Islam dalam Pergulatan Encik Salim

22

2.2 Islam dalam Pergulatan Encik Salim

Haji Agus Salim mempunyai pengetahuan yang luas tentang agama Islam karena gemar membaca buku agama. Ketika bekerja pada Konsulat Belanda di Jeddah, Agus Salim menggunakan kesempatan itu untuk mendalami agama Islam. Selama 5 tahun ia belajar pada saudara sepupunya, Syekh Akhmad Khatib, seorang ulama Islam terkemuka di Mekah. Ia membaca buku Islam modern, yang dikarang oleh Jamaluddin Al Afghani. Pembaharuan dalam ajaran agama Islam menarik perhatian Agus Salim, beliau berkata “Islam bukanlah agama yang statis, tapi dinamis. Tidak beku, tetapi dapat mengikuti zaman sesuai dengan perkembangan zaman. Dasar agama Islam tidak boleh berubah, tetapi pelaksanaan dalam masyarakat harus disesuaikan dengan kemajuan zaman”. Agus Salim juga mempelajari berbagai agama lain sebagai bahan perbandingan dan untuk memperkuat keyakinan agamanya. Dengan memperbandingan agama Islam dengan agama-agama lain, kita akan semakin mantap melaksanakan syariat Islam. Agus Salim juga mempelajari bahasa Arab dengan sempurna dan mendalam. Pengetahuan tentang bahasa Arab diperlukan untuk mendalami agama Islam. Pengetahuannya bertambah luas tentang agama. Ia selalu mendapat bimbingan dari saudar sepupunya, Syekh Akhmad Khatib yang bermukim di Mekah. Setelah lima tahun di Arab, akhirnya Agus Salim fasih berbahasa Arab. Pada tahun 1911, Agus Salim kembali ke Indonesia dengan membawa titel Haji. Agus Salim segera pulang kampung untuk mendirikan sekolah. Ia mendirikan Hollands Inlandse School HIS atau sekolah dasar bumi putra. Di sekolah ini berlaku aturan yang istimewa, anak-anak yang cerdas namun tidak mampu akan dibebaskan dari uang sekolah. Pendidikan kebangsaan amat dipentingkan di sekolah ini. Agus Salim selalu berkata “Bibit kebangsaan perlu ditanamkan kepada anak-anak di samping pelajaran lainnya. Anak-anak yang bersekolah disini dipersiapkan untuk menjadi pemimpin, yang akan menggantikan pemimpin yang sudah tua”. Di tahun 1915 ia memasuki Sarekat Islam dan kemudian dipilih menjadi pemimpin bersama-sama dengan H.O.S Tjokroaminoto dan Abdul Muis, Agus Salim juga giat memimpin Kongres Al Islam I di Cirebon pada tahun 1921. Universitas Sumatera Utara 23 Tujuannya ialah untuk mencari cara mewujudkan persatuan aliran dan kerjasama di antara kaum muslimin. Perbedaan pendapat bukanlah mengenai hal pokok, tetapi hanya berbeda dalam pelaksanaannya. Agus Salim berusaha untuk mempersatukan kaum muslimin. Dalam kongres Al Islam II di Garut pada tahun 1922, Agus Salim menguraikan dengan panjang lebar tentang fungsi agama dan ilmu pengetahuan. Kemudian, ia juga melancarkan kecaman terhadap nafsu memperkaya diri yang berlebihan. Islam menolak nafsu itu dengan adanya larangan riba. Islam menolak nafsu itu berarti penolakan terhadap penjajah Belanda di Indonesia, yang hanya mengejar keuntungan dengan merugikan bangsa Indonesia. Islam menolak segala bentuk penjajahan. Islam tidak akan memaksakan pemeluk agama lain untuk menganut agama Islam. Agama itu berdasarkan kepada keyakinan, sedangkan keyakinan itu tidak bisa dipaksakan walaupun dengan kekuatan senjata sekalipun. Dalam Kongres Al Islam III tahun 1924, Agus Salim menguraikan tentang nasionalisme berdasarkan Islam. Juga bagaimana cara memajukan negeri berdasarkan cita-cita Islam. Pada tahun 1926 diadakanlah lagi kongres Al Islam IV di Surabaya. Diputuskan untuk mendirikan Muktamar Al Islami yang membicarakan soal khalifah. Rupanya pendapat ialah, bahwa khalifah atau pengganti Nabi Muhammad tidak perlu diadakan. Masing-masing berusaha memajukan agama Islam dan memperbanyak pemeluknya di negara masing- masing. Setahun kemudian, yaitu tahun 1927, Agus Salim dikirim ke Mekah untuk menghadapi Kongres Al Islam di Saudi Arabia. Kebetulan di dekat Aden, kapal yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Ia pindah ke kapal lain yang akan singgah di Sudan. Ketika kapal berlabuh di pelabuhan Sudan, Agus Salim ingin turun ke darat untuk meninjau. Akan tetapi, polisi Inggris di Sudan mencurigainya. Waktu itu Sudan dijajah Inggris. Mereka menganggap rombongan Agus Salim dari Indonesia sebagai orang-orang yang berbahaya. Mereka melarang Agus Salim menjejakkan kakinya di tanah Sudan. Ketika Agus Salim sampai di Mekah, Kongres Al Islam sudah selesai. Walaupun begitu, perjalanan Agus Salim tidak sia-sia. Ia diterima Raja Ibnu Sa’ud dengan kehormatan sebagai utusan dan wakil umat Islam Indonesia. Agus Universitas Sumatera Utara 24 Salim juga menjadi penasehat dari organisasi pemuda Islam Jong Islamieten Bond. Di depan pemuda-pemuda Agus Salim selalu berkata “Pemuda-pemuda Islam harus memajukan pengetahuannya dan hidup secara agama. Kebangsaan hendaknya dijiwai cita- cita keagamaan”. Tokoh terkemuka dari Jong Islamieten Bond ialah Moh. Roem, Kasman Singodimedjo, dan R. Samsurizal. Semuanya menjadi pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia di kemudian hari. Jong Islamieten Bond ikut dengan organisasi-organisasi pemuda lainnya dalam melahirkan deklarasi Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober di Jakarta. Pemuda Islam mempunyai cita-cita kebangsaan, dan mendukung segala usaha ke arah Indonesia Merdeka. Agus Salim juga mengajar mengaji Al Quran kepada anak-anak muda yang terpelajar. Beliau mengajarkan agama Islam dalam bahasa Belanda sehingga pemuda- pemuda itu benar-benar menjadi kagum dan yakin. Setelah Indonesia Merdeka, Agus Salim memasuki partai politik Islam Majelis Syura Muslimin Indonesia Masyumi. Pada waktu itu, seluruh partai politik dan organisasi Islam sesuai dengan cita-cita Agus Salim. Itulah yang menyebabkan beliau memasuki Masyumi. Dalam kongres Masyumi yang pertama di Yogyakarta, Agus Salim ingin agar persatuan seluruh umat Islam diikrarkan. Seluruh organisasi Islam dilebur ke dalam Masyumi dan dibentuklah pengurus pusat yang terdiri dari tokoh-tokoh terkemuka seperti Agus Salim, Moh. Roem, A.M Sangaji Penyedar, Abikusno, Arudji Kartawinata, Harsono Tjokroaminoto, Anwar Tjokroaminoto PSII, Dr. Sukiman, Wiwoho, Z.A. Achmad PII. Begitu pula perkumpulan sosial seperti Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama menggabungkan diri dalam Masyumi. Akan tetapi, pada tahun 1947 timbul perpecahan antara Masyumi dan PSII. Pada waktu itu, Agus Salim sedang berada di luar negeri. Dengan demikian, PSII dan Masyumi kembali menjadi partai politik Islam yang berdiri sendiri-sendiri. Agus Salim kecewa atas perpecahan ini. Seandainya beliau ada di Indonesia, mungkin perpecahan itu dapat dielakkan. Akhirnya, beliau keluar dari partai politik Islam. Agus Salim tidak masuk PSII maupun Masyumi. Walaupun demikian, Agus Salim tetap diakui sebagai pemimpin Islam terkemuka yang susah dicari tandingannya. Universitas Sumatera Utara 25 Ia tokoh pemersatu umat Islam di Indonesia. Walaupun beliau telah meninggalkan PSII maupun Masyumi, kedua partai politik Islam itu tetap menganggap Agus Salim sebagai pemimpin mereka. Agus Salim merupakan lambang dari persatuan umat Islam Indonesia. Pandangan agamanya tidak sempit, tetapi sangat luas sesuai dengan luasnya pengetahuan yang dimilikinya. Ia menghargai pendapat dan keyakinan orang lain. Agus Salim mempunyai sifat toleransi yang besar. Sebaliknya ia akan bersikap sebagai singa terhadap orang- orang atau golongan yang memusuhi Islam, Agus Salim berpendapat : “Toleransi berarti menghargai pendapat dan keyakinan orang lain. Akan tetapi, kita tidak dapat mentolerir golongan- golongan yang akan meng hancurkan Islam”.

2.3 Perjuangan dalam pergerakan Nasional hingga akhir perjalanan hidupnya