11 kulit menjadi sel yang mati, protoplasmanya mengering menjadi keras,
gepeng, tanpa inti yang disebut sel tanduk. Sel tanduk ini akan secara kontinu lepas dari permukaan kulit dan diganti oleh sel yang terletak
dibawahnya Wasitaatmadja, 1997. 8.
Sintesis vitamin D Kulit dapat membentuk Vitamin D dari bahan baku 7-dehidroksi
kolesterol dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih lebih rendah dari kebutuhan tubuh sehingga diperlukan tambahan
vitamin D dari luar melalui makanan Wasitaatmadja, 1997. Vitamin D dapat diperoleh dari susu, keju, telur, tahu, kedelai, minyak hati ikan
kod, ikan salmon dan jamur.
2.2 Sinar Matahari dan Efeknya Terhadap Kulit
Radiasi ultraviolet adalah bagian dari spektrum radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh matahari Sukma, 2015. Radiasi ultraviolet memiliki
panjang gelombang di antara 200-400 nm. Panjang gelombang di bawah 290 nm diserap oleh ozon di stratosfer dan tidak mencapai permukaan bumi. Pembagian
panjang gelombang berdasarkan reaksi kulit pada manusia terbagi menjadi UV A, UV B dan UV C. UV A 320-400 nm tidak banyak terserap oleh protein dan
asam nukleat dan tidak menyebabkan eritema pada kulit normal dengan dosis sedang tanpa adanya perlindungan kimia. UV B 290-320 nm dapat
menyebabkan eritema. UV B juga dapat menyebabkan kulit terbakar atau sunburn. UV C 200-290 nm secara biologi sangat aktif, tetapi tidak mencapai
permukaan bumi. Dari ketiga jenis sinar UV, semuanya dapat berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh. Namun, dalam penelitian atau percobaan, banyak
Universitas Sumatera Utara
12 digunakan lampu merkuri tekanan rendah dengan panjang gelombang 254 nm
sebagai sumber sinar UV Parish, et al., 1983.
Gambar 2.3 Pembagian panjang gelombang sinar UVwww.ultraviolet.com
Penyinaran matahari mempunyai 2 efek, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan, tergantung dari frekuensi dan lamanya sinar matahari
mengenai kulit, intensitas sinar matahari serta sensitifitas seseorang Ditjen POM RI, 1985. Efek yang ditimbulkan oleh sinar matahari:
1. Efek yang bermanfaat Penyinaran matahari yang sedang, secara psikologi dan fisiologi
menimbulkan rasa nyaman dan sehat. Dapat merangsang peredaran darah, serta meningkatkan pembentukan hemoglobin. Sinar matahari
dapat mengubah 7-dehidrokolesterol provitamin D3 yang terdapat pada epidermis dan diaktifkan menjadi vitamin D3. Sinar matahari juga
merangsang pembentukan melanin sehingga dapat berfungsi sebagai pelindung tubuh alami terhadap sengatan matahari selanjutnya Ditjen
POM RI, 1985.
Universitas Sumatera Utara
13 2. Efek yang merugikan
Penyinaran matahari mempunyai efek yang merugikan. Sinar matahari menyebabkan eritema ringan hingga luka bakar yang nyeri pada
kasus yang lebih parah. Umumnya eritema tersebut terjadi 2-3 jam setelah sengatan surya, gejala tersebut akan berkembang dalam 10-24
jam. Sengatan surya akan merusak lapisan bertaju, mungkin karena proses denaturasi protein. Kerusakan sel tersebut menyebabkan
terlepasnya mediator seperti histamin, sehingga terjadinya pelebaran pembuluh darah dan eritema, juga menyebabkan edema kulit dan
merangsang sel basal untuk berproliferasi. Lukar bakar ringan dapat sembuh dalam waktu 24-36 jam, luka bakar lebih parah dapat sembuh
dalam 4-8 hari. Jika inflamasi berkurang maka terjadi pengelupasan kulit. Sengatan surya yang berlebihan dapat menyebabkan kelainan kulit dari
dermatitis ringan yang hanya bersifat gatal dan kemerahan hingga kanker kulit. Orang kulit putih lebih mudah terserang kanker kulit dibandingkan
dengan orang kulit hitam Ditjen POM RI, 1985.
Gambar 2.4 Penetrasi sinar UV pada kulit
Universitas Sumatera Utara
14 Radiasi UV yang berperan dalam kesehatan manusia terdiri dari UV A
dan UV B. Sebanyak 95-98 radiasi UV yang mencapai permukaan bumi terdiri dari UV A, sedangkan sisanya sekitar 2-5 adalah sinar UV B. Intensitas UV A
dalam sinar matahari mencapai 500-1000 kali lebih besar dibandingkan UV B Sukma, 2015. UV B merupakan sinar ultraviolet yang efektif menembus bumi
dan mengakibatkan kerusakan pada kulit manusia. Kerusakan yang terjadi oleh karena radiasi UV B adalah lebih pada kerusakan DNA sel yang merupakan
kromofornya. Gejala kerusakan yang terjadi akibat penyerapan UV B ke epidermis berupa eritema. Panjang gelombang dari ultraviolet yang paling efektif
menyebabkan eritema yaitu 250-290 nm dan semakin berkurang efek eritemanya seiring dengan bertambahnya panjang gelombang Sukma, 2015. UV A dapat
menyebabkan inflamasi, pigmentasi, photoaging, imunosupresi dan kanker Ho, 2001.
2.3 Mekanisme Perlindungan Alami Kulit