27 terdiri dari 1,3-butilen glikol, disodium edetat, nipagin, natrium metabisulfit,
trietanolamin, air suling. Sedangkan fase minyak terdiri dari asam stearat, gliseril monostearat, setil alkohol, oksibenzon dan petrolatum. Bahan
ditimbang terlebih dahulu, lalu fase minyak dilebur di atas penangas air menggunakan cawan penguap pada suhu ± 70-75
o
C massa I. Fase air dilarutkan pada air suling yang sudah dipanaskan massa II. Massa II
dimasukkan ke lumpang yang sudah dipanaskan kemudian ditambahkan secara perlahan-lahan massa I ke dalamnya sambil digerus konstan pada suhu
± 70
o
C sampai diperoleh massa krim dan dimasukkan oktilmetoksisinamat, digerus hingga homogen lalu dimasukkan minyak biji gandum dan gerus krim
hingga homogen Mitsui, 1997.
3.4.2 Evaluasi mutu fisik sediaan 3.4.2.1 Pengujian homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar Ditjen POM RI, 1979.
3.4.2.2 Pengamatan stabilitas sediaan
Pengamatan stabilitas sediaan dilakukan setelah sediaan selesai dibuat, dimana sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup bagian atasnya.
Penyimpanan dilakukan selama 12 minggu pada suhu kamar, bagian yang diamati berupa pemisahan fase, perubahan warna dan bau sediaan Ansel,
2005.
3.4.2.3 Pengukuran pH sediaan
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter.
Universitas Sumatera Utara
28 Alat terlebih dahulu dikalibrasi menggunakan larutan dapar standar
netral pH 7,01 dan larutan dapar standar asam pH 4,01 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air
suling, lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1 yaitu timbang 1 g sediaan dan dilarutkan dengan air suling sampai 100 ml.
Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter
merupakan pH sediaan . Dilakukan pengukuran pH dengan tiga kali pengulangan pada waktu
yang ditentukan saat selesai dibuat, minggu ke- 1, 4, 8 dan 12 dalam kondisi suhu ruangan saat penyimpanan.
3.4.2.4 Penentuan tipe emulsi sediaan
Penentuan tipe krim dilakukan dengan cara sejumlah tertentu diletakkan di kaca objek, ditambahkan satu tetes metilen biru, diaduk dengan
batang pengaduk, bila metilen biru tersebar merata berarti sediaan tipe minyak dalam air, tetapi jika warna hanya berupa bintik-bintik biru, berarti
sediaan tipe air dalam minyak Ditjen POM RI, 1985.
3.4.3 Pengujian iritasi pada sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi berjumlah 12 orang
dengan kriteria sebagai berikut Ditjen POM RI., 1985 :
1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan
Universitas Sumatera Utara
29 Pengujian iritasi dilakukan oleh 12 orang dengan menggunakan krim
tabir surya dengan konsentrasi tertinggi yaitu Formula 5 dimana mengandung minyak biji gandum sebanyak 12,5.
Lokasi uji tempel adalah bagian kulit di belakang telinga dimana dilakukan dengan mengoleskan sediaan uji pada lokasi pengujian, dibiarkan
terbuka selama ±24 jam, lalu amati reaksi kulit yang terjadi Ditjen POM., 1985. Krim tabir surya yang dipakai adalah 2 mgcm
2
dan seluas area belakang telinga. Reaksi yang diamati adalah terjadinya ekzem khas pada
daerah uji atau terjadinya gatal-gatal pada daerah uji. Gejala ini tampak seperti terjadi edema pada daerah kulit yang merah.
Tanda-tanda untuk mencatat reaksi uji tempel adalah sebagai berikut: 1.
Tidak ada reaksi 2.
Eritema +
3. Eritema dan papula
++ 4.
Eritema, papula dan gelembung vesikula +++
5. Edema dan gelembung
++++ 3.4.4
Penentuan nilai SPF sediaan 3.4.4.1 Penyiapan sampel
Sebanyak lebih kurang 1 gram krim tabir surya ditimbang seksama kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan dengan
alkohol 96 sampai pada garis tanda, larutan dikocok lalu disaring dengan kertas saring. 10 ml filtrat pertama dibuang. Sebanyak 5 ml alikuot dipipet,
lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml kemudian diencerkan dengan alkohol 96 sampai garis tanda. Sebanyak 5 ml larutan alikuot dipipet,
kemudian dimasukkan ke dalam labu 25 ml kemudian diencerkan dengan
Universitas Sumatera Utara
30 alkohol 96 sampai garis tanda, akan memperoleh konsentrasi 200 ppm
Dutra, et al., 2004. Cara perhitungan konsentrasi kuvet 200 ppm dapat dilihat padaLampiran 20, halaman 65.
3.4.4.2 Penentuan nilai SPF
Nilai SPF dihitung dengan menggunakan persamaan Mansur karena khusus menghitung absorbansi pada panjang gelombang UVB, seperti kita
ketahui bahwa SPF hanya menunjukkan perlindungan terhadap sinar UVB, namun pada saat pengukuran dilakukan hingga panjang gelombang 400 nm
sebagai informasi tambahan mengenai serapan sampel hingga panjang gelombang tersebut. Spektrum serapan sampel diperoleh dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 290-400 nm dengan alkohol 96 sebagai blanko, nilai serapan dicatat setiap interval 5
nm pada panjang gelombang 290-320 nm dan interval 10 nm panjang gelombang 320-400 nm. Nilai serapan yang diperoleh dikalikan dengan EE x
I untuk masing-masing interval. Nilai EE x I tiap interval dapat dilihat pada Tabel 2.2. Jumlah EE x I yang diperoleh dikalikan dengan faktor koreksi
akhirnya diperoleh nilai SPF dari sampel yang diuji. SPF = CF x
∑ x
320 290
Abs x EE x I Keterangan:
CF = Faktor koreksi EE = Spektrum Efek Erytemal
I = Spektrum Intensitas dari Matahari
Abs= Absorbansi dari sampel
Universitas Sumatera Utara
31
Tabel 3.2 Nilai EE x I Spektrum efek erytemal x spektrum intensitas dari
matahari
Nilai EE x I dan faktor koreksi adalah suatu konstanta dimana nilai EE x I dari panjang gelombang 290-320 nm dan setiap selisih 5 nm dan faktor
koreksi 10 telah ditentukan oleh Sayre dan kawan-kawan 1979, seperti pada Tabel 2.2 di atas.
Pengukuran dilakukan dengan perlakuan yang sama sebanyak 6 kali untuk masing-masing formula. Untuk mengetahui adanya perbedaan nilai
SPF yang bermakna antar formula dilakukan uji statistik menggunakan metode ANOVA Analysis of Variance dengan program SPSS Statistical
Package for the Social Sciences dengan taraf tingkat kepercayaan 95. Panjang gelombang nm
EE x I 290
0,0150 295
0,0817 300
0,2874 305
0,3278 310
0,1864 315
0,0839 320
0,0180 Total
1
Universitas Sumatera Utara
32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembuatan Sediaan Krim Tabir Surya
Sediaan krim tabir surya dibuat dengan menggunakan formula standar krim tabir surya Mitsui 1997, formula tersebut dimodifikasi dengan tanpa
menggunakan titanium dioksida, dan penambahan minyak biji gandum sebagai bahan aktif. Konsentrasi minyak biji gandum yang digunakan adalah 5, 7,5,
10 dan 12,5. Warna krim tabir surya yang dihasilkan pada Formula 0 basis krim
adalah putih, sedangkan Formula 1 basis krim + oksibenzon + oktil metoksisinamat, Formula 2 minyak biji gandum 5, Formula 3 minyak biji
gandum 7,5, Formula 4 minyak biji gandum 10 dan Formula 5 minyak biji gandum 12,5 berwarna putih kekuningan, yang jika semakin tinggi konsentrasi
minyak biji gandum semakin kuning juga warna krim yang dihasilkan dan memiliki wangi khas dari minyak tersebut. Hasil sediaan dapat dilihat pada
Lampiran 2, halaman 46.
4.2 Evaluasi Mutu Fisik Sediaan 4.2.1 Pengujian homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sejumlah tertentu sediaan yang jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok,
maka sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar Ditjen POM RI, 1979.
Universitas Sumatera Utara