b. Efesiensi saluran distribusi: perbandingan antara air yang diterima pada
pintu inlet areal irigasi dengan air yang dialirkan dari inlet blok areal irigasi
c. Efesiensi penggunaan di areal: perbandingan antara air yang tersdia untuk
tanaman dengan air yang diterima dari inlet areal. d.
Efesiensi proyek: perbandingan-perbandingan air yang tersedia langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman dengan air yang dialirkan dari pintu
pengambilan headwork. Efesiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata
yang terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang keluar dari pintu pengembilan intake. Efesiensi irigasi terdiri atas efesiensi
pengaliran yang pada umumnya terjadi dijaringan utama dan efesiensi di jaringan sekunder yaitu dari bangunan pembagi sampai petak sawah. Efesiensi irigasi
didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang baik di saluran maupun dipetak sawah. Kehilangan air yang diperhitngkan untuk operasi
irigais meliputi kehilangan air tersebut dipengaruhi oleh panjang saluran, luas permukaan saluran, keliling basah saluran dan kedudukan air tanah.
Pada dasarnya, semua kehilangan air yang mempengaruhi efesiensi irigasi berlangsung selama proses pemindahan air dari sumbernya kelahan pertanian dan
selam pengolahan lahan pertanian.
2.9 Neraca Air
Neraca air water balance merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air
tersebut kelebihan surplus ataupun kekurangan defisit.
Universitas Sumatera Utara
Kegunaan mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit dapat mengantisipasi bencana yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk
mendayagunakan air sebaik-baiknya. Manfaat secara umum yang dapat diperoleh dari analisis neraca air antara
lain: 1.
Digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpana dan pembagi air serta saluran-salurannya. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air
didapat banyak bulan-bulan yang defisit air. 2.
Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan
yang surplus air. 3.
Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti tanaman pangan – hortikultura, perkebunan, kehutanan hingga
perikanan. Neraca air bertujuan untuk mengetahui neraca ketersedian dan kebutuhan
air pada suatu sistem irigasi, yang digunakan untuk menetapkan pola tanam dan jenis tanam. Kebutuhan air irigasi dan ketersedian air irigasi harus dalam keadaan
seimbang baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau. Konsep neraca air pada dasarnya menunjukkan keseimbangan antara
jumlah air yang masuk ke yang tersedi did an keluar dari sistem atau sub sistem tertentu, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.2
MASUKAN Qs KELUARAN Qd
Gambar 2.3 Skema Neraca Air
SISTEM
Universitas Sumatera Utara
Neraca air dapat dirumuskan sebagai berikut: S = Qs ± Qd ………………………………………………………2.28
di mana S = Neraca air, Qs = Debit tersedia literdetik, Qd = Debit yng dibutuhkan untuk irigasi literdetik.
Dalam perhitungan neraca air, kebutuhan pengambilan yang dihasilkan untuk pola tanam yang dipakai akan dibandingkan dengan debit andalan
untuk tiap setengah bulan dan luas daerah yang biasa diairi. Apabila debit melimpah, maka luas daerah irigasi ialah tetap karena lujas maksimum
daerah layanan direncanakan sesuai dengan pola tanam yang dipakai. Bila debit tidak berlimpah dan kadang-kadang terjadi kekurangan debit, maka
ada 3 pilihan yang bisa dipertimbangkan KP 01, 1986 a.
Luas daerah irigasi dikurangi b.
Melakukan modifikasi dalam pola tanm Dapat diadakan perubahan dalam pemilihan tanaman atau tanggal
tanam untuk mengurangi kebutuhan air irigasi di sawah ldtha agar ada kemungkinan untuk mengairi areal yang lebih luas dengan debit
yang tersedia c.
Rotasi teknisgolongan Untuk mengurangi kebutuhan puncak air irigasi. Rotasi teknis atau
golongan mengakibatkan eksploitasi yang lebih kompleks dan dianjurkan hanya untuk proyek irigasi yang luasnya sekitar 10000 ha
atau lebih.
BAB III
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang