BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan rumah sakit yang merupakan suatu bentuk usaha pelayanan kesehatan di Indonesia sejak Pelita I sampai saat ini sangat pesat sekali, baik di
sektor pemerintah maupun di sektor swasta. Hal ini dapat dirasakan pada sekitar tahun 1989 ketika pemerintah membuat kebijaksanaan mengikutsertakan
masyarakat dan pihak swasta untuk mengambil bagian dalam pembangunan dan penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit melalui penanaman
modal, baik modal asing maupun modal dalam negeri. Hal ini tentu berdampak langsung terhadap situasi perumah sakitan di
Indonesia khususnya rumah sakit swasta baik yang bersifat profit maupun non profit. Keadaan nyata sehari-hari menunjukkan bahwa dengan semakin
berkembangnya jumlah rumah sakit, semakin canggihnya alat-alat, dan semakin banyak jenis pelayanan yang ada akan meningkat pula tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatanrumah sakit, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di antara para pemberi pelayanan kesehatan
yang akan menyebabkan berubahnya pola tatanan perumah sakitan di Indonesia. Dalam upaya menunjang efisiensi dan efektifitas pelayanan rumah sakit,
diperlukan manajemen keuangan yang baik dan profesional. Pengelolaan keuangan yang profesional berupa kegiatan komprehensif, yang menyangkut
input, proses dan output secara obyektif, sistematik dan berlanjut, memantau dan menilai mutu dan kinerja keuangan serta pemecahan masalah yang ada Nowicki,
2007. Dengan meningkatkan kinerja bagian keuangan, maka kinerja rumah sakitpun diharapkan akan meningkat dan rumah sakit akan berkembang dengan
baik. Dalam melaksanakan fungsi sosialnya terutama rumah sakit yang non
profit oriented sering diharapkan pada suatu dilema yaitu di satu pihak harus menghadapi biaya-biaya yang terus meningkat dan tak terkendali akibat
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta inflasi, dan di lain pihak menghadapi ketidakmampuan masyarakat membayar jasa pelayanan kesehatan
yang semakin mahal.
Dalam struktur neraca rumah sakit, piutang merupakan salah satu komponen terbesar dari aktiva lancar, artinya salah satu sumber dana potensial penerimaan bagi
rumah sakit. Semakin cepat perputaran piutang semakin baik untuk operasional perusahaan, begitu pula dengan jangka waktu penagihan, semakin pendek waktu yang
dibutuhkan semakin baik. Meijani,2010
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul merupakan salah satu rumah sakit swasta berbasis keagamaan di Yogyakarta yang non profit oeriented.
Saat ini RSU PKU Muhammadiyah Bantul telah mendapatkan sertifikat ISO 9001
– 2008 untuk Pelayanan Kesehatan Standar Mutu Internasional dan lolos Akreditasi RS
dari KARS dengan kategori dasar pada bulan November 2014. Pasien yang mendapatkan perawatan di rumah sakit PKU Muhammadiyah
Bantul, melakukan pembayarn dengan jaminan ataupun tanpa jaminan. Rumah sakit ini juga memiliki sisa piutang yang masih naik turun dengan rentang yang
cukup besar tiap tahunnya, seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 1.1. Tabel Piutang Pelyanan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul periode tahun 2011-2013
Tahun Piutang
Total terbayar Sisa Piutang
2011 13.823.621.515
12.183.225.366 1.640.396.149
2012 18.575.158.746
17.606.239.662 968.919.084
2013 10.361.964.311
7.974.285.944 2.387.678.367
Besarnya sisa piutang yang belum tertagih tiap tahun masih naik taurun, bahkan sisa piutang tahun 2013 lebih dari dua kali lipat sisa piutang tahun 2012.
Sedsngkan piutang tahun 2012 adalah yang paling besar. Piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara
kredit. Ini berarti rumah sakit mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain. Piutang termasuk dalam golongan aktiva lancar. Rumah sakit
pasti memiliki beberapa pelanggan yang tidak sanggup membayar atau akan melunasi hutang mereka.
Pengelolaan manajemen piutang yang efektif sangat diperlukan, karena dalam piutang selalu ada risiko masalah panjangnya umur piutang dan piutang tak tertagih,
oleh karena itu masalah piutang harus dapat dikendalikan dengan baik dan mendapat perhatian khusus dari manajemen rumah sakit. Kegagalan dalam pengelolaan
manajemen piutang dapat berakibat terganggunya arus kas rumah sakit yang pada akhirnya
dapat mengganggu
operasional rumah
sakit tersebut
http:www.receivablesmanagementset.com
.
I.2. Rumusan Permasalahan