BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Menurut World Health Organisation WHO, epilepsi adalah kelainan otak primer yang paling sering berlaku. Epilepsi dapat terjadi pada pria maupun wanita
dan pada semua umur. Secara global, jumlah orang yang menderita daripada epilepsi adalah kira-kira 50 juta orang. Epilepsi terjadi pada semua umur, ras dan jenis
kelamin Meinardi H, Scott, Reis dan Sander, 2001. Sebanyak 90 daripada semua penderita epilepsi adalah daripada negara berkembang. 70 daripada penderita
epilepsi respon terhadap pengobatan tetapi, ¾ daripada seluruh penderita epilepsi di negara berkembang tidak mendapat pengobatan yang diperlukan WHO, 2009.
Menurut Centre of Disease Control CDC, di Amerika Syarikat sebanyak 2 juta orang menderita daripada epilepsi. Pada tahun 2010 sahaja, terdapat 140.000 kasus
epilepsi yang baru pada negara tersebut. Menurut CDC juga, sebanyak 10 orang akan mengalami kejang pada seumur hidupnya. Daripada 10 itu, 3 akan
mendapat diagnosa epilepsi. Menurut suatu penelitian komunitas, sebab-sebab epilepsi adalah : idiopatik
54-65 yaitu yang terbanyak, diikuti dengan penyakit serebrovaskular 11-21, tumor 4-7, trauma 2-6 dan infeksi 0-3 Sander, 1990. Menurut WHO
pada 2002, data insidens yang berkenaan dengan semua sindroma epileptik hanya pernah dilakukan di Bordeaux, Perancis. Pada penelitian itu, didapati insidens
localization-related epilepsy adalah 1.7100.000. Symptomatic localization epilepsy adalah 13.6100.000 56. Kejadian epilepsi paling banyak adalah pada usia anak-
anak. Terdapat perbedaan usia yang bermakna pada jenis epilepsi. Usia tertentu terdapat kecenderungan terbentuk jenis epilepsi tertentu Husam, 2008.
Akurasi diagnostik adalah salah satu masalah yang sering berlaku pada epilepsi. Ini karena, kejang, yaitu ciri utama pada epilepsi mempunyai etiologi yang
luas dan biasanya tidak terdapat manifestasi klinis. Di kalangan spesialis, kesalahan pada diagnosis terjadi sebanyak 5.6 dan pada dokter umum adalah 18.9 Leach,
Launder, Nicolson dan Smith, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi yang digunakan untuk epilepsi adalah menurut klasifikasi daripada International League Against Epilepsy ILAE yaitu menurut gambaran
pada electroencephalography EEG dan gejala klinis pasien Shih, 2008. Rekaman electroencephalography EEG yang pertama sekali dilakukan pada tahun 1924 oleh
Hans Berger. Sejak itu, electroencephalography EEG menjadi suatu proses evaluasi yang rutin pada epilepsi dan kejang. Suatu studi yang dilakukan Shinnar et
al. telah menemui bahawa electroencephalography EEG adalah suatu alat yang penting dalam prediksi jika pasien epilepsi ini akan kambuh Tan, 1989. Jelas sekali
electroencephalography EEG mengambil peranan yang besar dalam mendiagnosa epilepsi.
Penelitian pada gambaran electroencephalography EEG penderita epilepsi bermanfaat karena, electroencephalography EEG adalah salah satu pemeriksaan
penunjang yang penting dalam mendiagnosa epilepsi. Jika kualitas diagnosa epilepsi dapat ditingkatkan, penanganan kasus epilepsi boleh dilakukan dengan lebih dini
dan efektif. Dengan itu, diharapkan kualitas pasien epilepsi dapat ditingkatkan. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti amat berminat untuk melakukan
penelitian mengenai gambaran electroencephalography EEG pada penderita epilepsi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik.
1.2.
Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran electroencephalography EEG pada penderita epilepsi di RSUP H. Adam Malik Medan pada 2008-2010?
1.3. Tujuan Penelitian