Selain sumber stresor diatas, stres yang dialami manusia dapat berasal dari berbagai sumber dari dalam diri seseorang, keluarga dan lingkugan.Sumber stres
dalam diri sendiri pada umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah berbagai permasalahan
yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan suatu stres. Sumber stres di dalam keluarga ditandai dengan
adanya perselisihan masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga. Permasalahan ini akan selalu menimbulkan suatu
keadaan yang dinamakan stres.Sumber stres didalam masyarakat atau lingkungan ini dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat pada umumnya, seperti lingkungan
pekerjaan, secara umum disebut sebagai stres pekerja karena lingkungan fisik, dikarenakan kurangnya hubungan interpersonal serta kurangnya adanya
pengakuan di masyarakat sehingga tidak dapat berkembang Hidayat, 2007.
2.7 Tahapan Stres
Stres dapat terjadi melalui beberapa tahapan. Amberg 1979 dalam Sunaryo, 2013 tahapan stres meliputi: Stres tahap pertama paling ringan, yaitu stres yang
disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, dan mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki. Stres
tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau letih, cepat capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak
dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, otot tengkuk dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai. Stres
tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur kadang-kadang diare, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga
Universitas Sumatera Utara
dan sulit tidur kembali, bangun terlalu pagi, dan sulit tidur kembali, koordinasi tubuh terganggu, dan jatuh pingsan. Stres tahap keempat, yaitu tahapan yang
disertai rasa keluhan, tidak mampu bekerja sepanjang hari loyo, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respons tidak adekuat, kegiatan rutin
terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan. Stres tahap kelima, yaitu
tahapan stres yang ditandai kelelahan fisik dan mental, ketidakmampuan menyesuaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat,
meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik. Stres tahap keenam paling berat, yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti jantung berdebar
keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin dan banyak keluar keringat, loyo, serta pingsan.
2.8 Faktor Pengaruh Respons Terhadap Stresor
Respons terhadap stresor yang diberikan setiap individu akan berbeda berdasarkan faktor yang akan mempengaruhi dari stresor tersebut, dan koping
yang dimiliki individu, diantara stresor yang dapat mempengaruhi respons tubuh antara lain Hidayat, 2007 :
a Sifat stresor merupakan faktor yang dapat mempengaruhi respons tubuh
terhadap stresor. Sifat stresor ini dapat berupa tiba-tiba atau berangsur- angsur, sifat ini pada setiap individu dapat berbeda tergantung dari
pemahaman tentang arti stresor. b
Durasi stresor atau dengan istilah lamanya stresor yang dialami klien akan mempengaruhi respon tubuh. Apabila stresor yang dialami lebih lama,
Universitas Sumatera Utara
maka respons yang dialaminya juga akan lebih lama dan dapat mempengaruhi dari fungsi tubuh yang lain.
c Jumlah stresor yang dialami seseorang dapat menentukan respons tubuh.
Semakin banyak stresor yang dialami pada seseorang, dapat menimbulkan dampak yang besar bagi fungsi tubuh juga sebaliknya dengan jumlah
stresor yang dialami banyak dan kemampuan adaptasi baik, maka seseorang akan memiliki kemampuan dalam mengatasinya.
d Pengalaman masa lalu juga dapat mempengaruhi respons tubuh terhadap
stresor yang dimiliki. Semakin banyak stresor dan pengalaman yang dialami dan mampu menghadapinya, maka semakin baik dalam
mengatasinya sehingga kemampuan adaptifnya semakin baik pula. e
Tipe kepribadian seseorang juga dapat mempengaruhi respons terhadap stresor. Apabila seseorang yang memiliki tipe kepribadian A, maka lebih
rentan terkena stres dibandingkan dengan tipe kepribadian B. Tipe kepribadian A memiliki ciri ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar,
mudah tegang, mudah tersinggung, mudah marah, memiliki kewaspadaan yang berlebihan, bicara cepat, bekerja tidak kenal waktu, pandai
berorganisasi dan memimpin atau memerintah, lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan, kaku terhadap waktu, ramah, tidak mudah
dipengaruhi, bila berlibur pikirannya ke pekerjaan yang lain-lain. Sedangkan tipe kepribadian B memiliki ciri tidak agresif ambisinya wajar-
wajar, penyabar, senang, tidak mudah tersinggung, tidak murah marah, cara bicara tidak tergesa-gesa, perilaku tidak interaktif, lebih suka
Universitas Sumatera Utara
kerjasama, mudah bergaul, dan lain-lain atau merupakan kebalikan dari tipe kepribadian A.
f Tingkat perkembangan pada individu ini juga dapat mempengaruhi
respons tubuh dimana semakin matang dalam perkembangannya, maka semakin baik pula kemampuan untuk mengatasinya. Dalam perkembangan
kemampuan individu dalam mengatasi stresor dan respons terhadapnya berbeda-beda dan stresor yang dihadapinya pun berbeda. Mahasiswa yang
mengalami tahap perkembangan dewasa muda dan dewasa tengah mendapatkan stresor yang berasal dari pernikahan, pekerjaan yang
meninggalkan rumah, lingkungan pekerjaan yang baru, melanjutkan pendidikan, membesarkan anak, menerima proses penuaan, dan status
sosial.
2.9 Reaksi Tubuh Terhadap Stres