e. Pasal 16 ayat 4, berkaitan dengan pelanggaran atau kelalaian yang
dilakukan oleh pejabat, di mana pejabat tersebut, adalah tidak melakukan pencatatan pada buku tanah pada tanggal hari ketujuh.
f. Pasal 22 ayat 8, berkaitan dengan pelanggaran atau kelalaian yang
dilakukan oleh pejabat, di mana pejabat tersebut, tidak melakukan pencoretan catatan hak tanggungan dalam waktu 7 tujuh hari kerja.
Pelanggaran Pasal 11 ayat 1, Pasal 13 ayat 2, Pasal 15 ayat 1 UUHT dapat dikenai sanksi administratif, berupa:
a. Teguran lisan;
b. Teguran tertulis;
c. Pemberhentian sementara dari jabatan;
d. Pemberhentian dari jabatan.
Pasal 13 ayat 4, Pasal 16 ayat 4, dan Pasal 22 ayat 8 UUHT dapat dikenai sanksi administratif, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pemberian sanksi di atas tidak mengurangi sanksi yang dapat dikenakan menurut peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. Ketentuan lebih lanjut
mengenai sanksi administratif ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
D. Eksekusi Hak Tanggungan Dalam Kepailitan
Suatu masalah yang sering kali timbul adalah posisi pemegang hak tanggungan akibat pemberi hak tanggungan mengalami pailit. Masalah ini telah
diatur dalam Pasal 21 UUHT yang menyatakan bahwa apabila pemberi hak
Universitas Sumatera Utara
tanggungan dinyatakan pailit, pemegang hak tanggungan tetap berwenang melakukan segala hak yang diperolehnya menurut ketentuan undang-undang ini.
Berkaitan dengan posisi pemegang hak tanggungan terhadap pailitnya pemberi hak tanggungan, maka kedudukan pemegang hak tanggungan akibat
jatuh pailitnya pemberi hak tanggungan selanjutnya diatur oleh undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan sebagaimana diganti dengan UUK dan
PKPU. Dalam Pasal 56A UUK dan PKPU tersebut dinyatakan hak preferen dari kreditor pemegang hak tanggungan untuk mengeksekusi hak atas tanah
ditangguhkan pelaksanaannya untuk jangka waktu paling lama 90 hari terhitung sejak tanggal putusan pailit ditetapkan. Meskipun ditangguhkan eksekusinya, hak
atas tanah tersebut tidak boleh dipindah-tangankan oleh kurator. Harta pailit yang dapat digunakan atau dijual oleh kurator terbatas hanya pada barang persediaan
inventory dan atau barang bergerak current asset meskipun harta pailit tersebut dibebani dengan hak agunan kebendaan.
Dalam kaitannya dengan ketentuan Pasal 56A di atas, dalam penjelasan Pasal 56A dinyatakan bahwa maksud penangguhan ini bertujuan antara lain untuk
memperbesar kemungkinan tercapainya perdamaian, atau untuk memperbesar kemungkinan mengoptimalkan harta pailit, atau untuk memungkinkan kurator
melaksanakan tugasnya secara optimal. Selama berlangsungnya jangka waktu penangguhan, segala tuntutan hukum untuk memperoleh pelunasan atas suatu
piutang tidak dapat dijatuhkan dalam sidang peradilan, dan baik kreditor maupun pihak ketiga dimaksud dilarang mengeksekusi atau memohonkan sita atas barang
yang menjadi agunan.
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana diketahui bahwa hak tanggungan bertujuan untuk menjamin utang yang diberikan pemegang hak tanggungan kepada debitor. Apabila debitor
cedera janji, tanah hak atas tanah yang dibebani dengan hak tanggungan itu berhak dijual oleh pemegang hak tanggungan tanpa persetujuan dari pemberi hak
tanggungan dan pemberi hak tanggungan tidak dapat menyatakan keberatan atas penjualan tersebut.
56
Selain pemegang pertama pemegang hak tanggungan mempunyai hak untuk menjual objek hak tanggungan tersebut di pelelangan umum, pemegang hak
Untuk menjaga jangan sampai penjualan tersebut tidak fair, maka penjualan atas hak yang dijadikan jaminan hak tanggungan tersebut dilakukan
secara lelang. Hal ini sesuai ketentuan Pasal 20 ayat 1 yang pada prinsipnya menyatakan: objek hak tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata
cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang hak tanggungan dengan hak mendahulu daripada kreditor-
kreditor lainnya. Berkaitan dengan penjualan jaminan benda di mana pemegang hak
tanggungan pertama mendapatkan hak istimewa untuk melakukan penjualan terhadap objek hak tanggungan tersebut, ketentuan ini didasarkan Pasal 6 UUHT
yang menyatakan bahwa apabila debitor cedera janji, pemegang hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual objek hak tanggungan atas kekuasaan
sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutang dari hasil penjualan tersebut.
56
Ibid, hal. 164.
Universitas Sumatera Utara
tanggungan pertama juga mendapatkan hak untuk melakukan penjualan di bawah tangan. Hal ini sesuai ketentuan Pasal 20 ayat 2 UUHT dinyatakan bahwa atas
kesepakatan pemberi dan pemegang hak tanggungan, penjualan objek hak tanggungan dapat dilaksanakan di bawah tangan jika dengan demikian itu akan
diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak. Berkaitan dengan penjualan objek hak tanggungan dilakukan di bawah
tangan maka “Karena penjualan di bawah tangan dari objek hak tanggungan hanya dilaksanakan apabila ada kesepakatan antara pemberi dan pemegang hak
tanggungan, bank tidak mungkin melakukan penjualan di bawah tangan dari objek hak tanggungan atau agunan kredit itu apabila debitor tidak menyetujuinya”.
57
1. di muka umum, melalui pelelangan;
Dari penjelasan yang diberikan di atas, dapat diketahui bahwa eksekusi hak tanggungan dapat dilakukan dengan cara :
2. secara sukarela;
Dengan ketentuan bahwa menurut Pasal 19 ayat 4 UUHT, permohonan pembersihan objek hak tanggungan dari hak tanggungan yang masih
membebaninya tidak dapat dilakukan oleh pembeli benda tersebut, apabila pembeli demikian itu dilakukan dengan jual-beli sukarela dan dalam akta
pemberian hak tanggungan yang bersangkutan yang masih ada dan masih membebani benda tersebut, para pihak telah dengan tegas memperjanjikan bahwa
objek hak tanggungan tidak akan dibersihkan dari beban hak tanggungan.
58
57
Ibid, hal. 165.
58
Kartini Gunawan, Op.Cit, hal. 257.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV AKIBAT HUKUM PUTUSAN PERNYATAAN PAILIT TERHADAP