1. Transparansi Manajemen
Transparansi manajemen merupakan hal men- dasar dalam pelaksanaan MBS. Sebagaimana telah
diuraikan di depan, maka transparansi tidak dibahas lagi pada bagian ini.
2. Pembelajaran PAKEM
a. Pengertian PAKEM. Bagian lain dari pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah adalah adanya proses
pembelajaan yang aktif, kreatif, efektif dan menyenang- kan yang sering disebut dengan pembelajaran model
PAKEM. PAKEM merupakan singkatan dari Pembe- lajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Dalam
perkembangan selanjutnya, istilah PAKEM berubah menjadi PAIKEM Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan. Masjudi 2001, menyebutkan Pembelajaran yang
”aktif dimaksudkan bahwa dalam pembelajaran pendidik harus menciptakan suasana yang menuntun siswa aktif
bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan”. Kreatif dimaksudkan pendidik menciptakan
kegiatan belajar mengajar yang beragam yang dapat membangun kreatifitas peserta didik, peserta didik
mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Efektif yaitu menghasilkan apa
yang harus dikuasai setelah pembelajaran berlangsung, menyenangkan berarti tercipta suasana belajar mengajar
yang membuat peserta didik senang dan memusatkan perhatiannya secara penuh pada pelajaran
PAKEM dapat didefinisikan sebagai pendekatan mengajar approach to teaching yang digunakan bersama
33
metode tertentu dan berbagai media pengajaran dengan penataan lingkungan sedemikian rupa sehingga proses
pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dengan demikian, para peserta didik
merasa tertarik untuk melaksanakan kegiatan belajar, mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang
dimiliki. Melalui PAKEM juga memungkinkan peserta didik melakukan kegiatan yang beragam dalam
mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilan sendiri, tidak semata-mata “disuapi” pendidik. Di antara
metode-metode mengajar yang amat mungkin digunakan untuk mene-rapkan PAKEM, adalah: 1 metode ceramah
bervariasi, 2 metode diskusi; 3 metode demonstrasi; 4 metode role-play; dan 5 metode simulasi.
Peralihan pendekatan kepada PAKEM bukannya tanpa dasar. Shadiq sebagaimana dikutip oleh Setiawan
2004, menyebutkan PAIKEM dikembangkan didasarkan kepada :
a. Peralihan dari belajar perorangan individual
learning ke belajar bersama cooperative learning; b. Peralihan dari belajar dengan cara menghafal rote
learning ke belajar untuk memahami learning for understanding;
c. Peralihan dari teori pemindahan pengetahuan knowledge-transmitted ke bentuk interaktif,
keterampilan proses dan pemecahan masalah; d. Peralihan paradigma dari pendidik mengajar ke
siswa belajar; e. Beralihnya bentuk evaluasi tradisional ke bentuk
authentic assessment seperti portofolio, proyek, laporan siswa, atau penampilan siswa
Peralihan tersebut di atas sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Pasal 19, ayat 1 yang berbunyi: “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
34
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. Dalam pembelajaran PAKEM, peserta didik dan
pendidik aktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan masing-masing tercermin sebagai berikut: Peserta didik
aktif membangun konsep bertanya, mengemukakan gagasan, mempertanyakan gagasan, dan melakukan
kegiatan. Pendidik aktif memantau kegiatan belajar peserta didik, memberikan umpan balik, mengajukan
pertanyaan yang menantang, dan mempertanyakan gagasan peserta didik. Kreativitas peserta didik tercermin
dalam kegiatan Merancang membuat sesuatu, Menulis mengarang. Pendidik kreatif: mengembangkan kegiatan
yang menarik dan beragam, membuat alat bantu belajar, memanfaatkan lingkungan. Peserta didik dapat menca-
pai kompetensi yang diharapkan dan berani mencoba berbuat, bertanya, mengemukakan pendapatgagasan,
mempertanyakan gagasan orang lain. Pembelajar- an tidak membuat
anak takut; takut
salah, takut ditertawakan, takut dianggap sepele, dan takut bertanya.
b. Karakteristik PAKEM. Pendekatan PAKEM memiliki
karakteristik yang membedakan dengan pendekatan pembelajaran yang lain. Syah dan Kariadinata 2009,
menyebutkan PAKEM memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Berpusat pada siswa student-centered b. Belajar yang menyenangkan joyfull learning
35
c. Belajar yang berorientasi pada tecapainya kemampuan tertentu competecy-based learning
d. Belajar secara tuntas mastery learning e. Belajar secara berkesinambungan continuous
learning f. Belajar sesuai dengan ke-kini-an dan ke- di sini-
an contextual learning
Pembelajaran student-centered memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk menjadi fokus dalam pembelajaran, sedangkan pendidik berperan
sebagai fasilitator. Peserta didik aktif mencari, menemukan, menganalisa dan menarik kesimpulan dari
materi pembelajaran. Peserta didik mengontrol pembelajaran dan menghasilkan karya sendiri, tidak
hanya mengutip penjelasan pendidik dengan fasilitator pendidik. Sebagai fasilitator, pendidik mengupayakan
berbagai cara secara kreatif dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan peserta didik
didorong untuk mengembangkan kreativitas dalam berinteraksi antar teman, pendidik, materi pembelajaran
dan berbagai alat bantu pembelajaran, untuk meningkatkan hasil pembelajaran.
Dengan demikian PAKEM merupakan pendekatan pembelajaran dengan memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada pendidik secara aktif dan kreatif menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif,
menantang kepada peserta didik untuk secara aktif mengembangkan kreatifitas dengan berbagai alat bantu
pembelajaran untuk meningkatkan hasil pembelajaran.
3. Peranserta Masyarakat.
Peranserta masyarakat adalah peran yang diberi- kan oleh tokoh masyarakat kepada dunia pendidikan
36
sekolah, baik dalam bentuk gagasan dan pemikiran, partisipasi langsung dalam kegiatan pendidikan,
maupun dalam bentuk bantuan peralatan dan keuangan. Peran serata masyarakat merupakan salah
satu ujud dari prinsip “partisipasi”. Peranserta masyara- kat diperlukan untuk peningkatan mutu layanan
pendidikan dalam upaya menciptakan kondisi sekolah dapat memenuhi standar minimal dan peningkatan
mutu pendidikan. Dalam kerangka MBS, ada dua institusi yang menjadi ujung tombak pelakasnaan MBS
yaitu Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Kedua institusi dianggap sebagai perwakilan partisipasi
masyarakat dalam pendidikan sekolah. Dirjen Dikdasmen 2002, menyebutkan:
”
Untuk meningkatkan peranserta masyarakat dalam bidang pendidikan, diperlukan wadah yang dapat
mengakomodasi pandangan, aspirasi, dan menggali potensi masyarakat untuk menjamin demokratisasi,
transparansi, dan akuntabilitas. Salah satu wadah tersebut adalah Dewan Pendidikan di tingkat
kabupatenkota dan Komite Sekolah ada di tingkat satuan pendidikan.”
Berdasarkan Keputusan Mendiknas No. 004 U2002, yang dimaksudkan dengan komite sekolah
adalah badan mandiri yang mewadahi peranserta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu,
pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah
maupun jalur pendidikan luar sekolah. Pembentukan komite sekolah menjadi bagian dari konsep manajemen
berbasis sekolah yang diharapkan dapat menjadi mitra satuan pendidikan. Komite Sekolah dapat menyalurkan
aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan 37
kebijakan operasional dan program pendidikan. Pemben- tukan Komite Sekolah bertujuan a. membantu kelancar-
an penyelenggaraan pendidikan di sekolah; b. Meme- lihara, meningkatkan dan mengembangkan sekolah;
c. Membantu mengawasi dan mengevaluasi penyeleng- garaan pendidikan di sekolah; d. Menjembatani antara
sekolah dengan masyarakat. Anggota Komite Sekolah berasal dari unsur-unsur
yang ada dalam masyarakat, termasuk dewan pendidik, yayasan atau lembaga penyelenggara pendidikan, Tokoh
Masyarakat, Tokoh Agama, Dunia Usaha. Komite Sekolah sendiri sekurang-kurangnya berjumlah tiga
orang dan jumlahnya harus gasal. Meskipun komite sekolah dan sekolah memiliki kemandirian masing-
masing, keduanya tetap sebagai mitra yang harus saling bekerjasama. Kerjasama sekolah dengan komite
merupakan kegiatan yang melibatkan masyarakat baik secara individual maupun organisasi dengan prinsip
sukarela, saling menguntungkan dan memiliki kepentingan bersama dalam suatu wadah guna
membantu kelancaran penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Kerjasama tersebut bertujuan mendayagunakan
potensi masyarakat dalam membantu kelancaran penyelenggaraan pendidikan di sekolah untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan. Kerjasama antara sekolah dengan komite sekolah
akan tercapai apabila masing-masing melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya. Komite Sekolah
berfungsi sebagai berikut: 1. membantu sekolah mengembangkan KTSP sesuai
dengan UU Sisdiknas Pasal 36 Ayat 2; 38
2. mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan
yang bermutu; 3. melakukan kerjasama dengan masyarakat perorang-
anorganisasidunia usahadunia industri dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu. 4. menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntut-
an, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat;
5. memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomen- dasi kepada sekolah mengenai:
a. kebijakan dan program pendidikan; b. Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah
RAPBS; c. kriteria kinerja satuan pendidikan;
d. kriteria tenaga kependidikan; e. kriteria fasilitas pendidikan; dan
f. hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan; 6. mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi
dalam pendidikan guna mendu mendukung pening- katan mutu dan pemerataan pendidikan;
7. menggalang dana masyarakat dalam rangka pem- biayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan
pendidikan; 8.
melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, penyelengga-
raan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Berdasarkan pembahasan di atas, peranserta
masyarakat adalah keterlibatan masyarakat terhadap 39
sekolah melalui lembaga komite sekolah dengan peran sebagai Advisory Agency pemberi pertimbangan dalam
penentuan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan; Supporting Agency Pendukung baik yang berwujud
finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyeleng- garaan pendidikan di satuan pendidikan; Controlling
Agency Pengontrol dalam transparansi dan akuntabi- litas penyelengaraan pendidikan dan keluaran pen-
didikan di satuan pendidikan; dan Mediator antara sekolah dan masyarakat di satuan pendidikan.
D. Kinerja Pendidik
Dalam bahasa Inggris istilah kinerja adalah performance. Performance merupakan kata benda.
Bentuknya adalah sesuatu hasil yang telah dikerjakan. Performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi berdasarkan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam mencapai tujuan organisasi sesuai dengan moral maupun etika.
Menurut Mangkunegara 2001:67, kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Tinggi rendahnya kinerja pekerja berkaitan erat dengan sistem pemberian penghargaan yang
diterapkan oleh lembagaorganisasi tempat mereka bekerja. Pemberian penghargaan yang tidak tepat dapat
berpengaruh terhadap peningkatan kinerja seseorang. Sementara itu, King 1993 menyatakan kinerja
adalah, ”aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas 40