Definisi Masjid Dari Mekah, Yerusalem sampai Cordova: dinamika kebudayaan Islam di Timur Tengah dan Spanyol.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dinamika Kebudayaan Islam di Timur Tengah dan Spanyol 19 tempat bersujud secara mutlak, baik itu sujud untuk melaksanakan ibadah atau sujud dalam arti hormat. 33 Masjid menurut terminologi syariat mempunyai arti umum dan khusus. Masjid secara umum adalah seluruh permukaan tanah yang dapat digunakan untuk ibadah, kecuali tempat-tempat yang secara syariat dinyatakan bukan tempat yang patut digunakan untuk ibadah. Definisi ini didasarkan pada Hadîs laporan Jabir bin Abdullah ra: “Bumi ini bagiku dijadikan masjid dan tempat suci” Bukhari: 427, 34 dan Hadîs Ibn Umar ra yang menyatakan:“Rasulullah saw melarang untuk melaksanakan salat di beberapa area; tempat sampah, tempat penyembelihan, kuburan, tengah jalan, kamar mandi, kandang unta dan di atas Kakbah” Ibn Majah: 746. 35 33 Ibn Mandur, Lisân al-‘Arab, Jilid III Beirut: Dar Sadir, Cet. I, tt., 204. 34 Al-Bukhari, al-Jâmi’ al-Sahîh, Jilid I Beirut: Dar Ibnu Kastir, Cet. III, 1987, 168. 35 Ibn Majah, Sunan Ibn Mâjah, Jilid I Beirut, Dar al-Fikr, 246. Peta Mekah dan kawasan sekitarnya. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id DARI MEKAH, YERUSALEM SAMPAI CORDOVA 20 Arti masjid secara khusus adalah sebuah area yang dikhususkan sebagai tempat untuk berzikir dan beribadah kepada Allah Swt., salat dan membaca Alquran. Definisi ini didasarkan pada Hadîs laporan Anas bin Malik ra yang menyebutkan fungsi dan kegunaan masjid itu sendiri: “Sesungguhnya masjid ini tidak pantas untuk digunakan sebagai tempat membuang air kecil dan air besar, masjid adalah tempat khusus untuk berzikir kepada Allah, melaksanakan salat dan membaca Alquran” Muslim: 100. 36 Maka, menurut definisi shar’î dapat disimpulkan bahwa masjid adalah area khusus untuk ibadah bagi kaum Muslim di atas muka bumi ini. Spesifikasinya adalah area bukan bangunan. Kebanyakan orang mempunyai persepsi bahwa masjid adalah bangunannya bukan areanya. 37 Hadîs laporan Anas bin Malik ra yang digunakan pijakan dalam definisi masjid, sama sekali tidak mengidentikkan masjid dengan sebuah bangunan. Nabi saw hanya bersabda “masjid ini tidak pantas…” bukan bangunan masjid. Pandangan ini juga diperkuat dengan Hadîs laporan Abu Hurairah ra yang menyatakan: “Area yang paling disukai Allah adalah masjid dan area yang paling tidak disukai Allah adalah pasarnya” Muslim: 671. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa masjid mempunyai arti area khusus yang digunakan sebagai tempat ibadah bagi kaum Muslim. Kemudian bangunan berupa dinding dan pintu-pintu itu merupakan kreasi perkembangan dan kemajuan budaya dan peradaban pada masa-masa berikutnya. Masjid dalam bentuk bangunan pada masa Rasulullah, ternyata secara historis tidak hanya berfungsi persis sebagaimana pada Hadîs laporan Anas bin Malik di atas, tapi juga digunakan sebagai pusat pengajaran ilmu agama. Ini karena para sahabat terutama ahl al-suffah melakukan kegiatan belajar-mengajar di dalam Masjid Nabawi. Fungsi masjid demikian terus berlangsung hingga masa kini. Masjid tidak hanya dipergunakan untuk berzikir, salat dan membaca Al- Qur’ân, namun juga digunakan untuk menimba ilmu, bahkan menjadi tempat berkumpulnya komunitas Muslim untuk membahas masalah-masalah keagamaan. 36 Muslim, Sahîh Muslim, Jilid I Beirut: Dar Ihya Turats al-Arabi, 236. 37 Kamus Bahasa Arab Modern menyebutkan bahwa masjid adalah “tempat yang digunakan orang-orang untuk salat berjamaah”. Kata tempat tidak harus berupa bangunan, bisa jadi hanya area tanpa bangunan. Asesco, al-Mu’jam al- ‘Araby al-Asâsy Tunis: Larousse, 1989, 608. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dinamika Kebudayaan Islam di Timur Tengah dan Spanyol 21

D. Masjid dalam Alquran dan Hadîs

Alquran menyebutkan kata masjid dengan redaksi masjidun, al-masâjid, masâjidallâh sebanyak sepuluh kali dan semuanya mempunyai arti tempat untuk melaksanakan ibadah pada syariat Nabi Muhammad saw, bukan tempat ibadah bagi seluruh syariat agama samawi yang pernah ada. Ayat-ayat tersebut adalah: Qs. al-A’raf [9]: 29; al-Kahfi [18]: 21; al-Taubah [9]: 107;38Qs. At-Taubah [9]: 108; al-Isra’ [17]: 7; Qs. al-Baqarah [2]: 114; Qs. al-Baqarah [2]: 187; Qs. al- Taubah [9]: 17; al-Taubah [9]: 18;al-Jin [72]: 16-18. Ayat-ayat di atas, yang sebagian diturunkan di Madinah madaniyyah dan sebagian lagi di Mekah makkiyyah, diturunkan pasca bergulirnya perintah salat. Sepuluh ayat di atas menggunakan kata dasar masjid. Hal ini menunjukkan bahwa kata masjid secara istilah adalah tempat ibadah khusus kaum Muslim, dalam arti syariat Nabi Muhammad saw. Mengingat syariat Nabi Muhammad merupakan kelanjutan dari syariat para nabi sebelumnya, maka tempat-tempat ibadah umat terdahulu—dalam ungkapan Alquran—diklaim sebagai “masjid”, karena secara teologis ajaran nabi-nabi terdahulu tidak berbeda dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Dalam perspektif historis, hal tersebut sesuai dengan pendapat Ibn Ashur dan mayoritas ulama yang menyatakan bahwa masjid merupakan tempat ibadah khusus bagi kaum Muslim karena alasan kelanjutan syariat, walaupun Alquran juga menggunakan kata masjid bagi tempat ibadah yang akan dibangun oleh kaum Kristiani saat ingin membangun tempat ibadah di atas gua ashâb al-kahfi dalam surat al-Kahfi [18]: 21, 39 dan pada tempat ibadah yang sangat disucikan oleh kaum Yahudi, seperti tersebut dalam surat al-Isra [17]: 7. Kata masjid sebagai tempat ibadah juga diungkapkan oleh Alquran dengan kata bunyân sebuah bangunan. Kata bunyân secara harfiah berarti bangunan yang bersifat umum. Keumuman ini menjadi berubah pengertiannya 38 Ayat pada surat al-Taubah ini masuk dalam kategori ayat-ayat madaniyyah. Jalaluddin al-Suyuthi dan Jalaluddin al- Mahalli, Tafsîr al-JalâlainKairo: Dar al-Hadîs, Cet I, tt., 239. 39 Redaksi masjidun itu nakirah bersifat umum dalam ayat tersebut dapat dipahami bahwa kata masjid sebagai bangunan suci tempat ibadah tidak hanya digunakan oleh kaum Muslim, tapi juga kaum Nasrani yang ketika itu juga ikut menemukan gua ashâb al-kahf dan sama-sama ingin membangun tempat ibadah berupa gereja. Dan Al-Qur’ân memberikan redaksi penamaan tempat ibadah kaum Nasrani itu dengan sebutan masjid. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id DARI MEKAH, YERUSALEM SAMPAI CORDOVA 22 ketika dispesifikasi dengan sifat adjective, seperti kata bunyân yang dilanjutkan dengan kata lain yang menunjuk tujuan bangunan tersebut, dalam hal ini untuk melaksanakan ibadah secara ikhlas, seperti terungkap dalam Alquran terdapat pada Qs. al-Taubah [9]: 109 dan Qs. al-Taubah [9]: 110. Dengan demikian, kata bunyân secara fungsional tidaklah berbeda dengan kata masjid, tetapi bangunan yang hanya berfungsi atau bertujuan sebagai tempat tinggal, tidak bisa dinamakan masjid. Dalam literatur standar Hadîs kutub al-sittah yang diakui kalangan Suni, kata masjid bentuk tunggal dan umum disebutkan 212 kali, kata al-masjid bentuk tunggal dan khusus disebutkan 1094 kali, kata masâjidullâh 8 kali dan kata masâjid bentuk jamak disebutkan 48 kali. Namun, semua Hadîs-Hadîs tersebut tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, melainkan hanya beberapa di antaranya sebagai penguat penelitian ini. Pertama, Hadîs riwayat Abu Dawud: Dilaporkan dari Abi Said bahwa Nabi saw bersabda: “Seluruh bumi ini adalah masjid kecuali kamar mandi dan kuburan”. Kata masjid pada Hadîs ini merujuk pada definisi atau arti masjid secara umum yaitu semua tempat di muka bumi dapat dijadikan tempat ibadah kecuali tempat-tempat tertentu. Hal ini merujuk pada Hadîs lain laporan Jabir bin Abdullah: “Bumi ini bagiku dijadikan sebagai masjid dan tempat suci” Bukhari: 427. 40 Selanjutnya, Hadîs laporan Ibn Umar; bahwa Rasulullah saw pernah datang ke Masjid Quba dengan berkendaraan dan berjalan kaki, kemudian beliau salat di dalamnya dua rakaat” Muslim: 1339, dan Hadîs laporan Sahl bin Hunaif ia berkata Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa bersuci di rumahnya kemudian ia mendatangi Masjid Quba, lantas ia salat di dalamnya satu kali, maka ia mendapatkan pahala setara dengan satu kali umrah” Ibn Majah: 1412. Kata masjid pada dua Hadîs terakhir mempunyai arti tempat yang digunakan untuk melaksanakan ibadah yang diberi nama Masjid Quba. Konteksnya adalah ketika Rasulullah saw tinggal di kota Madinah masih menyempatkan diri untuk ziarah sekaligus melaksanakan salat di Masjid Quba. 40 Bukhari, al-Jâmi’…, 168.