidak ada pengaruh konseling yang selama ini dilakukan pada saat ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan sehingga tidak terdapat perbedaan pengetahuan Universitas Sumatera Utara ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan pada ibu hamil yang mendapatkan konseling dengan yang tidak. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa konseling yang dilakukan selama ini tidak efektif, petugas kesehatan khususnya bidan pada saat pelaksanaan ANC memberi konseling tidak sesuai dengan standart pelaksanaan konseling dalam hal ini konseling tidak dilakukan di ruangan nyaman dan tenang, waktu berkomunikasi singkat dan tidak memberikan kesempatan kepada ibu untuk mendapat informasi lebih dalam, bidan hanya memberi konseling sesuai dengan keluhan yang sedang dialami oleh ibu hamil, dimana konseling tentang tanda bahaya kehamilan tersebut harusnya diberikan pada saat K1 pemeriksaan kehamilan. Hal ini sesuai dengan tulisan Setyorini, 2011 yang menyatakan bahwa konseling adalah upaya menggali dan memberikan informasi guna mendapatkan apa yang dibutuhkan dan membantu ibu hamil dalam mengambil keputusan, namun petugas kesehatan sering kali melaksanakan konseling tidak sesuai standart, jika ibu hamil tidak menyampaikan keluhan maka bidan tidak berusaha menggali permasalahan atau memberikan informasi. Pada kunjungan pertama ibu hamil ke petugas kesehatan adalah kewajiban bidan untuk menyampaikan informasi tentang tanda bahaya kehamilan kepada ibu hamil dengan tujuan agar ibu dapat lebih berhati-hati untuk mengetahui dan mengenali perubahan yang terjadi pada dirinya baik yang fisiologis maupun patologis sehingga diharapkan ibu dapat mengantisipasi sedini mungkin bahaya yang dapat ditimbulkan dari tanda bahaya yang mungkin dialami. Universitas Sumatera Utara Tetapi pada kenyataannya pada kunjungan pertama bidan hanya melakukan pemeriksaan kehamilan test kehamilan, mengukur vital sign, memberi vitamin serta memberikan informasi sekedarnya tentang kehamilannya tanpa ada pemberian informasi tentang tanda bahaya kehamilan yang seharusnya disampaikan pada proses konseling. Dalam SDKI 2012 juga dinyatakan bahwa selain pengukuran tinggi dan berat badan, pengukuran tekanan darah, pemberian pil zat besi, imunisasi tetanus toksoid, dan pemeriksaan tinggi fundus dalam setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan, ibu harus mendapatkan penjelasan tentang tanda-tanda bahaya dan komplikasi kehamilan. Delapan dari sepuluh wanita memiliki paling sedikit satu kali konsultasi pada kemajuan kehamilannya dan hanya 53 persen wanita hamil yang mendapat informasi tentang tanda-tanda bahaya atau komplikasi kehamilan. Tingginya cakupan antenatal care di suatu daerah tidak menjamin pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan akan baik, hal ini juga harus didukung oleh pelaksanaan antenatal care yang sesuai dengan standart serta kompetensi bidan dalam melakukan konseling kepada ibu hamil. Konseling yang benar biasanya cenderung memberikan kepuasan kepada ibu hamil karena mereka merasa mendapat informasi yang lengkap tentang kehamilannya, namun pada kunjungan pertama ibu hamil primigravida hal itu sering terabaikan dikarenakan pada saat kunjungan pertama ibu hamil cenderung belum memiliki keluhan mengenai kehamilannya sehingga bidan mengganggap tidak perlu memberikan informasi tentang tanda bahaya kehamilan tesebut. Universitas Sumatera Utara Dalam penelitian Suryani, 2012 yang dinyatakan bahwa metode konseling yang diberikan sesuai standart efektif untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan. Untuk meningkatkan pengetahuan tersebut maka perlu konseling dengan upaya cakupan antenatal yang tinggi. Hal ini memberikan kesempatan yang sangat baik dalam memberikan informasi, pendidikan dan komunikasi serta konseling kepada ibu tentang tanda bahaya kehamilan. Dalam penelitian Ibrahim, 2004 juga menyimpulkan bahwa petugas kesehatan harus memberikan konseling kepada ibu hamil, namun sering kali pelayanan konseling kehamilan oleh bidan dijalankan dengan menggunakan komunikasi interpersonal yang dilakukan secara sederhana dalam waktu relatif singkat. Puskesmas kurang mempunyai kesempatan memberikan pelayanan konseling kehamilan lebih baik kepada klien salah satunya dikarenakan ketidaktersediaannya petugas kesehatan yang terampil dalam memberikan konseling. Konseling sesuai dengan standart yang seharusnya dilakukan sering terlewatkan oleh bidan karena mereka menganggap masalah pada ibu hamil itu ada jika memang gejala sudah terlihat, tanpa ada tindakan pencegahan yang dilakukan salah satunya dengan cara menyampaikan informasi kepada ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Tindakan Ibu Hamil Tentang Deteksi Dini Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan Di Puskesmas Medan Deli Tahun 2015

10 103 190

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care dengan Jumlah Kunjungan Antenatal Care di Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Medan Tahun 2011

3 39 63

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC (Antenatal Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anc (Antenatal Care) Terhadap Perilaku Kunjungan Anc (Antenatal Care).

0 2 15

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC (Antenatal Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anc (Antenatal Care) Terhadap Perilaku Kunjungan Anc (Antenatal Care).

0 1 13

Pengaruh Konseling saat Antenatal Care terhadap Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tanda Bahaya Kehamilan di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 20

PENGARUH KONSELING SAAT ANTENATAL CARE TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI KECAMATAN BERINGIN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014 TESIS

0 1 19

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS KASIHAN II BANTUL TAHUN 2009

0 0 8

i PENGARUH PEMBERIAN KIE TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Pemberian KIE Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan di Puskesmas Merga

0 0 14

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN TRIMESTER TIGA DENGAN KETERATURAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN TRIMESTER TIGA DENGAN

0 0 12

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA-TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS PLUS BARA-BARAYA TAHUN 2012

0 0 93