BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Batu Saluran Kemih
Batu saluran kemih atau BSK adalah terbentuknya batu di saluran kemih yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang
jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi Lina, 2008.
Berdasarkan tempat pembentukannya, batu urin ini dapat dibagi 2 menjadi batu ginjal dengan ukuran bervariasi mulai dari partikel kecil sampai batu
staghorn yang besar dimana dapat mengisi seluruh pelvis renal dan batu kandung kemih. Batu ginjal ini berbeda dengan batu kandung kemih baik dari susunan
kimia, epidemiologi dan gambaran kliniknya. Batu ginjal terutama terdapat pada dewasa dengan golongan sosial ekonomi menengah atas, sedangkan batu kandung
kemih banyak terdapat pada anak dengan sosial ekonomi yang jelek dan biasanya berhubungan dengan malnutrisi.
Berdasarkan lokasi, batu urin dapat dibagi menjadi batu urin bagian atas dimana batu berada dalam atau ginjal atau ureter, dan batu urin bagian bawah
dimana batu berada dalam kandung kemih dan uretra. Pada umumnya batu urin bagian atas ini merupakan batu ginjal Bahdarsyam, 2003.
2.2. Epidemiologi
Batu saluran kemih merupakan penyakit endemik di seluruh dunia pada abad ke-19. Sejak tahun1920, angka kejadian penyakit ini di Eropa dan Amerika
berangsur menurun, namun masih bersifat endemik di negara-negara Asia Selatan, Timur Tengah dan Eropa Selatan. Angka kejadian batu saluran kemih pada anak
sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain, dan dari masa ke masa.Dari penelitian yang dilakukan di Amerika didapatkan penyakit batu saluran kemih
Universitas Sumatera Utara
menyumbang pada 1 dari setiap 685 kasus yang memerlukan rawat inap. Manakala suatu penelitian yang dilakukan di Sumatera Barat mendapatkan batu
buli-buli sebesar 8,3100.000 populasi dan penelitian di RSCM Jakarta, antara tahun 1982-1986, didapatkan 196 penderita BSK pada anak Trihono, 2009.
2.3. Patogenesis
Ada 5 teori patogenesis pembentukan batu saluran kemih pada umumnya:
1. Teori supersaturasi
Urin mempunyai kemampuan melarutkan lebih banyak zat yang terlarut bila dibandingkan dengan air biasa. Campuran beberapa
ion aktif dalam urin menimbulkan interaksi sehingga mempengaruhi kelarutan elemen-elemen urin. Bila konsentrasi zat-
zat yang relatif tidak larut dalam urin seperti kalsium, aksalat, fosfat, dan sebagainya makin meningkat dalam urin, maka akan
terbentuk kristalisasi zat-zat tersebutTrihono, 2009. 2.
Teori nukleasi adanya nidus Nidus atau nukleus yang terbentuk, akan menjadi inti presipitasi
yang kemudian terjadi. Zatkeadaan yang dapat bersifat sebagai nidus adalah ulserasi mukosa, gumpalan darah, tumpukan sel epitel
atau pus, bahkan juga bakteri, jaringan nekrotik iskemi yang berasal dari neoplasma atau infeksi, dan benda asingTrihono,
2009. 3.
Teori tidak adanya inhibitor Supersaturasi kalsium, oksalat dan asam urat dalam urin
dipengaruhi oleh adanya inhibitor kristalisasi. Pada penderita BSK, biasanya tidak didapatkan zat yang bersifat sebagai penghambat
dalam pembentukan batu. Magnesium, sitrat, dan pirofosfat dapat menghambat nukleasi spontan kristal kalsium. Zat lain mempunyai
Universitas Sumatera Utara
peranan inhibitor, antara lain : asam amino, terutama alanin, sulfat, fluoride, dan sergTrihono, 2009.
4. Teori epitaksi
Epitaksi adalah peristiwa pengendapan suatu kristal di atas di atas permukaan kristal lain. Misalnya, bila supersaturasi urin oleh asam
urat telah terjadi oleh suatu sebab, misalnya masukan purin yang meningkat, maka konsentrasi asam urat meninggi sehingga terjadi
pembentukan kristal asam urat. Bila pada penderita ini kemudian terjadi peningkatan masukan kalsium dan oksalat, maka akan
terbentuk kristal kalsium oksalat. Kristal kalsium oksalat ini kemudian akan menempel di permukaan kristal asam urat yang
telah terbentuk sebelumnya, sehingga ditemukan batu saluran kemih yang intinya terjadi atas asam urat yang dilapisi oleh
kalsium oksalat di bagian luarnyaTrihono, 2009. 5.
Teori kombinasi Pertama, fungsi ginjal harus cukup baik untuk dapat mengekskresi
zat yang dapat membentuk kristal secara berlebihan. Kedua, ginjal harus dapat menghasilkan urin dengan pH yang sesuai untuk
kristalisasi. Dari kedua hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa ginjal harus mampu melakukan ekskresi suatu zat secara
berlebihan dengan pH urin yang sesuai sehingga terjadi presipitasi zat-zat tersebut. Ketiga, urin harus tidak mengandung sebagian
atau seluruh inhibitor kristalisasi. Keempat, kristal yang telah terbentuk harus berada cukup lama dalam urin, untuk dapat saling
beragregasi membentuk nukleus, yang selanjutnya akan menganggu aliran urin. Stasis urin yang terjadi memegang peranan
penting dalam pembentukan batu saluran kemih, sehingga nukleus yang telah terbentuk dapat tumbuhTrihono, 2009; Hulton 2000.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Klasifikasi dan komposisi batu