Masjidilharam dalam Hadîs

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dinamika Kebudayaan Islam di Timur Tengah dan Spanyol 31 tempat untuk dijadikan sebagai tempat salat; tempat pembuangan sampah, tempat penyembelihan binatang, tempat pemakaman, di tengah jalan, toilet, kandang unta dan di atas permukaan baytullah” Hr. Turmudzi: 346. Berdasarkan penelusuran di atas, kata Masjidilharam dalam Alquran dan Hadîs juga diungkapkan dengan istilah Kakbah, baytullâh dan al-bayt. Dalam perjalanan sejarah, istilah Masjidilharam semakin populer ketika Alquran dan Hadîs menyandingkannya dengan istilah-istilah yang sudah populer sebelumnya. Akhirnya, Masjidilharam itu lebih dikenal dan identik sebagai tempat ibadah khusus bagi kaum Muslim pengikut Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu, jika ketentuan ayat-ayat dan beberapa Hadîs yang menjelaskan tentang masjid ditelusuri secara historis, maka pengertian kekhususan masjid sebagai tempat ibadah hanya untuk kaum Muslim tidak bisa dibenarkan. Secara historis, Masjidilharam sudah ada sejak Nabi Ibrahim as, kemudian masjid ini secara terus menerus digunakan sebagai tempat ibadah oleh kabilah Jurhum, Amaliqah, Khuzaah, komunitas Jahiliah, yang tentu istilah Masjidilharam saat itu belum populer. Istilah Masjidilharam baru muncul ketika Alquran diturunkan masa Nabi Muhammad saw antara 611-632 M. Ketika masa Nabi Muhammad pun Masjidilharam digunakan sebagai tempat ibadah tidak hanya oleh kaum Muslim, tetapi digunakan juga oleh semua pengikut lintas agama: Muslim dan non Muslim. Masjidilharam menjadi tempat ibadah khusus bagi kaum Muslim baru diumumkan pada tahun 9 H631 M ketika Abu Bakar al-Sidiq ra memimpin jamaah haji, sebagai pelaksanaan ketentuan ayat Alquran yang menyatakan: “Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis. Oleh karena itu, mereka tidak boleh mendekati Masjidilharam setelah tahun mereka ini, dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” Qs. al-Taubah [9]: 28. 49 Kemudian ketentuan yang melarang 49 Ayat ini diperkuat oleh pidato Ali bin Abi Talib saat berada di Mina atas izin Abu Bakar,yang menjelaskan substansi dan pelaksanaan teknis implementasi ketentuan ayat tersebut, lihat Ibn Hisham, al-Sîrat al-Nabawiyyah, Jilid IV, Tahqiq al-Shaikh Muhammad Ali al-Qutb Bairut: al-Maktabah al-Ashriyah, Cet I, 1998, 161-162. Teks tidak lengkap lihat sahîh al-Bukhâry, Hadîs no. 369, 1622, 4655 dan sahîh Muslim, Hadîs No 1347 dan al-Baihaqi dalam Dalâ’il al-Nubuwwah, I295-296. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id DARI MEKAH, YERUSALEM SAMPAI CORDOVA 32 non-Muslim mendekat diberlakukan pada tahun berikutnya, yaitu tahun 10 H632 M ketika Nabi Muhammad melaksanakan ibadah haji. Sejak tahun inilah Masjidilharam menjadi “monopoli” tempat ibadah khusus kaum Muslim. G . Masjidilaksa dalam Alquran Masjidilaksa adalah salah satu tempat suci ketiga bagi kaum Muslim, tepatnya pada seluruh wilayah di dalam pagar pada sisi tenggara di Kota Lama Yerusalem. Dalam kawasan yang populer dengan Masjidilaksa ini terdapat masjid Qubbat al-sakhrah dan Masjid Qibli yang berada di sisi selatannya menghadap ke arah kiblat Kakbah. Komplek dan kawasan yang di dalamnya terdapat dua masjid ini bagi kaum Muslim dikenal sebagai al-harâm al-sharîf tanah suci yang mulia yang juga disebut Masjidilaksa. Namun wilayah ini bagi umat Yahudi dan Kristen dikenal dengan sebutan bayt al-maqdis rumah suci. Hadîs riwayat Abu Dhar al-Ghifari menyatakan bahwa Masjidilaksa adalah masjid kedua yang dibangun di atas muka bumi ini setelah Masjidilharam Hr. Muslim: 520. Pendapat yang kuat menyatakan bahwa Nabi Adam adalah orang pertama yang membangun Baytulmaqdis di atas bumi, tepatnya empat puluh tahun setelah beliau menancapkan pondasi-pondasi Baitulharam. Itu berarti bangunan tersebut sudah eksis sebelum bangunan gereja, sinagog, haikal dan ma’bad. Kemudian nabi Ibrahim memperbaharui bangunan tua itu dan melestarikannya pada tahun 1997-1822 SM. Pelestarian tersebut diteruskan oleh nabi Ishak, nabi Yakub dan keturunannya, kemudian renovasi terbesar dilakukan oleh nabi Daud 1041-971 SM dan nabi Sulaiman 989-931 SM. 50 Informasi tentang Masjidilaksa disebutkan dalam al-Qur’ân hanya dalam satu ayat: “Maha Suci Zat, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidilharam ke Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” Qs. al- Isra [17]: 1. 50 Abdullah Makruf, Atlas Ma’âlim Masjidilaksa Jordan: Yayasan Alfursan, Cet. I, 2010, 10, dan Sami bin Abdullah bin Ahmad al-Maghluts, Atlas Târîkh al-Anbiyâ’ wa al-Rusul Riyad: al-Ubaikan, Cet VII, 2006, 54. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dinamika Kebudayaan Islam di Timur Tengah dan Spanyol 33 Ayat ini satu-satunya yang menjelaskan keberadaan Masjidilaksa sebagai saksi peristiwa israk-mikraj Rasulullah saw yang terjadi setelah tahun duka cita ‘âm al-huzn dua tahun sebelum beliau hijrah ke kota Madinah. Menurut Ibn Ashur, Masjidilaksa yang dimaksud pada ayat di atas adalah masjid yang terkenal dengan sebutan bayt al-maqdis yang berada di Kota Ilya. 51 Di dalam surat al-Isra’ juga terdapat ayat yang menjelaskan tentang Masjidilaksa, namun hanya dengan kata al-masjid bukan dengan kata atau istilah yang tegas dengan al-Masjid al-’Aqsâ. Allah berfirman: “Jika kamu berbuat baik maka pahala kebaikan itu akan bermanfaat bagi dirimu sendiri dan jika kamu 51 Muhammad al-Thahir Ibn Ashur, Tafsîr al-Tahrîr wa al-Tanwîr, Jilid XV Tunisia: Dar Sahnun, tt., 14. Peta kota tua Yerusalem, kawasan al-haram al-syarif adalah tempat dibangunnya dua masjid: Qubatu al- Shakhrah dan Masjidilaksa masjid tidak menunjuk pada bangunan tapi kawasan. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id DARI MEKAH, YERUSALEM SAMPAI CORDOVA 34 berbuat jahat, maka kejahatan itu akan menimpa pada dirimu sendiri. Dan apabila hukuman karena kejahatan yang kedua itu datang, Kami datangkan orang-orang lain untuk menyuramkan muka-muka kamu dan agar mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai” Qs. al-Isra [17]: 7. Ayat ini diturunkan di Mekah makkiyyah, 52 yang sebagian ulama memahaminya sebagai prediksi tawaqquat akan terjadinya suatu peristiwa yang membuat perubahan sebagian kawasan kota tua Yerusalem sebagai Masjidilaksa pasca Nabi Muhammad saw. Secara historis, kaum Muslim baru menaklukkan sekaligus menguasai kawasan Masjidilaksa Yerusalem pada masa Umar bin Khattab, tepatnya pada 637 M dari kekuasaan Romawi yang beragama Kristen. Penaklukan Umar ini bisa dikatakan bahwa kaum Muslim “memasuki Masjidilaksa” untuk pertama kalinya. Konteks ayat di atas menjelaskan bahwa kawasan Yerusalem saat itu sebagian menjadi pusat gereja dari semua sektenya dan sebagian yang lain berupa kawasan luas yang kosong bekas temple mount atau haikal tempat ibadah kaum Yahudi. Saat Alquran diturunkan 611-632 M kawasan ini populer dengan Yerusalem, Ilya dan bayt al-maqdis. Istilah Masjidilaksa tidak dikenal di kalangan komunitas Kristen dan Yahudi yang tinggal di sekitar kawasan ini. Kawasan kosong bekas tempat ibadah kaum Yahudi inilah yang kemudian diyakini sebagai kawasan Masjidilaksa, seperti yang disebut dalam Alquran surat al-Isra’ ayat satu di atas. Jadi, penamaan masjid pada hamparan tanah kosong di atas, adalah “inovasi” Alquran dan Hadîs yang oleh kaum Muslim diyakini sebagai kebenaran mutlak. Masjid dalam perspektif kaum Muslim adalah tempat sujud untuk melaksanakan ibadah kepada Allah, bukan bayt al-maqdis tempat yang disucikan seperti yang populer di kalangan komunitas Yahudi. Karena Alquran menyebutnya sebagai Masjidilaksa, maka secara fungsional berarti tidak berbeda pengertiannya dengan Masjidilharam yang hanya digunakan sebagai tempat ibadah oleh kaum Muslim saja. Keyakinan seperti inilah yang populer di kalangan 52 Jalaluddin Al-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli, Tafsîr al-Jalâlain Kairo: Dar al-Hadîs, Cet I, tt., 364. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dinamika Kebudayaan Islam di Timur Tengah dan Spanyol 35 mayoritas kaum Muslim, sampai saat ini. Jadi, semua upaya dari manapun untuk “menguasai” Masjidilaksa dalam perspektif kaum Muslim harus dilawan dengan segala cara, termasuk dengan mengorbankan daya gerak diplomasi, harta dan jiwa.

H. Masjdilaksa dalam Hadîs

Dalam al-Kutub al-Sittah hanya ditemukan 13 kali kata Masjidilaksa, berputar di antara beberapa Hadîs yang tentu terjadi pengulangan. Penulis hanya fokus pada redaksi al-masjid al-’aqsâ, bukan kata dasar bayt al-maqdis. Hal ini karena konteks penelitian ini hanya ingin menelusuri dan membuktikan kebenaran redaksi al-masjid al-’aqsâ bahwa ia hanya ada pada masa kaum Muslim. Pada pembahasan berikutnya akan penulis sebutkan beberapa redaksi Hadîs dengan kata dasar bayt al-maqdis dan kata dasar Masjid Ilya. Hadîs laporan Abu Zar, ia bertanya kepada Rasulullah tentang masjid pertama kali dibangun di atas bumi? Rasulullah menjawab: Masjidilharam. Kemudian masjid mana? Rasulullah menjawab: Masjdilaksa. Aku bertanya: berapa lama jarak antar keduanya? Rasulullah menjawab: empat puluh tahun. Kemudian beliau bersabda bumi itu bagimu adalah masjid, maka dimanapun kamu mendapati waktu salat, maka salatlah di tempat itu” Hr. Muslim: 520. Hadîs Abu Hurairah melaporkan bahwa Rasulullah saw bersabda sungguh bepergian yang bernilai pahala itu hanya menuju tiga masjid; masjid Kakbah, masjidku dan masjid Iliya.” Hr. Muslim: 1397 “Dilaporkan dari Abu Hurairah yang berasal dari Rasulullah saw beliau bersabda: Bahwa bepergian yang punya nilai pahala hanya jika menuju tiga masjid; Masjidilharam, masjidku ini dan Masjidilaksa” Hr. Abu Dawud: 2035. “Dilaporan dari Abdullah bin Amr yang berasal dari Rasulullah saw beliau bersabda: “Ketika nabi Sulaiman bin Daud selesai membangun bayt al-maqdis, beliau berdoa kepada Allah tentang tiga hal; diberikan ketentuan syariat yang sesuai dengan ketentuan syariat pada masanya, diberikan kerajaan kekuasaan yang tidak akan dimiliki oleh generasi setelahnya dan diberi pahala digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id DARI MEKAH, YERUSALEM SAMPAI CORDOVA 36 pada seseorang yang mendatangi masjid ini hanya untuk melaksanakan salat. Dosa-dosanya akan dihapus habis seperti ketika ia dilahirkan oleh ibunya.” Nabi Muhammad saw bersabda; “Dua hal pertama sudah diberikan kepada nabi Sulaiman, dan aku berharap Allah memberikan anugerah yang ketiga itu padaku” Hr. Ibn Majah: 1408. Hadîs-Hadîs di atas, jika dipahami lepas dari konteks perjalanan sejarah tempat ibadah yang pernah dirintis pertama kali oleh Nabi Ibrahim 1997- 1822 SM, kemudian diteruskan oleh Nabi Daud 1041-971 SM dan diberi dekorasi mewah oleh Nabi Sulaiman 989-931 SM, kemudian tempat ibadah itu dihancurkan dan dibangun kembali, lalu dihancurkan lagi oleh beberapa rezim yang pernah menaklukkan Yerusalem, maka seakan-akan tempat ibadah tersebut terus berfungsi sebagai “masjid” dan tak pernah rusak ditelan gelombang sejarah peradaban manusia. Penulis dengan latar belakang Masjid Qubatu al-Shakhrah, yang oleh kaum Muslim diyakini sebagai kiblat pertama dan tempat batu besar Nabi saw mikraj.