bahwa 10 orang melakukan ANC diasumsikan telah mendapat konseling dan 5 orang tidak melakukan ANC di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli serdang, didapat
bahwa dari 15 orang ibu hamil yang mendapatkan konseling maupun yang tidak merasa adalah hal biasa jika seorang ibu hamil mengalami bengkak pada kaki dan
tangan, sakit kepala yang berat, nyeri abdomen yang hebat dan beranggapan akan sembuh dengan sendirinya, mereka akan merasa khawatir ketika tanda-tanda bahaya
tersebut dirasakan lebih dari 2 atau 3 hari, tanda bahaya kehamilan yang paling menghawatirkan ibu adalah ketika keluar bercak darah atau perdarahan pervaginam
serta keluarnya cairan pervaginam ketika usia kehamilan sudah mendekati tanggal persalinan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh konseling saat ANC terhadap pengetahuan ibu hamil
tentang tanda bahaya kehamilan di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang tahun 2014.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan pada ibu hamil yang telah mendapatkan konseling pada saat
ANC tidak lebih baik dari pada ibu hamil yang tidak melakukan ANC sehingga yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana pengaruh konseling saat antenatal care
terhadap pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan utuk mengetahui pengaruh konseling saat ANC terhadap pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan di Kecamatan
Beringin Kabupaten Deli Serdang tahun 2014.
1.4. Hipotesis Penelitian
Terdapat pengaruh konseling saat ANC terhadap pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang
tahun 2014.
1.5. Manfaat Penelitian
Sebagai masukan bagi Puskesmas dan bidan tentang pentingnya konseling pada saat ANC dengan menjelaskan secara rinci tentang tanda-tanda bahaya kehamilan
pada ibu hamil dan penanganannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang bisa terjadi selama kehamilan, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak
terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu Asrinah, 2010. Tanda-tansda bahaya kehamilan yang terjadi pada masa kehamilan muda dan
lanjut, pada kehamilan muda meliputi perdarahan pervaginam, hiperemesis gravidarum, hipertensi, sedangkan pada kehamilan lanjut tanda-tanda bahaya
kehamilan yang sering terjadi adalah perdarahan pervaginam, sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, bengkak di wajah, keluar cairan pervaginam, gerakan janin tidak
terasa, nyeri abdomen yang hebat dan anemia Kusmiyati, 2008.
2.2. Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan Muda 2.2.1. Perdarahan Pervaginam
Kehamilan normal biasanya identik dengan amenore dan tidak ada perdarahan pervaginam, tetapi banyak juga wanita yang mengalami episode perdarahan pada
trimester pertama kehamilan. Darah yang keluar biasanya segar merah terang dan berwarna tua coklat kehitaman. Perdarahan yang terjadi biasanya ringan, tetapi
menetap selama beberapa hari atau secara tiba-tiba keluar dalam jumlah besar.Perdarahan pervaginam pada hamil muda kemungkinan disebabkan oleh
abortus, kehamilan ektopik dan mola hidatidosa Varney, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1.1. Abortus
Perdarahan pada trimester pertama kehamilan dapat terjadi pada seperlima dari seluruh kehamilan dan hampir separuh dari jumlah tersebut mengalami keguguran.
Kejadian aborsi spontan diperkirakan mencapai sekitar 15-22 dari seluruh kehamilan Hollyngwort, 2012.
Abortus adalah peristiwa berakhirnya kehamilan pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin 1000 gram. Menurut Kusmiyati 2009 ada bebrapa jenis
abortus: a.
Abortus Imminens Abortus imminens adalah abortus yang mengancam, perdarahannya bisa
berlanjut beberapa hari atau dapat berulang. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
b. Abortus Insipiens
Abortus insipiens didiagnosa apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah disertai nyeri karena kontraksi
rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat diraba. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan
kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan
mempertahankan kehamilan pada keadaan ini ,merupakan kontraindikasi.
Universitas Sumatera Utara
c. Abortus inkomplitus
Didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal biasanya jaringan plasenta. Perdarahan
biasanya terus berlangsung, banyak dan membahayakan ibu. Serviks terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing, oleh
karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri namun tidak sehebat insipiens. Pada beberapa
kasus perdarahan tidak banyak dan bila dibiarkan serviks akan menutup kembali. d.
Abortus Komplitus Hasil konsepsi lahir dengan lengkap. Pada keadaan ini kuretase tidak diperukan.
Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat- lambatnya dalam 10 hari perdarahan akan berhenti sama sekali, karena dalam
masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks dengan segera menutup kembali.
e. Abortus Tertunda missed abortion
Apabila buah kehamilan yang tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau lebih. Sekitar kematian janin kaddang-kadang ada perdarahan pervaginam sedikit
sehingga menimbulkan gambaran abortus imminens. Selanjutnya, rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorpsi air ketuban dan laserasi jalan.
2.2.1.2. Mola Hidatidosa
Menurut Varney 2007 mola hidatidosa merupakan kehamilan yan secara genetik tidak normal, yang muncul dalam bentuk kelainan perkembangan plasenta.
Universitas Sumatera Utara
Kehamilan mola hidatidosa biasanya dianggap sebagai satu tumor jinak, tetapi berpotensi menjadi ganas. Tanda dan gejala kehamilan mola adalah:
a. Mual dan muntah yang menetap, sering kali menjadi parah
b. Perdarahan uterus yang terlihat pada minggu ke-12; bercak darah atau perdarahan
hebat mungkin terjadi, tetapi biasanya hanya berupa rabas bercampur darah, cenderung berwarna merah dari pada coklat yang terjadi secara terus menerus.
c. Ukuran uterus besar
d. Sesak nafas
e. Ovarium biasanya nyeri tekan dan membesar
f. Tidak ada denyut jantung janin
g. Tidak ada aktivitas janin
h. Pada palpasi tidak ditemukan bagian-bagian janin
i. Hipertensi akibat kehamilan, preeklamsia atau eklamssi sebelum usia kehamilan
24 minggu.
2.2.1.3. Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan ketika implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi berlangsung di luar endometrium kavum uteri. Biasanya kehamilan ektopik
terjadi pada tuba, dan sangat jarang terjadi di ovarium atau rongga abdomen perut. Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasi
janin tidak memberi janin kesempatan untuk berrkembang hingga mencapai aterm Mangkuji, 2013.
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor predisposisi kehamilan ektopik meliputi infeksi pelvis, alat kontrasepsi dalam rahim IUD, riwayat kehamilan ektopik dan riwayat pembedahan
tuba. Gejala awal kehamilan ektopik adalah perdarahan pervaginam dan bercak darah, dan kadang-kadang nyeri panggul. Perubahan bentuk uterus tidak dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosa sebab peningkatan ukuran uterus dan konsistensinya sama dengan ukuran dan konsistensi uterus padda trimester pertama
kehamilan akibat pengaruh hormon plasenta Varney, 2007. Karena tuba bukan merupakan tempat yang tepat ntuk pertumbuhan hasil
konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti didalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada ussia kehamilan 6-10 minggu. Diagnosa
kehamilan ektopik dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Kemungkina KET dapat ditegakkan berdasarkan keluhan
nyeri perut bawah yang hebat dan tiba-tiba, ataupun nyeri perut bawah yang muncul bertahap, disertain dengan keluhan perdarahan pervaginam setelah keterlambatan
haid, pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda akut abdomen, kavum douglas menonjol, nyeri goyang porsio, atau massa di samping uterus Mangkuji, 2013.
2.2.2. Hiperemesis Gravidarum
Mual dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling menyebabkan stres yang dikaitkan dengan kehamilan. Mual dan muntah ini
biasanya diseebabkan oleh perubahan dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar hCG human
chorionic gonadotrophin Woolfson, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Mual dan muntah biasanya dirasakan di pagi hari “morning sickness”, rasa mual ini tak membahayakan kesehatan bayi selama ibu hamil bisa mengkonsumsi
makanan secara seimbang dan banyak minum. Sebagian besar wanita yang mengalami mual di pagi hari cukup cepat mengetahui apa yang bisa dan tidak bisa di
cerna Page, 2009. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama
kehamilan. Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sickness normal yang umunya dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan
berlangsung selama trimester pertama kehamilan. Sehubungan dengan adanya ketonemia, penurunan berat badan, dan dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat
terjadi disetiap trimester dengan tingkat keparahan yang bervariasi Varney, 2007. Hiperemesis gravidarum sering disertai dengan dehidrasi, gangguan elektrolit,
dan ketosis. Sebaiknya penyebab dari mual muntah segera dievaluasi. Menurut Fadlun 2011 penyakit hiperemesis gravidarum dibagi dalam beberapa tingkat yaitu
sebagai berikut: a.
Tingkat 1 Gejala: lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, nyeri epigastrium,
nadi meningkat, turgor kulit berkurang, tekanan darah sistolik menurun, lidah kering dan mata cekung.
Universitas Sumatera Utara
b. Tingkat 2
Gejala: apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata sedikit ikterik, kadang suhu sedikit meningkat, oliguria, serta aseton tercium dalam hawa
pernafasan. c.
Tingkat 3 Keadaan umum lebih lemah lagi, muntah-muntah berhenti, kesadaran menurun
dari samnolen sampai koma, nadi lebih cepat, tekanan darah lebih turun, komplikasi fatal ensefalopati wernicke: nistagmus, diplopia, perubahan mental,
dan ikterik.
2.2.3. Hipertensi
Hipertensi didiagnosa secara empiris bila pengukuran tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg atau tekanandarah diastolik melebihi 90 mmHg. Ibu hamil yang
mengalami peningkatan tekanan sistolik sebanyak 30 mmHg atau diastolik sebanyak 15 mmHg harus dipantau lebih sering. Tidak diragukan lagi bahwa kejang eklamtik
dapat terjadi padda beberapa perempuan yang memiliki tekanan darah dibawah 14090 mmHg Cunningham,2013.
Menurut Billington 2010 gangguan hipertensi pada kehamilan dapat dibagi ke dalam dua kelompok walaupun tidak terdapat kesepakatan universal mengenai
defenisi yang tepat: a.
Gangguan hipertensi yang khas pada kehamilan, yang mempengaruhi sekitar 12 kehamilan meliputi: pre eklamsi dan elamsi, hipertensi akibat
kehamilanhipertensi gestasional yang didefenisikan sebagai peningkatan tekanan
Universitas Sumatera Utara
darah TD pada paruh kedua atau trimester ketiga kehamilantanpa gambaran lain pre eklamsi.
b. Hipertensi yang sudah terjadi sebelum kehamilan. Hipertensi kronis diperkirakan
terjadi antara 3 dan 5 wanita usia subur, dan dapat disebabkan oleh proses penyakit yang mendasari, seperti penyakit ginjal, feokromositoma, atau yang
lebih umum terjadi hipertensi esensial. Pra eklamsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan terjadi
setelah minggu ke-20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria dan edema. Proteinuria adalah konsentrasi protein sebesar 0,3 gl atau lebih pada sedikitnya 2
spesimen urine yang diambil secara acak dan pada selang waktu 6 jam atau lebih. Wanita yang menderita pra eklamsia jarang mengalami proteinuria sebelum ada
kenaikan dalam tekanan darahnya. Edema sendiri bukanlah tanda pra eklamsi yang dapat dipercaya kecuali jika edema terjadi pada tangan atau wajah, edema ini dapat
termanifestasi sendiri dalam bentuk kenaikan berat badan mendadak sebanyak 1 kg atau lebih dalam seminggu Wijayarini, 2012.
Eklamsia merupakan kejang yang tidak disebabkan oleh hal lain pada seorang wanita dengan preeklamsia. Untuk mendeteksi prenatal dini secara tradisional waktu
pemeriksaan perinatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28 minggu. Peningkatan kunjungan prenatal selama trimester terakhir memungkinkan
untuk mendeteksi dini preeklamsi Fadlun, 2011.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan Lanjut
2.3.1. Perdarahan Per Vaginam
Perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan, dikatakan tidak normal jika darah berwarna
merah, banyak, dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan seperti ini bisa menandakan adanya plasenta previa atau abrupsio placenta
Asrinah dkk, 2010. Menurut Kusmiyati 2008 ada beberapa jenis perdarahan antepartum pada
kehamilan lanjut yaitu:
2.3.1.1. Plasenta Previa
Adanya plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagianseluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang normal adalah pada
dinding depan dan belakang rahim atau di daerah fundus uteri. Gejala-gejalanya adalah:
a. Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, bisa terjadi secara tiba-tiba
dan kapan saja. b.
Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada bagian bawah rahim sehingga bagian terndah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.
c. Pada plasenta previa,ukuran panjang rahim berkurang maka plasenta previa lebih
sering disertai kelainan letak.
Universitas Sumatera Utara
2.3.1.2. Solusio Plasenta
Adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara normal plasenta terlepas setelah anak lahir. Tanda dan gejalanya adalah:
a. Darah dari tempat plasenta keluar dari serviks dan terjadilah perdarahan keluar
atau perdarahan tampak. b.
Kadang-kadang darah tidak keluar, terkumpul dibelakang plasenta perdarahan tersembunyiperdarahan ke dalam
c. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang
lebih khas rahim keras seperti papan karena sseluruh perdarahan tertahan di dalam. Umumnya berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai
dengan beratnya syok. d.
Perdarahan disertai nyeri e.
Nyeri abdomen pada saat di pegang f.
Palpasi sulit dilakukan g.
Fundus uteri makin lama makin naik h.
Bunyi jantung biasanya tidak ada
2.3.2. Sakit Kepala yang Berat
Sakit kepala seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit kepala
yang menetap dan tidak hilang dengan istirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau
berbayang.
Universitas Sumatera Utara
Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsia, untuk itu lakukan pemeriksaan edema pada mukatangan, periksa tekanan darah,
protein urine dan refleks.
2.3.3. Penglihatan Kabur
Gangguan penglihatan secara tiba-tiba pada ibu hamil disebabkan oleh pengaruh hormonal, keadaan ini mengancam jika perubahan visual terjadi secara
mendadak misalnya pandangan kabur dan berbayang. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan mungkin menandakan prereklamsi.
2.3.4. Bengkak di Wajah
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain.
Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau preeklamsi.
2.3.5. Keluar Cairan Pervaginam
Keluarnya cairan berupa air dari vagina pada trimester 3, air tersebut bisa jadi bersal dari ketuban yang pecah. Pecaahnya selaput ketuban dapat terjadi pada
kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun pada kehamilan aterm, ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung,
normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala II.
2.3.6. Gerakan Janin tidak Terasa
Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke 5 atau ke 6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Ketika bayi tidur maka
gerakannya akan melemah, gerakan bayi akan mudah terasa jika ibu berbaring atau
Universitas Sumatera Utara
beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Biasanya tanda dan gejala nya adalah gerakan bayi kurang dari 3 kali dalam periode 3 jam.
2.3.7. Nyeri Abdomen yang Hebat
Nyeri abdomen yang berhubungan dengan persalinan normal adalah normal, nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang menganccam keselamatan
jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang panggul, persalinan
preterm, gastritis, penyakit kantung empedu, uterus yang iritable, abrupsio plasenta, ISK atau infeksi lain.
2.3.8. Anemia
Anemia merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai pada kehamilan, diagnosa anemia dalam kehamilan ditegakkan bila kadar hemoglobin
Hb 11 gdL 7,45 mmolL dan hematokrit 0,33. Anemia jelas menjadi momok karena memiliki dampak yang signifikan bagi mortalitas dan morbiditas maternal dan
perinatal di seluruh dunia, terlebih di negara berkembang Hollingworth, 2012. Anemia adalah suatu keadaan ketika kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah
eitrosit turun di bawah nilai normal. Pada penderita anemia, kondisi ini sering disebut kurang darah karena kadar sel darah merah hemoglobin ata Hb di bawah nilai
normal. Penyebabnya bisa karena kekurangan gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B 12 Mangkuji, 2013.
Universitas Sumatera Utara
2.3.8.1. Macam-macam Anemia pada Kehamilan
Menurut Cunningham 2013 ada beberapa macam anemia yang terjadi pada masa kehamilan antara lain:
a. Anemia defisisensi besi
Anemia pada kehamilan adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin ibu 11 g pada trimester pertama dan ketiga atau 10,5g pada trimester kedua.
Keluhan lemah, pucat, dan mudah pingsan padahal tekanan darah pada batas normal perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Oleh sebab itu, pemeriksaan
hematokrit dan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal Mangkuji, 2013.
Penanganan anemia defisiensi besi adalah melalui pemberian preparat besi oral atau parenteral. Terapi oral yang diberikan antara lain preparat besi ferosulfat,
fero glukonat. Di Indonesia, pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah melakukan berbagai upaya penanggulangan anemia defisiensi zat besi pada ibu
hamil. 1.
Pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin selama jangka waktu untuk meningkatka kadar hemogobin secara tepat. Tablet besi untuk ibu hamil
sudah tersedia dan telah didistribusikan. 2.
Buku pedoman pemberian zat besi dan poster-poster tahun 1995 3.
Buku Pedoman Operasional penanggulangan Anemia Gizi pada tahun 1996
Universitas Sumatera Utara
4. Sekarang kemasan Fe yang tadinya menimbulkan bau kurang sedap sekarang
telah diperbarui dalam bentuk tablet salut yang dikemas sebanyak 30 tablet pembungkus aluminium dengan komposisi yang sama Mangkuji, 2013.
b. Anemia akibat kehilangan darah akut
Pada kehamilan dini, anemia kehilangan darah akut merupakan hal yang umum pada kasus-kasus abortus, kehamilan ektopik dan mola hidatidisa.
c. Anemia defisiensi asam folat
Asam folat diperlukan dalam dosis yang lebih besar dalam kehamilan karena terjadi peningkatan replikasi sel pada janin, uterus, dan sumsum tulang. Asupan
harian yang dianjurkan adalah sebesar 800 µg. Defisiensi folat kerap dialami pada kehamilan dan dapat mengakibatkan defek tabung syaraf, aborsi, retardasi
pertumbuhan, solusio plasenta dan pre-eklamsi Hollyngworth, 2012. d.
Anemia yang berkaitan dengan penyakit kronik Rasa lesu, penurunan berat badan, dan pucat telah lama diketahui sebagai
karakteristik penyakit kronik. Beragam penyakit misalnya gagal ginjal kronik, kanker dan kemoterapi, infeksi human immunodeficiency virus HIV dan
peradangan kronik menyebabkan anemia derajat sedang dan kadang berat. Selama kehamilan, sejumlah penyakit kronik dapat menyebabkan anemia,
termasuk insufisiensi ginjal, supurasi, penyakit radang usus, neoplasma ganas, dan artritis rematoid. Anmeia kronik biasanya meningkat seiring dengan ekspansi
volume plasma yang melebihi ekspansi massa sel darah merah.
Universitas Sumatera Utara
2.3.8.2. Pencegahan Anemia
Menurut Jimenez 2000 ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia antara lain:
a. Makanlah makanan yang kaya akan zat besi dari sumber hewani, seperti hati,
lidah, jantung, dan organ lain atau daging tanpa lemak, tiram, kerang dan telur. b.
Untuk produk hewani yang rendah kolesterol dan lemaknya, pilihlah ikan atau ayam.
c. Untuk sumber makanan vegetarian, pilih kacang-kacangan, polong-polongan,
biji-bijian, kismis, sayuran berdaun hijau dan molase. d.
Diet anda harus cukup mengandung kalsium dan vitamin C, yang dapat meningkatkan kemampuan tubuh menyerap zat besi.
e. Seimbangkan diet anda karena selain zat besi, sejumlah nutrisi lain juga berperan
dalam pembentukan hemoglobin. Setiap hari, makanlah beberapa porsi buah dan sayuran segar, biji-bijian, dan produk olahan susu.
f. Makanlah tambahan vitamin dan mineral yang mengandung zat besi setiap hari.
2.4. Asuhan Antenatal
2.4.1. Pengertian
Asuhan antenatal adalah asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sejak terjadinya konsepsi hingga awal persalinan. Tujuannya adalah memantau
perkembangan kehamilan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan perkembangan janin normal Fraser, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Asuhan antenatal adalah melakukan screening untuk memprediksi suatu penyakit, oleh karena itu kita dapat mengetahui mereka yang akan mengalami bahaya
pada kehamilannya. Dengan mendeteksi dini penyakit dapat dibedakan ibu hamil yang akan mengalami dan yang sudah mengalami komplikasi, hal ini selalu diabaikan
sehingga ibu hamil tidak pernah mendapat informasi mengenai komplikasi kehamilan dan cara penanganannya Kusmiyati, 2008.
Pelayanan asuhan antenatal bertujuan memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan melakukan deteksi dini terhadap komplikasi sedini mungkin. Proses
pelaksanaannya selama kehamilan petugas kesehatan harus mengupayakan memeberi asuhan kebidanan antenatal paling sedikit empat kali selama kehamilan Mandriwati,
2012.
2.4.2. Kunjungan Antenatal
Menurut Baston 2013 Kunjungan antenatal pertama mungkin hal yang paling penting dalam kehamilan dan merupakan kesempatan bagi ibu dan petugas
kesehatan untuk untuk saling mengenal dan memenuhi tujuan besar berikut ini, yaitu: a.
Memulai terbinanya hubungan saling percaya nantara ibu dan bidan b.
Hadir dan mendiskusikan pilihan mengenai tempat melahirkan c.
Hadir dan mendiskusikan pilihan untuk skrining antenatal d.
Mengidentifikasi kemungkinan kemungkinan faktor resiko atau hal-hal yang dapat menyebabkan komplikasi kehamilan.
e. Meyepakati jadwal asuhan antenatal yang tepat.
f. Melakukan pemantauan dasar.
Universitas Sumatera Utara
g. Memberi anjuran kesehatan masyarakat dalam upaya mempertahankan kesehatan
ibu dan perkembangan kesehatan janinnya.
2.4.3. Penerapan Manajemen dan Dokumentasi dalam Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Menurut Hellen Varney, manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaiantahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada
klien. Menurut Varney 1997 dalam Mandriwati 2012, proses manajemen
kebidanan ada 7 langkah yaitu sebagai berikut: 1. Langkah I : Mengumpulkan data dasar yaitu berupa data subjektif dan objektif,
berupa data fokus yang dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu sesuai dengan kondisinya, menggunakan anamnesis, pemeriksaan
fisik, penimbangan berat badan, tinggi badan, dan pemeriksaan laboratorium.
2. Langkah II : Menginterpretasikanmenganalisis data, dalam langkah ini data subjektif dan objektif yang dikaji dianalisis menggunakan teori
fisiologis dan teori patologis, sesuai dengan perkembangan kehamilan berdasarkan usia kehamilan ibu pada saat diberi asuhan,
termasuk teori tentang kebutuhan fisik dan psikologis ibu hamil.
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis dan interpretasi data menghassilkan rumusan diagnosis kehamilan.
3. Langkah III : Merumuskan diagnosismasalah potensial dan tindakan antisipasi. Tindakan antisipasi dilakukan untuk mencegah terjadinya ancaman
yang lebih berat sehingga nyawa ibu dan janin dapat terselamatkan. 4. Langkah IV : Mengidentifikasi kebutuhan terhadap tindakan segera untuk
kolaborasi dan rujukan. Petugas kesehatan harus dapat membuat keputusan untuk melakukan tindakan segera sesuai kewenangannya,
baik tindakan kolaborasi maupun rujukan. 5. Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh. Asuhan menyeluruh
mengacu pada diagnosis dan masalah sesuai kondisi klien. 6. Langkah VI : Melaksanakan asuhan sesuai perencanaan secara efisien dan aman.
7. langkah VII : Melaksanakan evaluasi terhadap rencana asuhan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ditujukan terhadap efektivitas asuhan yang
telah diberikan, mengacu pada perbaikan kondisikesehatan ibu dan janin. Evaluasi mencakup jangka pendek, yaitu sesaat setelah
intervensi dilaksanakan, dan jangka panjang, yaitu menunggu proses sampai kunjungan berikutnyakunjungan ulang.
2.4.4. Konseling Kebidanan
Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan
penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali
Universitas Sumatera Utara
kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut Tyastuti dkk, 2009.
Konseling asuhan kehamilan adalah satu proses bantuan oleh bidan kepada ibu hamil, yang dilaksanakan lewat tatap muka dalam bentuk wawancara, dengan
tujuan untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan kehamilannya, pemahaman diri tentang permasalahan yang sedang dihadapi, dan penyusunan
rencana pemecahan masalah yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Mandriwati, 2012.
Menurut Prawirohardjo 2000, tujuan konseling kesehatan reproduksi adalah: 1. Membantu pasien untuk memahami peristiwa kehamilan, persalinan, nifas dan
risiko yang mungkin dihadapi sehingga dapat dilakukan upaya preventif terhadap hal-hal yang tidak diinginkan
2. Membantu pasien dan keluarganya untuk menentuan kebutuhan asuhan kehamilan, pertolongan persalinan yang bersih dan aman atau tindakan klinik
yang mungkin diperlukan. 3. Membantu pasien atau klien untuk membantu pilihan salah satu metode
kontrasepsi yang memenuhi kondisi kesehatan dan sesuai dengan keinginan mereka.
4. Membantu pasien untuk mengenali gejala atau tanda-tanda tentang akan terjadinya suatu risiko reproduksi dan fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai
atau mampu untuk menanggulangi berbagai risiko atau komplikasi yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mandriwati 2012 beberapa masalah ibu hamil yang membutuhkan konseling meliputi:
1. Penerimaantanggapan ibu yang tidak positif terhadap kehamilannya. 2. Ketidakmampuan ibu beradaptasi dengan perubahan fisik akibat kehamilannya.
3. Kemampuan yang kurang memadai dalan mengantisipasi tanda bahaya yang menyertai kehamilan terakit sosial ekonomipengetahuan.
4. Dukungan keluarga yang tidak optimal. 5. Pemilihan tempat atau penolong persalinan.
6. Persalinan tindakan. Menurut Salmah dkk 2006 ada beberapa hak ibu dalam komunikasi dan
konseling, hak ibu harus diberi tanpa memandang suku bangsa, usia, agama, status sosial-ekonomi, status perkawinan, partai politik, kehidupan seksual, ataupun jumlah
anak dalam keluarga. Ibu mempunyai hak antara lain: 1. Memperoleh informasi tentang kondisi dan keadaan apa yang sedang dialami. Isi
dan waktu pemberian informasi sangat bergantung pada kondisi ibu dan jenis tindakan yang akan segera dilaksanakan. Informasi harus diberikan langsung
kepada ibu dan keluarga. 2. Bertanya atau mendiskusikan tentang kondisi atau keadaan dirinya dan apa yang
mereka hadapkan dari sistem pelayanan yang ada, dalam suasana yang dianggap memadai. Proses ini berlangsung secara pribadi dan didasari rasa saling percaya
diantara kedua belah pihak.
Universitas Sumatera Utara
3. Dilayani secara pribadi. Ibu harus diberi tahu siapa dan apa peran mereka masing-masing dokter, bidan dan perawat.
4. Menyatakan pandangannya. Ibu dapat menyatakan pandangannya tentang pelayanan yang telah diberikan. Pendapatnya tentang kualitas pelayanan, yang
baik maupun yang masih kurang, maupun saran-saran perbaikan. Pandangan ibu harus diterima secara positif dalam kaitannya dengan perbaikan kualitas
pelayanan. 5. Memutuskan secara bebas apakah menerima atau menolak suatu tindakan
kebidanan yang telah diberikan. Persetujuan merupakan persyaratan dalam melakukan suatu tindakan, termasuk komplikasi kehamilan kegawatdaruratan
akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Menurut Mandriwati 2012 langkah-langkah pelaksanaan konseling asuhan
kehamilan yaitu: 1.
Tahap persiapan a.
Menyiapkan ruangan yang nyaman, tenang dan kondusif. b.
Menyiapkan alat-alat peraga sesuai kebutuhan c.
Menyiapkan alat tulis, catatan sesuai kebutuhan. 2.
Tahap pelaksanaan G=Greet=Menyapa ibu beserta suami bila ibu didampingi suami, dengan
memberi salam sesuai dengan kondisi, kemudian mempersilahkan duduk berhadapan dengan bidan pada tempat yang sudah disediakan. Setelah duduk
Universitas Sumatera Utara
berhadapan dengan ibu, memulai percakapan dengan tujuan menciptakan suasana yang akrab dan saling percaya.
A=Ask=Menanyakan secara perinci keadaan ibu tentang permasalahan kehamilannya yang sedang dihadapi. Dapat juga dengan mempersilahkan ibu
menceritakan keadaan dirinya berkaitan dengan permasalahan kehamilan yang sedang dialami. Selama proses pembicaraan bidan hendaknya memelihara supaya
hubungan dengan ibu tetap berlangsung secara kondusif dengan cara memperhatikan kontak mata, menjaga kerahasiaan ibu, tidak menyinggung
perasaan ibu dan menjadi pendengar yang baik. T=Tell=Memberi informasi kepada ibu tentang carametode yang dapat
digunakan untuk memecahkan permasalahan kehamilannya yang sedang dihadapi.
H=Help=Membantu ibu memilih cara yang tepat untuk mengatasi permasalahannya sesuai dengan kondisikemampuan ibu.
E=Explain=Menjelaskan secara perinci tehnik pelaksanaan cara-cara yang dipilih untuk pemecahan masalah dan sepakati dengan ibu dan suami.
R=Return=Membuat kesepakatan dengan ibu untuk pertemuan berikutnyakunjungan ulang untuk mengevaluasi keberhasilan cara-cara
pemecahan masalah yang telah dilaksanakan. R=Refer=Bila diperlukan kolaborasirujukan ke tenaga yang berkompeten sesuai
dengan kebutuhankondisi ibu.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Pengetahuan 2..5.1. Pengertian Pengetahuan