Rasio Keuangan Indikator Kinerja Keuangan

c. Atas dasar analisis usia piutang Penerapan metode ini pada dasrnya sama dengan penentuan taksiran kerugian piutang atas dasar saldo piutang, metode ini dikelompokan menjadi kelompok piutang yang belum jatuh tempo, dan kelompok yang telah jatuh tempo. Sedangkan kelompok yang telah jatuh tempo dikelompokkan atas dasar lamanya jatuh tempo.

II.6. Rasio Keuangan

Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan memerlukan beberapa tolok ukur. Tolok ukur yang sering dipakai adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Menurut Munawir 2004,79 berdasarkan sumber analisis rasio keuangan dapat dibedakan atas : 1. Perbandingan Internal internal comparison, yaitu membandingkan rasio pada saat ini dengan rasio pada masa lalu dan masa akan datang dalam perusahaan yang sama. 2. Perbandingan eksternal external comparison dan sumber-sumber rasio industri, yang membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan- perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri pada saat yang sama.Menurut Munawir 2004,95 berdasarkan sumber datanya maka angka rasio dapat dibedakan atas: a. Rasio neraca balance sheet ratios, yang tergolong dalam kategori ini adalah semua rasio yang semua data diambil atau bersumber pada neraca. b. Rasio-rasio laporan labarugi income statement ratios yaitu angka-angka rasio yang dalam penyusunan semua data diambil dari laporan labarugi. c. Rasio-rasio antar laporan interstatement ratios, yaitu semua angka yang penyusunan data berasal dari neraca dan data lainnya dari laporan laba rugi.

II.7. Rasio Yang Berhubungan dengan Piutang Dagang

II.7.1. Tingkat Perputaran Piutang Receivable Turn Over

Menurut Sutrisno 2003,64 bahwa account receivable turn over dimaksudkan untuk mengukur likuiditas dan efisiensi piutang. Tingkat perputaran piutang tergantung dari syarat pembayaran yang diberikan oleh perusahaan. Makin lama syarat pembayaran semaki lama dana atau modal terikat dalam piutang, yang berarti semakin rendah tingkat perputaran piutang. Tingkat perputaran piutang atau receivable turn over dapat diketahui dengan cara membagi penjualan kredit dengan jumlah rata-rata piutang Perhitungannya adalah sebagai berikut : Tingkat Perputaran Piutang =

II.7.2. Average Collection Period ACP

Menurut Sutrisno 2003,64 Average Collection Periode ACP yaitu perbandingan antara piutang usaha dan rata-rata penjualan per hari. ACP mengukur rata-rata waktu penagihan atas penjualan. Semakin pendek ACP, semakin baik kinerja perusahaan tersebut karena modal kerja yang tertanam dalam bentuk piutang kecil sekaligus mencerminkan sistem penagihan piutang berjalan dengan baik. Jika ACP terlalu panjang, kemungkinan yang terjadi adalah : a. Perusahaan memberikan terms of payment yang terlalu panjang kepada konsumen atau distributor. b. Piutang perusahaan banyak yang macet. Perhitungannya adalah sebagai berikut : ACP =

II.7.3. Rasio Tunggakan

Menurut Keown 2008,77 rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa besar jumlah piutang yang telah jatuh tempo dan belum tertagih dari sejumlah penjualan kredit yang dilakukan. Perhitungannya adalah sebagai berikut : Rasio Tunggakan =

II.7.4. Rasio Penagihan

Menurut Keown 2008,77 rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana aktivitas penagihan yang dilakukan atau berapa besar piutang yang tertagih dari total piutang yang dimiliki perusahaan. Perhitungannya adalah sebagai berikut : Rasio Penagihan = Semakin besar nilai piutang yang tertagih berarti semakin besar nilai persentase dari rasio penagihan, sebaliknya semakin kecil nilai piutang yang tertagih berarti semakin kecil pula nilai persentase dari rasio penagihan tersebut. Atau besar kecilnya nilai persentase dari rasio penagihan berbanding lurus dengan total piutang yang tertagih.

II.8. Manajemen Kas

Salah satu unsur pengelolaan modal kerja yang penting dalam suatu perusahaan yaitu manajemen kas, karena kas merupakan alat tukar untuk memungkinkan manajemen menjalankan berbagai kegiatan uasahanya. Bahkan tidak jarang dalam kenyataannya, keberhasilan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya tergantung pada kemampuan menyediakan kas untuk memenuhi kewajiban finansial tepat pada waktunya. Menurut Eugene F Brigham 2001:164 menyatakan bahwa : ” Manajemen Kas yang efektif menekankan pengelolaan yang tepat atas arus kas masuk dan arus kas keluar, yang berarti perlu 1 mensinkronkan Arus Kas, 2 menggunakan Float, 3 Mempercepat penagihan, 4 menyampaikan dana-dana yang tersedia pada pos-pos yang membutuhkan, dan 5 mengendalikan pengeluaran ” Sedangkan menurut Wolfel 1984:48 mengatakan bahwa : ” The management of cash is of major importance to meet organization. Cash management involves two problems : 1 The determination of the most desirable balance for the cash account and 2 the safeguarding of cost “ Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis berpendapat bahwa manajemen kas pada intinya mengatur perimbangan baik mengenai kuantitas maupun timing antara cash inflow dengan cash outflow. Kelebihan dari aliran kas masuk terhadap aliran kas keluar, merupakan saldo kas yang akan tertahan dalam perusahaan. Aliran kas dalam perusahaan seperti pada gambar di bawah ini. Gambar 2.3 Aliran Kas Dalam Perusahaan Aliran kas dalam perusahaan Pengumpulan kredit Pembelian AT Pembelian Penjualan AT Sumber : Bambang Riyanto 2001 : 95 Aliran kas dalam perusahaan terdiri dari aliran kas masuk dan aliran kas keluar, perimbangan antara aliran kas masuk dengan aliran kas keluar akan terciptanya kas yang tertanam dalam perusahaan. Aliran kas masuk Cash Inflow terdiri dari : a. Hasil penjualan produkjasa perusahaan secara tunai; BARANG DALAM PROSES BARANG JADI PIUTANG A K TI V A T E T A P Ne to PEMILIK K A S HUTANG B A H A N M E NT A H d e p re si as i UPAH BIAYA ADMI- NISTRASI + PENJUALAN Biaya administrasi Penjualan Penjualan Kredit Pinjaman Investasi Pembayaran Hutang Pengambilan kembali b. Penagihan piutang dari penjualan kredit; c. Penjualan aktiva tetap yang ada; d. Penanaman investasi dari pemilik atau pemilik saham bila perseroan e. terbatas; dan f. Pinjaman hutang dari pihak lain. Sedangkan aliran kas keluar Cash Outflow terdiri dari : a. Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik lain-lain overhead; b. Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan; c. Untuk pembelian aktiva tetap; d. Pembayaran kembali hutang – hutang perusahaan; dan e. Pengambilan kembali oleh pemilik atas investasi yang ditamankannya.

II.8.1. Penetapan persediaan kas minimal

Untuk menentukan berapa jumlah kas yang sebaiknya harus dipertahankan oleh suatu perusahaan, belum ada standard ratio yang bersifat umum. Meskipun demikian ada beberapa standar tertentu yang dapat digunakan sebagai pedoman didalam menentukan jumlah kas yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan. Sofyan Syafri Harahap 1999, 302 membandingkan antara jumlah kas dengan aktiva lancar yang disebut rasio kas atas aktiva lancar dengan rumus sebagai berikut : Rasio Kas Atas Aktiva Lancar = Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas dibandingkan dengan total aktiva lancar. Rasio kas yang membandingkan kas dengan aktiva lancar diatas, sejalan dengan Bambang Riyanto 2001:95 yang mengutip pendapat H.G Guthman bahwa Jumlah Kas yan g ada didalam perusahaan yang ’well Finance’ hendaknya tidak kurang dari 5 sampai 10 dari jumlah aktiva lancar. Kaspun seperti halnya pada inventory dan piutang, terdapat ”persediaan b esi” atau ”persediaan minimal” ialah apa yang disebut ”safety cash balance” atau ”Persediaan besi Kas ”. Persediaan besi kas ialah jumlah minimal dari kas yang harus dipertahankan oleh perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban finansialnya sewaktu – waktu. Persediaan besi kas ini merupakan unsur atau inti permanen dari kas, sedangkan besarnya persediaan kas minimal berbeda – beda antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Faktor – faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan besi kas suatu perusahaan adalah terutama : 1. Perimbangan antara kas masuk dengan aliran kas keluar Adanya perimbangan yang baik mengenai kuantitas maupun waktu antara cash inflow dengan cash outflow dalam suatu perusahaan yang berarti bahwa pengeluaran kas baik dalam jumlah maupun waktunya akan dipenuhi oleh penerimaan kasnya sehingga perusahaan tidak perlu memiliki persediaan kas yang besar. 2. Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan Untuk menjaga likuiditas perusahaan dibuat estimasi mengenai aliran kas dalam perusahaan. Apabila aliran kasnya selalu sesuai dengan estimasinya maka perusahaan tersebut tidak akan menghadapi kesulitan likuiditas sehingga perusahaan tidak perlu mempertahankan persediaan kas yang besar. Sebaliknya apabila perusahaan sering mengalami penyimpangan dalam aliran kas yang diperkirakan, perusahaan perlu mempertahankan persediaan kas. 3. Adanya hubungan yang baik dengan bank - bank Apabila pimpinan perusahaan telah berhasil membina hubungan yang baik dengan pihak bank, akan mempermudah unt uk mendapatkan kredit dalam menghadapi kesulitan keuangan, sehingga tidak perlu menyediakan persediaan besi kas yang besar.

II.8.2. Motivasi Memegang Kas

Ada tiga motif perusahaan perlu memegang uang kas yaitu untuk keperluan transaksi dalam operasional perusahaan, untuk berjaga-jaga adanya pengeluaran tidak terduga, juga untuk kebutuhan investasi yang menguntungkan atau untuk spekulasi yang menguntungkan. Suad Husnan 2004:105 mensitir pendapat John Maynard Keynes menyatakan bahwa ada tiga motif untuk memiliki kas, yaitu : 1 Motif transaksi Motif transaksi berarti perusahaan menyediakan kas untuk membayar berbagai transaksi bisnisnya. Baik transaksi yang reguler maupun yang tidak reguler. 2 Motif berjaga-jaga Motif berjaga-jaga dimaksudkan untuk mempertahankan saldo kas guna memenuhi permintaan kas yang sifatnya tidak terduga. Seandainya semua pengeluaran dan pemasukan kas bisa diprediksi dengan sangat akurat, maka saldo kas untuk maksud berjaga – jaga akan sangat rendah. Selain akurasi prediksi kas, apabila perusahaan mempunyai akses kuat ke sumber dana eksternal, saldo kas ini juga akan rendah. Motif berjaga – jaga ini nampak dalam kebijakan penentuan saldo kas minimal dalam penyusunan anggaran kas. 3 Motif spekulasi. Motif spekulasi dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan dari memiliki atau menginvestasikan kas dalam bentuk investasi yang sangat likuid. Biasanya jenis investasi yang dipilih adalah investasi pada sekuritas. Apabila tingkat bunga diperkirakan turun, maka perusahaan akan merubah kas yang dimiliki menjadi saham, dengan harapan harga saham akan naik. Apabila memenag semua pemodal berpendapat bahwa suku bunga akan turun.

II.8.3. Budget kas

Budget kas adalah estimasi terhadap posisi kas untuk suatu periode tertentu yang akan datang. Penyusunan budget kas bagi suatu perusahaan sangatlah penting artinya bagi penjagaan likuiditas perusahaan. Dengan menyusun budget kas akan dapat diketahui kapan perusahaan akan dalam keadaan defisit kas ataupun surplus. Menurut Lawrence J Gitman 2003, 111 dalam mempersiapkan budget kas terdapat komponen yang perlu dibahas , yaitu penerimaan kas cash receipts, pembayaran pengeluaran kas cash disbursements, net cash flow, ending cash, financing and excess cash. - Penerimaan kas cash receipts Komponen yang termasuk dalam penerimaan kas cash receipts adalah penjualan kas cash sales pengumpulan piutang collections of accounts receivable dan penerimaan kas lainnya other cash receipts. - Pembayaran pengeluaran kas cash disbursement Komponen yang termasuk dalam pembayaran pengeluaran kas adalah cash purchases, payments of accounts payable, rent and lease payments, wages and salaries, tax payment, fixed – assets outlays, interest payments, cash divident payments, cash dividend payments, principal payments loans, repurchases. Jadi Pada dasarnya Budget kas terdiri dari dua bagian estimasi, yaitu : 1. Estimasi penerimaan-penerimaan kas yang berasal dari:hasil penjualan tunai; piutang yang terkumpul; penerimaan bunga;dividen;hasil penjualan aktiva tetap; dan penerimaan-penerimaan lainnya. 2. Estimasi pengeluaran kas yang digunakan untuk: pembelian bahan mentah; pembayaran utang-utang; pembayara upah buruh; pengeluaran untuk biaya penjualan; biaya administrasi dan umum; pembayaran bunga, dividen, pajak, premi asuransi; pembelian aktiva tetap dan pengeluaran pengeluaran lain. Dari dua bagian estimasi tersebut diatas yaitu estimasi penerimaan dan pengeluaran selama periode tertentu, maka berbagai perusahaan menyusun budget kas dalam bentuk yang berbeda-beda. Meskipun bentuknya berbeda-beda tetapi sebenarnya maksudnya adalah sama, yaitu bahwa budget kas disusun agar supaya pimpinan perusahaan dapat mengetahui : 1. Kemungkinan posisi kas sebagai hasil rencana operasinya perusahaan; 2. Kemungkinan adanya surplus atu defisit karena rencana operasinya perusahaan; 3. Besarnya dana beserta saat-saat kapan dana itu dibutuhkan untuk menutup defisit kas; 4. Saat-saat kapan kredit itu dibayar kembali. Dalam penyusunan budget kas biasanya dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasional perusahaan. Transaksi-transaksi disini merupakan transaksi operasi operating transactions. Pada tahap ini dapat diketahui adanya defisit atau surplus karena rencananya operasi perusahaan. 2. Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari bank atau sumber sumber dana lainnya yang diperlukan untuk menutup defisit kas karena rencana operasinya perusahaan. Juga disusun estimasi pembayaran bunga kredit tersebut beserta waktu pembayarannya kembali. Transaksi- transaksi disini merupakan transaksi finansial. 3. Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi finansial, dan budget kas yang final ini merupakan gabungan dari transaksi operasional dan transaksi fnansial yang menggambarkan estimasi penerimaan dan pengeluaran kas keseluruhan.

II.8.4. Sumber-sumber dan penggunaan kas

Aliran kas terdiri dari sumber-sumber penerimaan kas dan penggunaan kas. Sumber penerimaan kas suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal : 1. Hasil Penjualan aktiva jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud atau adanya penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan penambahan kas. 2. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk tunai. 3. Pengeluaran surat tanda bukti hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang, hutang hipotik atau hutang jangka panjang lainnya serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan penerimaan kas. 4. Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas misalnya adanya penurunan piutang karena adanya penerimaan pembayaran, berkurangnya persediaan barang karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga efek karena adanya penjualan dan sebagainya. 5. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividend dari investasinya, sumbangan atau hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya. 6. Adanya penerimaan kas yang berasal dari royalti, komisi dan fee yang dibayar oleh perusahaan lain karena telah memakai jasa maupun merek dagang perusahaan. Sedangkan penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan transaksi – transaksi sebagai berikut: 1. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta adanya pembelian aktiva tetap lainnya. 2. Penaksiran kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas oleh pemilik perusahaan. 3. Pelunasan atau pembayaran angsuran hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. 4. Pembelian barang secara tunai, adanya pembayaran biaya-biaya operasi perusahaan. 5. Pengeluaran kas untuk pembayaran dividen bentuk pembagian laba lainnya secara tunai pembayaran pajak, denda-denda dll.

II.9. Indikator Kinerja Keuangan

Aspek keuangan yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan meliputi tujuh indikator dengan total skor 100 Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran Badan Layanan Umum Rumah Sakit Kementerian Kesehatan RI 2010 Depkes RI, 2010. Tabel 2.3 Indikator Kinerja Keuangan Berdasarkan Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran Badan Layanan Umum Rumah Sakit No Indikator Bobot 1 Imbalan Investasi ROI 15 2 Rasio Kas Cash Ratio 15 3 Rasio Lancar Current Ratio 15 4 Collection Periods CP 15 5 Perputaran Persediaan PP 10 6 Perputaran Total Aset TATO 10 7 Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aktiva 20 Jumlah 100 Sumber : Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran BLU Rumah Sakit Kepmenkes RI, 2010 Persamaan yang digunakan untuk menghitung indikator adalah sebagai berikut : 1. Imbalan Investasi ROI Rumus : ROI = Definisi: a. EBIT adalah laba sebelum bunga dan pajak dikurangi laba dari hasil penjualan dari akiva tetap, aktiva lain-lain dan aktiva non produktif. b. Penyusutan adalah depresiasi dan amortisasi dalam satu tahun. c. Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku. Total aktiva dikurangi aktiva tetap dalam pelaksanaan. Tabel 2.4 Daftar Skor Indikator Kinerja Keuangan Return On Investment ROI Bobot 18 ROI 15.0 15 ROI ≤ 18 13.5 13 ROI ≤ 15 12.0 12 ROI ≤ 13 10.5 10.5 ROI ≤ 12 9.0 9 ROI ≤ 10.5 7.5 7 ROI ≤ 9 6.0 5 ROI ≤ 7 5.0 3 ROI ≤ 5 4.0 1 ROI ≤ 3 3.0 0 ROI ≤ 1 2.0 ROI 0 1.0 Sumber : Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran BLU Rumah Sakit Kepmenkes RI, 2010 Contoh perhitungan : Rumah Sakit “A” memiliki ROI 14, maka sesuai tabel skor untuk indikator ROI adalah 12.0. 2. Rasio Kas Cash Ratio Rumus : Cash Ratio = Definisi : a. Kas, Bank, dan Surat Berharga Jangka Pendek adalah posisi masing- masing pada akhir tahun buku. b. Current Liabilities adalah posisi seluruh kewajiban lancar pada akhir tahun buku. Tabel 2.5 Daftar Skor Indikator Kinerja Keuangan Cash Ratio Cash Ratio Bobot Cash Ratio ≥ 35 15.0 25 Cash Ratio ≤ 35 12.0 15 Cash Ratio ≤ 25 9.0 10 Cash Ratio ≤ 15 6.0 5 Cash Ratio ≤ 10 3.0 0 Cash Ratio ≤ 5 Sumber : Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran BLU Rumah Sakit Kepmenkes RI, 2010 Contoh perhitungan : Rumah Sakit “A” memiliki cash ratio 32, maka sesuai tabel skor untuk indikator cash ratio adalah 12.0. 3. Rasio Lancar Current Ratio Rumus : Current Ratio = Definisi : a. Current Asset adalah posisi total aktiva lancar pada akhir tahun buku. b. Current Liabilities adalah posisi seluruh kewajiban lancar pada akhir tahun buku. Tabel 2.6 Daftar Skor Indikator Kinerja Keuangan Current Ratio Current Ratio = X Bobot 125 X 15.0 110 X ≤ 125 12.0 100 X ≤ 110 9.0 95 X ≤ 100 6.0 90 X ≤ 95 3.0 X ≤ 90 Sumber : Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran BLU Rumah Sakit Kepmenkes RI, 2010 Contoh perhitungan : Rumah Sakit “A” memiliki current ratio 115, maka sesuai tabel skor untuk indikator current ratio adalah 12.0. 4. Collection Periods CP Rumus : Collection Ratio = Definisi : a. Total Piutang Usaha adalah posisi piutang usaha setelah dikurangi cadangan penyisihan piutang pada akhir tahun buku. b. Total PendapatanUsaha adalah jumlah pendapatan usaha selama tahun buku. Tabel 2.7 Daftar Skor Indikator Kinerja Keuangan Collection Periods CP = X hari Perbaikan = X hari Bobot X ≤ 60 X 35 15.0 60 X ≤ 90 30 X ≤ 35 13.5 90 X ≤ 120 25 X ≤ 30 12.0 120 X ≤ 150 20 X ≤ 25 10.5 150 X ≤ 180 15 X ≤ 20 9.0 180 X ≤ 210 10 X ≤ 15 7.2 210 X ≤ 240 6 X ≤ 10 5.4 240 X ≤ 270 3 X ≤ 6 3.6 270 X ≤ 300 1 X ≤ 3 1.6 300 X 0 X ≤ 1 Sumber : Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran BLU Rumah Sakit Kepmenkes RI, 2010 Skor yang digunakan dipilih yang terbaik dari kedua skor menurut tabel di atas. Contoh perhitungan : Contoh 1 : Rumah Sakit “A” pada tahun 2002 memiliki collection periods 120 hari dan pada tahun 2001 sebesar 127 hari. Sesuai tabel di atas, maka skor tahun 2002 menurut :  Tingkat collection periods : 12.0  Perbaikan collection periods 7 hari : 5.4 Dalam hal ini dipilih skor`yang lebih besar yaitu 12.0 Contoh 2 : Rumah Sakit “A” pada tahun 2002 memiliki collection periods 240 hari dan pada tahun 2001 sebesar 272 hari. Sesuai tabel di atas, maka skor tahun 2002 menurut :  Tingkat collection periods : 5.4  Perbaikan collection periods 32 hari : 13.5 Dalam hal ini dipilih skor`yang lebih besar yaitu 13.5 5. Perputaran Persediaan PP Rumus : Perputaran Persediaan: Total Persediaan Definisi : a. Total Persediaan adalah seluruh persediaan yang digunakan untuk proses produksi pada akhir tahun buku yang terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi dan persediaan barang jadi ditambah persediaan peralatan dan suku cadang. b. Total Pendapatan Usaha adalah jumlah pendapatan usaha selama tahun buku. Tabel 2.8 Daftar Skor Indikator Kinerja Keuangan Perputaran Persediaan PP = X hari Perbaikan = X hari Bobot X ≤ 60 X 35 10.0 60 X ≤ 90 30 X ≤ 35 9.0 90 X ≤ 120 25 X ≤ 30 8.0 120 X ≤ 150 20 X ≤ 25 7.0 150 X ≤ 180 15 X ≤ 20 6.0 180 X ≤ 210 10 X ≤ 15 4.6 210 X ≤ 240 6 X ≤ 10 3.6 240 X ≤ 270 3 X ≤ 6 2.4 270 X ≤ 300 1 X ≤ 3 1.2 300 X 0 X ≤ 1 Sumber : Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran BLU Rumah Sakit Kepmenkes RI, 2010 Skor yang digunakan dipilih yang terbaik dari kedua skor menurut tabel diatas. Contoh perhitungan : Contoh 1 : Rumah Sakit “A” pada tahun 2002 memiliki perputaran persediaan 180 hari dan pada tahun 2001 sebesar 195 hari. Sesuai tabel di atas, maka skor tahun 2002 menurut :  Tingkat perputaran persediaan : 6.0  Perbaikan perputaran persendiaan 15 hari : 4.6 Dalam hal ini dipilih skor`yang lebih besar yaitu 6.0 Contoh 2 : Rumah Sakit “A” pada tahun 2002 memiliki perputaran persediaan 240 hari dan pada tahun 2001 sebesar 272 hari. Sesuai tabel di atas, maka skor tahun 2002 menurut :  Tingkat perputaran persediaan : 3.6  Perbaikan perputaran persediaan 32 hari : 9.0 Dalam hal ini dipilih skor`yang lebih besar 9.0 6. Perputaran Total Aset Total Asset Turn Over TATO Rumus : Perputaran Total Aset = Definisi : a. Total Pendapatan adalah total pendapatan usaha dan non usaha tidak termasuk pendapatan hasil penjualan Aktiva Tetap. b. Total Asset adalah total aset dikurangi dengan dana-dana yang belum ditetapkan tatusnya pada posisi akhir tahun buku yang bersangkutan Tabel 2.9 Daftar Skor Indikator Kinerja Keuangan Perputaran Total Aset TATO = X Perbaikan = X Bobot 120 X 20 X 10.0 105 X ≤ 120 15 X ≤ 20 9.0 90 X ≤ 105 10 X ≤ 15 8.0 75 X ≤ 90 5 X ≤ 10 7.0 60 X ≤ 75 0 X ≤ 5 6.0 40 X ≤ 60 X ≤ 0 5.0 20 X ≤ 40 X ≤ 0 4.0 X ≤ 20 X ≤ 0 3.0 Sumber : Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran BLU Rumah Sakit Kepmenkes RI, 2010 Skor yang digunakan dipilih yang terbaik dari kedua skor menurut tabel diatas. Contoh perhitungan : Contoh 1 : Rumah Sakit “A” pada tahun 2002 memiliki perputaran total aset 70 dan pada tahun 2001 sebesar 60. Sesuai tabel di atas, maka skor tahun 2002 menurut :  Tingkat perputaran Total Aset : 6.0  Perbaikan perputaran Total Aset 10 : 7.0 Dalam hal ini dipilih skor`yang lebih besar yaitu 7.0 Contoh 2 : Rumah Sakit “A” pada tahun 2002 memiliki perputaran total aset 108 dan pada tahun 2001 sebesar 98 Sesuai tabel di atas, maka skor tahun 2002 menurut :  Tingkat perputaran Total Aset : 9.0  Perbaikan perputaran Total Aset 10 : 7.0 Dalam hal ini dipilih skor`yang lebih besar 9.0 7. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset TMS terhadap TA Rumus: TMS terhadap TA = Definisi : a. Total Modal Sendiri adalah seluruh komponen Modal Sendiri pada akhir tahun buku di luar dana-dana yang belum ditetapkan statusnya. b. Total Aset adalah total aset dikurangi dengan dana-dana yang belum ditetapkan statusnya pada posisi akhir tahun buku yang bersangkutan. Tabel 2.10 Daftar Skor Indikator Kinerja Keuangan Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aktiva TMS terhadap TA = X Bobot X 0 0.0 0 ≤ X 10 8.0 10 ≤ X 20 12.0 20 ≤ X 30 14.5 30 ≤ X 40 20.0 40 ≤ X 50 18.0 50 ≤ X 60 17.0 60 ≤ X 70 16.0 70 ≤ X 80 15.0 80 ≤ X 90 14.0 90 ≤ X 100 13.0 Sumber : Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran BLU Rumah Sakit Kepmenkes RI, 2010 Contoh perhitungan : Rumah Sakit “A” memiliki rasio modal sendiri terhadap total aset 35, maka sesuai tabel skor untuk indikator rasio modal sendiri terhadap total aset adalah 20. Penilaian Tingkat Kinerja Kesehatan Keuangan Rumah Sakit Tingkat kinerja kesehatan keuangan rumah sakit digambarkan dari hasil penjumlahan nilai riil masing-masing rasio keuangan tersebut di atas : 1. SEHAT, yang terdiri dari :  AAA apabila total skor TS 95  AA apabila 80 TS ≤ 95  A apabila 65 TS ≤ 80 2. KURANG SEHAT, yang terdiri dari :  BBB apabila 50 TS ≤ 65  BB apabila 40 TS ≤ 50  B apabila 30 TS ≤ 40 3. TIDAK SEHAT, yang terdiri dari :  CCC apabila 20 TS ≤ 30  CC apabila 10 TS ≤ 20  C apabila 0 TS ≤ 10

II.10. Kerangka Teori