B. Prosedur Permohonan Pernyataan Pailit
1.
Tahap Pendaftaran Permohonan Pernyataan Pailit
Pasal 1 angka 7 UUK dan PKPU secara tegas menentukan bahwa : “Pengadilan adalah pengadilan niaga dalam lingkungan peradilan umum.”
Apabila diperhatikan Pasal 3, walaupun tidak secara eksplisit ditentukan namun diketahui bahwa permohonan pernyataan pailit harus diajukan ke pengadilan
niaga yang daerah hukumnya meliputi daerah tempat kedudukan hukum debitor.
Ketentuannya adalah sebagai berikut :
13
a. Putusan atas permohonan pernyataan pailit dan hal-hal lain yang berkaitan
dan atau diatur dalam undang-undang ini, diputuskan oleh pengadilan yang daerah hukumnya meliputi daerah tempat kedudukan hukum debitor.
b. Dalam hal debitor telah meninggalkan wilayah Republik Indonesia,
pengadilan yang berwenang menetapkan putusan atas permohonan pernyataan pailit adalah pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan hukum terakhir debitor. c.
Dalam hal debitor adalah pesero yakni pesero suatu firma, pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan firma tersebut juga
berwenang untuk memutuskan. d.
Dalam hal debitor tidak bertempat kedudukan dalam wilayah negara Republik Indonesia tetapi menjalankan profesi atau usahanya dalam
wilayah negara Republik Indonesia, pengadilan yang berwenang memutuskan adalah pengadilan yang daerah hukumnya meliput i tempat
13
Sunarmi, Op Cit, hal.66.
Universitas Sumatera Utara
kedudukan atau kantor pusat debitor menjalankan profesi atau usahanya di wilayah negara Republik Indonesia.
e. Dalam hal debitor merupakan badan hukum, maka kedudukan hukumnya
adalah sebagaimana dimaksud dalam anggaran dasarnya.
Pemohon mengajukan permohonan pernyataan pailit kepada ketua
pengadilan niaga. Panitera pengadilan niaga wajib mendaftarkan permohonan tersebut pada tanggal permohonan yang bersangkutan diajukan dan kepada
pemohon diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dengan tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran.
Pasal 6 ayat 3 UUK dan PKPU mewajibkan panitera untuk menolak pendaftaran permohonan pernyataan pailit bagi institusi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat 3, ayat 4, dan ayat 5 jika dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan dalam ayat-ayat tersebut. Pasal 6 ayat 3 UUK dan PKPU ini pernah
diajukan Judicial Review di Mahkamah Konstitusi dan Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara Nomor 071PUU-II2004 dan Perkara Nomor 001-
002PUU.III2005 telah menyatakan bahwa Pasal 6 ayat 3 beserta penjelasannya tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Pertimbangan-pertimbangan hukum
yang diberikan oleh Mahkamah Konstitusi, antara lain : a.
Bahwa panitera walaupun merupakan jabatan di pengadilan, tetapi kepada jabatan tersebut seharusnya hanya diberikan tugas teknis administrasi
yustisial dalam rangka memberikan dukungan terhadap fungsi yustisial yang merupakan kewenangan hakim. Dalam penjelasan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum sebagaimana telah diubah
Universitas Sumatera Utara
dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004, ditentukan bahwa tugas pokok panitera adalah menangani administrasi perkara dan hal-hal
administrasi lain yang bersifat teknis peradilan dan tidak berkaitan dengan fungsi peradilan, yang merupakan kewenangan hakim. Menolak
pendaftaran suatu permohonan pada hakikatnya termasuk ranah yustisial. Panitera diberikan tugas, wewenang, dan tanggung jawab melaksanakan
fungsi yustisial, hal tersebut bertentangan dengan hakikat dari kekuasaan kehakiman yang merdeka, serta penegakan hukum dan keadilan;
14
b. Menimbang pula bahwa sejak lama telah diakui asas hukum yang berbunyi
bahwa pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalil hukum tidak ada atau
kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya. Asas ini dicantumkan dalam Pasal 16 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2004 tentang Kekuasan Kehakiman. Dengan menggunakan penafsiran argumentum a contrario, pengadilan tidak boleh menolak untuk
memeriksa dan mengadili suatu perkara yang hukumnya jelas mengatur perkara yang diajukan kepada pengadilan;
c. Apabila panitera diberikan wewenang untuk menolak mendaftarkan
permohonan pernyataan pailit suatu perusahaan asuransi, hal tersebut dapat diartikan penitera telah mengambil alih kewenangan hakim untuk
memberi keputusan atas suatu permohonan. Kewenangan demikian menghilangkan hak pemohon untuk mendapatkan penyelesaian sengketa
14
Pasal 24 ayat 1 UUD 1945.
Universitas Sumatera Utara
hukum dalam suatu proses yang adil dan terbuka untuk umum. Hal ini bertentangan dengan prinsip due process of law dan access to courts yang
merupakan pilar utama bagi tegaknya rule of law;
15
d. Meskipun hasil akhir atas permohonan yang bersangkutan boleh jadi sama,
yaitu tidak dapat diterimanya permohonan yang bersangkutan, karena tidak terpenuhinya syarat kedudukan hukum legal standing sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 2 ayat 5 Undang-Undang a quo, yang menurut Mahkamah tidak bertentangan dengan UUD 1945, keputusan demikian
harus dituangkan dalam putusan yang berkepala “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” ;
e. Menimbang bahwa karena penjelasan Pasal 6 ayat 3 merupakan kesatuan
yang tidak terpisahkan dari pasal yang dijelaskan, dengan sendirinya penjelasan pasal tersebut diperlakukan sama dengan pasal yang
dijelaskannya. Dengan putusan Mahkamah Konstitusi tersebut, panitera pengadilan niaga
menjadi tidak berwenang untuk menolak setiap perkara yang masuk. Setelah mendaftarkan permohonan pernyataan pailit, panitera menyampaikan permohonan
tersebut kepada ketua pengadilan niaga paling lambat 2 dua hari setelah permohonan didaftarkan.
16
15
Pasal 1 ayat 3 UUD 1945.
16
Jono, Hukum Kepailitan, Tangerang: Sinar Grafika, 2008, hal. 87-89.
Universitas Sumatera Utara
2. Tahap Pemanggilan Para Pihak
Pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan kepailitan,
sebagai berikut:
a. Debitor sendiri, dengan syarat bahwa debitor tersebut mempunyai minimal
2 dua kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih;
b. kreditor yang mempunyai piutang kepada debitor yang sudah jatuh tempo
dan dapat ditagih Pasal 2 ayat 1; c.
Kejaksaan atau jaksa demi kepentingan umum Pasal 2 ayat 2 ; d.
Bank Indonesia dalam hal menyangkut debitor yang merupakan bank Pasal 2 ayat 3;
e. Badan Pengawas Pasar Modal dalam hal menyangkut debitor yang
merupakan Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian Pasal 2 ayat 4;
f. Menteri Keuangan dalam hal debitor adalah Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik Pasal 2 ayat 5. UUK dan
PKPU memberikan kewenangan kepada Menteri Keuangan sebagai satu- satunya pihak yang berhak mengajukan pailit Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik ini merupakan sesuatu yang
baru yang tidak dijumpai dalam UU No.4 Tahun 1998.
17
17
Pasal 2 ayat 5 UUK dan PKPU.
Universitas Sumatera Utara
Sebelum persidangan dimulai, pengadilan melalui juru sita melakukan pemanggilan para pihak, antara lain :
18
a. wajib memanggil debitor, dalam hal permohonan pernyataan pailit
diajukan oleh kreditor, kejaksaan, Bank Indonesia, Bapepam, atau Menteri Keuangan;
b. dapat memanggil kreditor, dalam hal permohonan pernyataan pailit
diajukan oleh debitor dan terdapat keraguan bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 UUK dan
PKPU telah terpenuhi. Pemanggilan dilakukan oleh juru sita dengan surat kilat tercatat paling
lambat 7 hari sebelum sidang pemeriksaan pertama diselenggarakan.
3. Tahap Persidangan atas Permohonan Pernyataan Pailit
Dalam jangka waktu paling lambat 3 hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan, pengadilan mempelajari permohonan dan
menetapkan sidang. Sidang pemeriksaan atas permohonan tersebut diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 20 hari setelah tanggal
permohonan didaftarkan. Atas permohonan debitor dan berdasarkan alasan yang cukup seperti adanya surat keterangan sakit dari dokter, Pengadilan dapat
menunda penyelenggaraan sidang pemeriksaan sampai dengan paling lambat 25 hari setelah tanggal permohonan didaftarkan.
18
Jono, Loc.Cit, hal. 89.
Universitas Sumatera Utara
Selama putusan atas permohonan pernyataan pailit belum diucapkan, setiap kreditor, kejaksaan, Bank Indonesia, Bapepam, atau Menteri Keuangan
dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk :
19
a. Meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan debitor;
atau b. Menunjuk kurator sementara untuk mengawasi :
1 pengelolaan usaha debitor; dan
2 pembayaran kepada kreditor, pengalihan, atau pengagunan kekayaan
debitor yang dalam kepailitan merupakan wewenang kurator. Pengadilan hanya dapat mengabulkan permohonan tersebut apabila hal
tersebut diperlukan guna melindungi kepentingan kreditor.
20
Selanjutnya dikatakan bahwa dalam hal permohonan meletakkan sita jaminan tersebut
dikabulkan, maka pengadilan dapat menetapkan syarat agar kreditor pemohon memberikan jaminan yang dianggap wajar oleh pengadilan.
21
“... Namun demikian, untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan debitor dan kreditor, pengadilan dapat mempersyaratkan agar kreditor
memberikan uang jaminan dalam jumlah yang wajar apabila upaya pengamanan tersebut dikabulkan. Dalam menetapkan persyaratan tentang
uang jaminan atas keseluruhan kekayaan debitor, jenis kekayaan debitor dan besarnya uang jaminan yang harus diberikan sebanding dengan
Kemudian dalam penjelasannya dijelaskan :
19
Pasal 10 ayat 1 UUK dan PKPU.
20
Pasal 10 ayat 2 UUK dan PKPU.
21
Pasal 10 ayat 3 UUK dan PKPU.
Universitas Sumatera Utara
kemungkinan besarnya kerugian yang diderita oleh debitor, apabila permohonan pernyataan pailit ditolak oleh pengadilan”.
Dari penjelasan tersebut, terlihat jelas bahwa jaminan hanya diperlukan apabila pemohonnya adalah kreditor, sedangkan jika BI, Bapepam, dan Menteri
Keuangan yang bertindak sebagai pemohon, jaminan tersebut tidak diperlukan.
22
4. Tahap Putusan atas Permohonan Pernyataan Pailit
Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit
telah terpenuhi. Yang dimaksud dengan fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana adalah adanya fakta dua atau lebih kreditor dan fakta utang yang telah
jatuh waktu dan tidak dibayar, sedangkan perbedaan besarnya jumlah utang yang dialihkan oleh pemohon pailit dan termohon pailit tidak menghalangi dijatuhinya
putusan pernyataan pailit. Putusan pengadilan niaga atas permohonan pernyataan pailit harus
diucapkan paling lambat 60 hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan. Waktu 60 hari 2 bulan yang cukup singkat merupakan suatu
perwujudan atas asas peradilan yang bersifat cepat, murah, dan sederhana. Dahulu dalam UU No.4 Tahun 1998 lebih cepat lagi, yaitu hanya dalam waktu 30 hari 1
bulan, pengadilan sudah harus memberikan putusan atas permohonan pernyataan pailit. Dengan pertimbangan yang rasional, UUK dan PKPU memberikan batasan,
22
Ibid, hal. 89-90.
Universitas Sumatera Utara
yaitu 2 dua bulan di mana pengadilan wajib memberikan putusan, terhitung sejak tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan.
Putusan atas permohonan pernyataan pailit wajib diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan wajib memuat secara lengkap pertimbangan hukum
yang mendasari putusan tersebut serta memuat pula : a.
Pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan danatau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili;
dan b.
Pertimbangan hukum dan pendapat yang berbeda dari hakim anggota atau ketua majelis.
23
Salinan putusan pengadilan atas permohonan pernyataan pailit wajib disampaikan oleh juru sita dengan surat kilat tercatat kepada debitor, pihak yang
mengajukan permohonan pernyataan pailit, kurator, dan hakim pengawas paling lambat 3 tiga hari setelah tanggal putusan atas permohonan pernyataan pailit
diucapkan.
C. Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit