2.  Eklampsia
Kelainan kongenital 1.  Hidrosefalus
2.  Mikrosefali 3.  Tuberous Sclerosis
4.  Neurofibromatosis 5.  Sturge-Weber’s syndrome
Penyakit degeneratif 1.  Niemann-Pick disease
2.  Demensia
2.5. Epileptogenesis
Epileptogenesis  adalah  proses  transformasi  syaraf  yang  normal  kepada  syaraf yang hipereksitibilitas. Ini disebabkan oleh akibat terjadi trauma, strok, atau infeksi.
Akibat daripada kerusakan jaringan otak yang disebabkan oleh perkara tadi, terjadi reorganisation atau sprouting syaraf yang belum rusak. Akibat daripada proses ini,
eksitabilitas syaraf berubah menjadikan seseorang itu lebih senang untuk mendapat kejang Harrison’s, 2008
Selain  daripada  terjadi  kerusakan  otak  dan  menyebabkan  berubahnya  struktur syaraf,  epilepsi  juga  disebabkan  oleh  faktor  genetik  dimana  terjadi  perubahan  pada
fungsi  ion  channel  Channelopathies.  Pada  keadaan  tertentu  hipoglikemia  otak, hipoksia otak, asidosis metabolik depolarisasi impuls dapat berlanjut terus sehingga
menimbulkan aktivitas serangan yang berkepanjangan disebut status epileptikus
2.6. Patofisiologi Epilepsi
Otak  terdiri  dari  sekian  biliun  sel  neuron  yang  satu  dengan  lainnya  saling berhubungan.Hubungan antar neuron tersebut terjalin melalui impuls listrik dengan
bahan perantara kimiawi yang dikenal sebagai neurotransmiter. Dalam  keadaan  normal,  lalu-lintas  impuls  antar  neuron  berlangsung  dengan
Universitas Sumatera Utara
baik dan lancar. Apabila mekanisme yang mengatur lalu-lintas antar neuron menjadi kacau  dikarenakan  breaking system pada  otak  terganggu  maka  neuron-neuron  akan
bereaksi  secara  abnormal.  Neurotransmiter  yang  berperan  dalam  mekanisme pengaturan ini adalah:
a. Glutamat, yang merupakan brain’s excitatory neurotransmitter b.  GABAGamma  Aminobutyric  Acid,  yang  bersifat  sebagai  brain’s  inhibitory
neurotransmitter. Golongan  neurotransmiter  lain  yang  bersifat  eksitatorik  adalah  aspartat  dan
asetil  kolin,  sedangkan  yang  bersifat  inhibitorik  lainnya  adalah  noradrenalin, dopamin,  serotonin  5-  HT  dan  peptida.  Neurotransmiter  ini  hubungannya  dengan
epilepsi belum jelas dan masih perlu penelitian lebih lanjut. Epileptic seizure apapun jenisnya selalu disebabkan oleh transmisi impuls di area otak yang tidak mengikuti
pola  yang  normal,  sehingga  terjadilah  apa  yang  disebut  sinkronisasi  dari  impuls. Sinkronisasi  ini  dapat  mengenai  pada  sekelompok  kecil  neuron  atau  kelompok
neuron yang lebih besar atau bahkan meliputi seluruh neuron di otak secara serentak. Lokasi  yang  berbeda  dari  kelompok  neuron  yang  ikut  terkena  dalam  proses
sinkronisasi  inilah  yang  secara  klinik  menimbulkan  manifestasi  yang  berbeda  dari jenis- jenis serangan epilepsi. Secara teoritis faktor yang menyebabkan hal ini yaitu:
Keadaan  dimana  fungsi  neuron  penghambat  inhibitorik  kerjanya  kurang  optimal sehingga  terjadi  pelepasan  impuls  epileptik  secara  berlebihan,  disebabkan
konsentrasi  GABA  yang  kurang.  Pada  penderita  epilepsi  ternyata  memang mengandung  konsentrasi  GABA  yang  rendah  di  otaknya  lobus  oksipitalis
Meldrum, 1988 .  Hambatan  oleh  GABA  ini  dalam  bentuk  inhibisi  potensial  post sinaptik.
Keadaan  dimana  fungsi  neuron  eksitatorik  berlebihan  sehingga  terjadi  pelepasan impuls  epileptik  yang  berlebihan.  Disini  fungsi  neuron  penghambat  normal  tapi
sistem pencetus impuls eksitatorik yang terlalu kuat. Keadaan ini ditimbulkan oleh meningkatnya  konsentrasi  glutamat  di  otak.  Pada  penderita  epilepsi  didapatkan
peningkatan  kadar  glutamat  pada  berbagai  tempat  di  otak  Meldrum,  1988  dan Cotman, 1995.
Pada  dasarnya  otak  yang  normal  itu  sendiri  juga  mempunyai  potensi  untuk
Universitas Sumatera Utara
mengadakan pelepasan abnormal impuls epileptik. Sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  untuk  timbulnya  kejang  sebenarnya  ada
tiga kejadian yang saling terkait : Perlu adanya “pacemaker cells” yaitu kemampuan intrinsik  dari  sel  untuk  menimbulkan  bangkitan,  hilangnya  “postsynaptic inhibitory
controle”  sel  neuron,  dan  perlunya  sinkronisasi  dari  “epileptic  discharge”  yang timbul.  Area  di  otak  dimana  ditemukan  sekelompok  sel  neuron  yang  abnormal,
bermuatan listrik berlebihan dan hipersinkron dikenal sebagai fokus epileptogenesis fokus pembangkit serangan kejang. Fokus epileptogenesis dari sekelompok neuron
akan  mempengaruhi  neuron  sekitarnya  untuk  bersama  dan  serentak  dalam  waktu sesaat  menimbulkan  serangan  kejang.Serangan  epilepsi  dimulai  dengan  meluasnya
depolarisasi impuls dari fokus epileptogenesis, mula-mula ke neuron sekitarnya lalu ke hemisfer sebelahnya, subkortek, thalamus, batang otak dan seterusnya. Kemudian
untuk  bersama-sama  dan  serentak  dalam  waktu  sesaat  menimbulkan  serangan kejang.  Setelah  meluasnya  eksitasi  selesai  dimulailah  proses  inhibisi  di  korteks
serebri, thalamus dan ganglia basalis yang secara intermiten menghambat discharge epileptiknya Meldrum, 1988 Pada gambaran EEG dapat terlihat sebagai perubahan
dari polyspike menjadi spike and wave yang makin lama makin lambat dan akhirnya berhenti.  Dulu  dianggap  berhentinya  serangan  sebagai  akibat  terjadinya  exhaustion
neuron  karena  kehabisan  glukosa  dan  tertimbunnya  asam  laktat.  Namun  ternyata serangan  epilepsi  bisa  terhenti  tanpa  terjadinya  neuronal  exhaustion  Adam  dan
Victor, 1993.
2.7. Diagnosis