Hasil Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinjauan Sistem manajemen risiko infeksi Proses sistem manajemen risiko infeksi Evaluasi proses sistem manajemen risiko infeksi 6. Keterlibatan IPCLN 7. Penyediaan sarana dan prasarana 8. Kegiatan cuci tangan Keterlibatan petugas Partisipasi petugas: 1. Ikut berpartisipasi sesuai standar operasional, tindakan sesuai prosedur Peranan kepala ruang, IPCN, IPCLN: 2. Mengawasi, memantau, mengingatkan terkait penggunaan APD, pelaksanaan cuci tangan, pelaksanaan 5 moment 3. Melaporkan kegiatan surveilans melalui SIM Adanya keterlibatan dan partisipasi petugas kesehatan dalam pelaksanaan penurunan HAIs di unit Komunikasi dan informasi Penyebaran informasi : 1. Komunikasi dan informasi didapatkan dengan mudah dapat diakses melalui komputer di masing-masing unit 2. Informasi terbaru didapatkan melalui diskusi, pertemuan rapat, pelatihan, pelaporan, media posterleafleat 3. IPCLN menyampaikan informasi ke unit tugas masing-masing Transfer informasi dari PPI ke petugas kesehatan di unit lebih mudah Pengaruh pimpinan Peranan pimpinan : 1. Memiliki kontribusi yang besar 2. Pimpinan sangat mendukung program PPI Kekurangan peran pimpinan yang dirasakan : 1. Kurang adanya peran langsung dari pimpinan 2. Tidak ada evaluasi atau umpan balik untuk perbaikan 3. Belum adanya reward-punishment Ada dukungan penuh, dari pimpinan yang proaktif dalam pelaksanaan PPI Budaya sadar risiko HAIs Budaya sadar risiko : Semua sudah sadar risiko infeksi Kegiatan yang dapat menurunkan dan mencegah infeksi : 1. Cuci tangan 2. Menggunakan APD Perilaku budaya sadar risiko : 1. Pelaksanaan kadang untuk pemakaian APD ada yang masih belum sesuai 2. Kepatuhan cuci tangan belum optimal 3. Kadang masih lupa 6 langkah cuci tangan dan melewatkan pelaksanaan 5 moment Budaya sadar risiko infeksi sudah ada tetapi perilaku sadar risiko masih belum optimal Hambatan pelaksanaan Kendala pelaksanaan program : 1. Kelengkapan pengadaan sarana prasarana di unit Kendala bersumber dari sumber daya manusia yang kurang Tinjauan Sistem manajemen risiko infeksi Proses sistem manajemen risiko infeksi Evaluasi proses sistem manajemen risiko infeksi 2. Kesulitan pelaksanaan pencegahan seperti kelupaan cuci tangan, kelupaan 5 moment 3. Kesulitan mengubah kebiasaan 4. Sumber daya yang kurang memadai 5. Setiap petugas memiliki karakteristik yang unik memadai dan kesulitan mengubah kebiasaan Kerjasama Kerjasama antar tim PPI ke setiap unit : 1. Sudah berjalan cukup baik, komunikasi terjalin baik 2. Pelaksanaan kerjasama dirasakan masih kurang maksimal di ruang OK Kerjasama OK dan CSSD terkendala SDM CSSD Pelaksanaan kerjasama dirasa masih kurang maksimal di ranap, ralan, dan OK Harapan petugas Harapan perubahan, dukungan, dan perbaikan : 1. Meningkatkan kepatuhan cuci tangan 2. Berperilaku yang baik untuk menjaga HAIs 3. Ada pengontrolan, evaluasi yang rutin dan berkala 4. Adanya reward-punishment 5. Adanya feedback 6. Sikap profesional, perbaikan sikap dari individu yang sesuai standar Dukungan yang proaktif dari petugas 2.Identifikasi Risiko HAIs Tabel 4.3 Identifikasi risiko dalam manajemen risiko HAIs Kegiatan apa yang terlibat ? siapa yang berisiko? Apa yang menjadi sumber potensial dari agen infeksius Bagaimana HAIs itu dapat bertransmisi? Risiko Kemungkinan penyebab Penularan secara langsung dengan kontak : kulit Petugas kesehatan Pasien 1. kontaminasi tangan petugas kesehatan 2. alat atau instrument kesehatan 3. pengunjung atau lingkungan sekitar area perawatan pasien Transmisi kontak secara langsung dan tidak langsung 1. Penularan penyakit menular melalui kontak kulit 2. Perpindahan kuman seperti bakteri, virus, fungiparasit Hygiene perseorangan petugas, pasien, pengunjung Pembedahan, luka pada kulit Tindakan prosedur yang menembus kulit, membran mukosa, tindakan invasifpemasangan, pemberian cairan infustransfusi darah, lumbal fungsi, biopsi Pasien Petugas kesehatan, area ruangan perawatan pasien Pasien 1. tangan petugas kesehatan 2. alat atau instrumen kesehatan set medikasi, peralatan operasi 3. darah atau cairan lain yang berasal dari tubuh pasien 1. tangan petugas kesehatan 2. teknik yang masih kurang 3. peralatan yang terkontaminasi Penularan kontak secara langsung dan tidak langsung. Kontak 1. Terjadi infeksi IDO, IADP, ISK plebitis, dekubitus 2. Lamanya perawatan 3. Tertundanya kepulangan pasien 4. Kecacatankematian 1. Hygiene perseorangan 2. Sterilisasi alat 3. Pelaksanaan SOP yang kurang tepat 4. Tidak menggunakan APD Penggunaan benda tajam dan objek yang berpotensi terkontaminasi Petugas kesehatan yang tertusuk jarum 1. darah 2. cairan atau zat lain dari tubuh pasien pus, air seni, saliva air liur Kontak 1. Tertusuk jarum 2. Penularan penyakit menular hepatitis, HIV AIDS 1. Keselamatan kerja petugas dan keselamatan pasien 2. Infeksi Prosedur untuk sistem pernafasan seperti penggunaan suction, nebulizer, pemberian O 2, ventilator Petugas kesehatan Area ruangan perawatan pasien 1. sekret mukosa seperti droplet dari batuk, bersin 2. aerosol atau penyegar udara 1. Airborne TB 2. Droplet influenza 3. Kontak tidak langsung dengan lingkungan perawatan atau bangsal yang terkontaminasi melalui droplet 1. Masuk dan berkembangnya virus dan bakteri di bendabahan atau alat yang tercemar 3. Penularan penyakit : TB, influenza 4. Infeksi VAP 1. Hygiene perseorangan petugas 2. Pelaksanaan SOP yang kurang tepat 3. Penggunaan APD yang kurang optimal Kegiatan yang berkaitan kontak fisik dengan pengolahan limbah atau pembersihannya Petugas kesehatan Area perawatan pasien darah dan cairan atau zat lain yang berasal dari tubuh pasien Kontak 1. Penularan penyakit 2. Infeksi 1. Penggunaan APD yang kurang 2. Tidak menggunakan APD 3. Pengelolaan sanitasi RS yang kurang optimal Kegiatan yang terlibat kontak fisik dengan limbah pasien atau kontaminasi laundry, pakaian atau peralatan contoh pengolahan linen, cleaning service Petugas kesehatan Area perawatan pasien atau rumah sakit darah dan cairan atau zat lain yang berasal dari tubuh pasien Kontak 1. Penularan penyakit 2. Infeksi 1. Penggunaan APD yang kurang 2. Tidak menggunakan APD 3. Pengelolaan sanitasi RS yang kurang optimal Apakah ada kegiatan yang melibatkan penggunaan semprotan atau debu? seperti kegiatan membersihkan, penyemprotan, atau menyapu Petugas kesehatan dan orang-orang lainnya, staff, pengunjung yang berada di area rumah sakit penyegar udara yang pada umumnya digunakan pada saat membersihkan ruangan Airborne 1. Menghirup debu 2. Masuknya virusbakteri yang ada di dalam udara 3. Gangguan saluran pernafasan TB, influenza 4. Infeksi 1. Kurang ventilasi 2. APD yang kurang 3. Tidak menggunakan APD 4. Kebersihan dan sanitasi rumah sakit 5. Tingkat kepadatan ruangan Pelayanan kesehatan yang diberikan selama di lingkungan klinis Pasien dan petugas kesehatan kontaminasi dalam area perawatan pasien atau rumah sakit Kontak tidak langsung 1. Menghirup debu 2. Masuknya virusbakteri yang ada di dalam udara 3. Gangguan saluran pernafasan TB, influenza 4. Infeksi 1. Kurang ventilasi 2. Kebersihan dan sanitasi rumah sakit 3. Tingkat kepadatan ruangan Tabel 1.2 diatas menjabarkan terkait identifikasi HAIs berdasarkan kegiatan atau tindakan yang dilakukan di rumah sakit yang dapat memicu kejadian HAIs, siapa yang beresiko sumber risiko, dan cara transmisi infeksi tersebut. Identifikasi risiko HAIs yang dijelaskan diatas memiliki yang risiko untuk mendapatkan infeksi dari rumah sakit adalah petugas kesehatan, pasien, pengunjung dan area perawatan atau lingkungan rumah sakit. Risiko-risiko yang ditemukan dan di analisis antara lain dari tabel 1.2 tersebut yaitu 1 penularan penyakit menular melalui kontak langsung dan tidak langsung,2 perpindahan, masuk dan berkembangnya mikroorganisme, 3 Masuknya virusbakteri yang ada di dalam udara gangguan pernafasan TB, influenza, 4 terjadinya infeksi IDO, VAP, ISK, IADP, plebitis dan dekubitus, 5 lama perawatan, tertundanya kepulangan, kecacatan atau bahkan kematian. 3.Analisis risiko HAIs N O POTENSIAL RISKMASA LAH PROBABILITY RISKIMPACT HEALTH,FINACIAL,LEGAL,REGULATORY Current systemspreparedness Score E X P E C I T L IK E LY M A Y B E R A T E N E V E R Catastrop ic Loss lifelimb function financial Serious Loss Function financiall egal Prolonged length of stay Moderate clinicalfin ancial Minimal cilinical financial N on e po or F ai r G oo d S ol id 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 Healthcare Acquired Infection a IDO 4 3 3 24 b VAP 1 3 1 4 c IADP 1 3 4 7 d ISK 4 3 1 16 e Phlebitis 5 3 1 20 f Dekubitus 5 3 1 20 Tabel 4.4 Program Infection Control Risk Assesment ICRA HAIs Berdasarkan tabel 1.3 diatas berhubungan dengan Infection Control RiskAssesmentICRA HAIs yang di analisis terdapat potensial masalah HAIs, kemungkinan probability, risiko atau dampak riskimpact, sistem yang ada current systemspreparedness. Jenis HAIs yang menjadi potensial masalah yaitu IDO, VAP, IADP, ISK, Phlebitis dan dekubitus. Kemungkinan terjadi kejadian jenis HAIs tersebut apabila IDO dan ISK dinilai agak sering terjadi likely di tingkat risiko : 4, untuk VAP dan IADP kemungkinan terjadi tidak pernah never tingkat risiko: 1, kemudian kemungkinan kejadian phlebitis dan dekubitus sering terjadi expect it tingkat risiko : 5. Risiko atau dampak pada masalah HAIs tingkat risiko : 3, yang artinya setiap kasus yang memperpanjang perawatan prolonged length of stay. Pada penilaian sistem yang ada current systemspreparedness untuk jenis HAIs IDO pada level risiko 3 yaitu fair artinya peraturan ada, fasilitas ada, tidak dilaksanakan. Pada jenis HAIs IADP untuk penilaian sistem yang ada pada level risiko 4 poor artinya peraturan ada, fasilitas ada, tidak dilaksanakan. Kemudian untuk jenis HAIs VAP, phlebitis dan dekubitus dinilai pada level risiko 1 yaitu solid peraturan ada, fasilitas ada dilaksanakan. Tabel 4.5 Analisis risiko HAIs Risiko HAIs Kemungkinan penyebab Karakterisitik yang meningkatkan risiko Karateristik yang menurunkan risiko IDO 1. Hygiene perseorangan 2. Sterilisasi alat 3. Pelaksanaan SOP yang kurang tepat 4. Tidak menggunakan APD 1. Jumlah pasien yang dilakukan tindakan operasi selama tahun 2015 adalah 1455 tindakan operasi 2. Sosialisasi tentang kategori jenis operasi yang dapat dinilai untuk IDO dan batasan waktunya belum optimal 3. Belum ada mentoring penerapan standar precaution tidak terdapat SPO standar precaution di masing- masing instalasi di rumah sakit 4. Belum ada pertemuan rutin untuk membahas IDO 5. Belum terlaksananya evaluasi berkala untuk kejadian IDO 6. Pelaporan terkait IDO masih kurang mendalam seperti mengidentifikasi kontrol IDO, pengklasifikasian infeksi dari operasi bersih atau kotor, kapan terjadinya, lamanya infeksi, perawatan luka yang dilakukan, pengontrolan IDO mulai dari prosedur tindakan operasi, perawatan di bangsal, dan kontrol luka post operasi di poliklinik yang belum terlaksana secara optimal 1. Sudah dilakukan pelaksanaan menjaga kebersihan tangan, kepatuhan cuci tangan, penggunaan APD 2. Sudah ada kebijakanprosedur tentang pencegahan dan penanganan HAIs 3. Adanya dan telah dilakukan laporan evaluasi kegiatan sosialisasi berkelanjutan pada semua staf 4. Ada budaya sadar HAIs IDO di ruang OK, rawat inap dan rawat jalan. 5. Sarana prasarana yang sudah cukup memadai dan sesuai standar 6. Dukungan pimpinan dalam pelaksanaan PPI di rumah sakit 7. Petugas dan standar di kamar operasi sudah memenuhi standar PPI 8. Sudah diadakan pelatihan dasar untuk IPCLN 9. Sudah terlaksananya pelaporan HAIs melalui SIMRS yang dilaporkan oleh IPCLN di masing-masing unit VAP 1. Hygiene perseorangan petugas 2. Sterilisasi alat 3. Pelaksanaan SOP yang kurang tepat 4. Penggunaan APD yang kurang optimal 1. Fasilitas dan sarana prasarana hand hygiene masih kurang 2. Jumlah pasien yang terpasang VAP selama tahun 2015 sebanyak 71 orang 1. SPO untuk pemasangan ventilator 2. Pencegahan VAP dan edukasi sudah 3. Jumlah pasien yang terinfeksi VAP selama tahun 2015 adalah 0 Risiko HAIs Kemungkinan penyebab Karakterisitik yang meningkatkan risiko Karateristik yang menurunkan risiko IADP 1. Hygiene perseorangan petugas 2. Pelaksanaan SOP yang kurang tepat 3. Tidak menggunakan APD 1. Kepatuhan cuci tangan petugas masih kurang dalam hand hygiene 2. Belum dilakukan sosialisasi untuk surveilans dan pencegahan IADP 1. Laporan kejadian IADP selama tahun 2015 tidak ada kejadian pasien dengan IADP 2. Ada SPO tentang pencegahan IADP 3. Telah dllakukan sosialisasi terkait pencegahan dan penanganan HAIs IADP 4. Sudah ada evaluasi berkala terkait kepatuhan cuci tangan ISK 1. Hygiene perseorangan petugas 2. Pelaksanaan SOP yang kurang tepat 3. Tidak menggunakan APD 1. Pasien dengan terpasang kateter urin selama tahun 2015 sebanyak 1380 orang, 2. Belum adanya mentoring tentang penerapan standar precaution 3. Kepatuhan hand hygiene petugas masih kurang 4. Belum dilakukan penyegaran SPO pemasangan dan perawatan kateter urin 5. Sosialisasi untuk format surveilans ISK belum terlaksana 1. Ada kebijakanprosedur tentang pencegahan HAIs 2. Sudah ada kebijakan prosedur tentang penanganan HAIs ISK 3. Sudah dilakukan pelaksanaan menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan, kepatuhan cuci tangan, dan penggunaan APD 4. Ada budaya sadar risiko HAIs yang diterapkan para staf 5. Sudah ada kebijakanprosedur tentang pencegahan dan penanganan HAIs 6. Sudah ada SPO untuk prosedur tindakan pemasangan kateter urin Phlebitis 1. Hygiene perseorangan petugas 2. Pelaksanaan SOP yang kurang tepat 3. Tidak menggunakan APD 1. Jumlah pasien yang terpasang infus selama tahun 2015 sebanyak 8045 orang 2. Kepatuhan hand hygiene petugas yang masih kurang 3. Belum dilakukan penyegaran asuhan keperawatan terkait pemasangan dan perawatan infus 1. Ada SPO tentang prosedur pemasangan infus 2. Ada ketetapan waktu penggantian infus 3. Sudah ada SPO tentang penggantian cairan infus 4. Adanya kebijakanprosedur tentang pencegahan HAIs 5. Sudah ada kebijakanprosedur tentang penanganan HAIs Risiko HAIs Kemungkinan penyebab Karakterisitik yang meningkatkan risiko Karateristik yang menurunkan risiko 6. Telah dilakukan kegiatan surveilans dan tindakan lanjut dari semua kegiatan 7. Dilakukan evaluasi berkala terkait kepatuhan cuci tangan, SPO untuk prosedur pemasangan alat invasive Dekubitus 1. Hygiene perseorangan petugas 2. Pelaksanaan SOP yang kurang tepat 3. Tidak menggunakan APD 1. Jumlah pasien yang mengalami dekubitus selama tahun 2015 adalah 15 orang 2. Kepatuhan hand hygiene petugas yang masih kurang 3. Belum dilakukan penyegaran asuhan keperawatan dengan dekubitus 1. Terdapat fasilitas kasur dekubitus 2. Sudah terlaksana pelaporan HAIs melalui SIMRS yang dilakukan oleh IPCLN Tabel 1.5 menguraikan terkait kemungkinan penyebab HAIs, karakteristik yang meningkatkan risiko, dan karakterisitik yang menurunkan risiko. Kemungkinan penyebab dari HAIs hygiene perseorangan, sterilisasi alat, pelaksanaan sop yang kurang tepat, tidak menggunakan APD, dan penggunaan APD yang kurang tepat. Tabel 1.6 berikut merupakan prioritas risiko HAIs yang didapatkan dari analisis risiko pada tabel 1.3 dan tabel 1.4 Tabel 4 .6 Prioritas risiko HAIs di RS PKU Muhammadiyah Gamping Potensial risiko HAIs Skor IDO 24 Plebitis 20 Dekubitus 20 ISK 16 IADP 7 VAP 4 Berdasarkan tabel 1.6 diatas potensial risiko dengan skor tertinggi adalah IDO Infeksi Daerah Operasi. 5. Penilaian Risiko HAIs Hasil tahap ini merupakan tahap untuk menilai analisa dari risiko HAIs dengan cara membandingkan kemungkinan terjadinya dan dampak yang ada dalam analisa risiko berdasarkan data yang ada di RS Muhammadiyah Gamping tahun 2015. Tabel 4.7 risiko matriks assessment keterangan : : risiko rendah : risiko sedang : risiko tinggi : risiko sangat tinggi ekstrem Berdasarkan tabel penilaian risiko matriks diatas bahwa bands berwarna biru adalah jenis HAIs VAP dengan tingkat risiko sedang, bands berwarna hijau yaitu IADP dengan tingkat risiko sedang, bands berwarna kuning dengan tingkat risiko tinggi adalah jenis HAIs ISK,phlebitis, dan Kemungkinan Dampak Insignificant 1 Minor 2 Modarete 3 Mayor 4 Calastrofic 5 Sering sekali 5 Phlebitis, dekubitus Sering 4 IDO Mungkin 3 ISK Jarang 2 Tidak pernah 1 VAP IADP dekubitus sedangkan untuk bands berwarna merah dengan tingkat risiko sangat tinggi yaitu IDO. 6. Evaluasi Risiko Berdasarkan uraian penilaian risiko pada tabel di atas bahwa untuk tingkat risiko pada kategori sangat tinggi pada jenis HAIs yaitu IDO. Tabel 4.8 Hasilevaluasi risiko HAIs : Risiko IDO Deskripsi Risiko Evaluasi Risiko Identifikasi IDO Pelaporan identifikasi dan kontrol infeksi luka operasi Pelaporan terkait IDO masih kurang mendalam seperti 1. mengidentifikasi kontrol IDO, 2. pengklasifikasian infeksi dari operasi bersih atau kotor, 3. kapan terjadinya, 4. lamanya infeksi, 5. perawatan luka yang dilakukan, 6. pengontrolan IDO mulai dari prosedur tindakan operasi, 7. perawatan di bangsal, dan 8. kontrol luka post operasi di poliklinik yang belum terlaksana secara optimal. Pelaksanaan tindakan pencegahan dan pengendalia n infeksi Di ruang rawat inap dan rawat jalan a. Menjaga kebersihan tangan, kepatuhan cuci tangan sebelum dan setelah melakukan perawatan luka operasi, dan penggunaan APD sebelum melakukan tindakan b. Penggunaan alat yang digunakan untuk perawatan luka operasi Sudah dilakukan pelaksanaan cuci tangan sebelum dan setelah ke pasien namun kadang petugas kesehatan lupa dalam pelaksanaan 5 moment. Penggunaan APD seperti sarung tangan saat melakukan perawatan luka operasi sudah dilakukan oleh petugas kesehatan. Alat-alat yang digunakan untuk tindakan perawatan luka dengan menggunakan set medikasi yang steril. Setelah digunakan alat atau set medikasi tersebut di rendam oeh cairan enzimatik sebelum diserahkan ke CSSD. Membasuh dengan alkohol dan segera cuci Risiko IDO Deskripsi Risiko Evaluasi Risiko c. Pelaksanaan yang dilakukan jika terpercik darah atau cairan tubuh ketika melakukan perawatan luka tangan Sumber daya manusia Pengetahuan perawat terkait tanda-tanda infeksi luka operasi Budaya sadar risiko infeksi Tanda-tanda infeksi luka seperti edema, kemerahan, ada nanah. 1. Sikap dari petugas kesehatan sudah tertanam budaya sadar akan risiko infeksi di ranap, ralan, dan OK 2. Pelaksanaan perilaku budaya sadar risiko masih belum optimal. 3. Kepatuhanpelaksanaan 5 moment dinilai belum optimal, 4. Sudah menggunakan APD, memutuskan rantai transmisi agen infeksi dengan menjaga kebersihan tangan namun untuk kepatuhannya belum berjalan optimal Dikamar operasi sangat berpotensi terjadi infeksi, semua tim sudah sadar risiko sesuai dengan prosedur pengelolaan alat, menangani limbah, membersihkan, menyetrilkan ulang alat habis pakai Manajemen risiko IDO Pelaksanaan manajemen risiko IDO di ruang rawat inap Pelaksanaan manajemen risiko IDO di kamar operasi Penggunaan antibiotik profilaksis Manajemen risiko dengan cuci tangan, penggunaan APD seperti sarung tangan, menggunakan peralatan untuk perawatan luka yang steril dan menggunakan teknik steril ketika melakukan tindakan. Kepatuhan menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelum melakukan operasi sudah dilakukan, penggunaan peralatan steril dan pelaksanaan antiseptic kulit ketika melakukan tindakan operasi. Adanya keterlibatan CSSD dalam penyetrilan instrumen operasi dan sterilisasi ruangan operasi secara rutin dan berkala. Diberikan sebelum operasi, lama penggunaan tergantung jenis operasi yaitu 3- 4 kali setelah tindakan operasi diruang perawatan Risiko IDO Deskripsi Risiko Evaluasi Risiko Dukungan manajemen Dukungan manajemen dalam penurunan risiko IDO 1. Adanya pengawasan yang dilakukan oleh komite PPIRS melalui IPCN ke IPCLN yang kemudian melaporkan kegiatan pelaksanaan surveilans HAIs melalui SIMRS Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. 2. Kelengkapan pelaporan surveilans HAI melalui SIM belum ada pengawasan 3. Pelaporan surveilans IDO belum terlaporkan secara efisien 4. Terkait mentoring dan sosialisasi dirasakan masih kurang oleh petugas kesehatan, evaluasi secara berkala belum terlaksana dengan baik. 5. Pertemuan dan rapat berkala untuk membahas terkait IDO masih belum terlaksana dengan optimal 6. Kegiatan surveilans IDO belum berjalan maksimal 7. Sarana prasana sudah cukup memadai 8. Peranan pimpinan diperlukan dalam mendukung program penurunan HAIs 7. Tindak lanjut dan Strategi penurunan IDO Tabel 4.9 tindak lanjut risiko dan strategi penurunan HAIs HAIs Skor Tingkatan risiko Tujuan umum Tujuan khusus Strategi Evaluasi risiko Analisa tindak lanjut Strategi IDO 24 Sangat tinggi Mengurang i angka kejadian IDO Angka kejadian IDO menurun Diklat pelayanan PPI, pengadaan fasilitas hand hygiene wastafel dan hand-rub, bahan edukasi dan leaflet yan PPI hand hygiene, refresing penatalaksanaan pre operasi, durante operasi, post operasi, penyegaran penatalaksanaan perawatan luka, membuat format surveilans IDO dan sosialisasi cara pengisiannya. Sudah dilakukan diklat yan PPI, kepatuhan petugas dalam hand hygiene masih kurang, belum dilakukan refresing pasien dengan pembedahan, sudah dibuatkan surveilans IDO tetapi belum disosialisasikan. 1. Audit SPO Hand hygiene, 2. monitoring kepatuhan hand hygiene, 3. lakukan penyegaran pasien dengan pembedahan dan 4. lakukan sosialisasi surveilans IDO, 5. identifikasi dan pengontrolan luka operasi yang mendetail Sumber : data primer tim PPI rumah sakit yang sudah dianalisis

B. Pembahasan

1. Manajemen risiko infeksi Berdasarkan wawancara yang dilakukan bahwa komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit PPIRS di RS PKU Muhammadiyah Gamping ini dibentuk pada bulan Februari tahun 2015. Struktur oganisasi dengan membentuk komite PPIRS terdapat tim PPI di dalamnya. Hasil wawancara menjelaskan seharusnya untuk struktur organisasi komite ini dibawah langsung oleh direktur utama namun belum ada tersusun nama-namanya yang tetap dalam struktur organisasi ini. Tim PPI diketuai oleh ketua PPI, dan terdapat satu orang IPCN serta IPCLN di setiap unit kerja. Pembentukan IPCLN dalam tim PPI juga baru dibentuk dan diberikan pelatihan. Depkes 2007 menguraikan kerangka struktrur organisasi sebagai berikut gambar 10 : Depkes 2007 menyebutkan tugas pokok IPCLN yaitu: 1 IPCLN sebagai perawat pelaksana harian atau penghubung dengan IPCN, 2 bertugas mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien di unit rawat inap masing-masing, kemudian menyerahkannya kepada IPCN ketika pasien pulang, 3 memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan pencegahan dan pengendalian infeksi pada setiap personil ruangan di unit rawat inap masing-masing, 4 memberitahukan Direktur utamadirektur Komite PPI Direktorat Direktorat Direktorat Tim PPI kepada IPCN apabila ada kecurigaan adanya infeksi nosokomial pada pasien, 5 berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB, penyuluhan bagi pengunjung di ruang rawat inap masing-masing, konsultasi prosedur yang harus dijalankan bila belum paham, dan6 memonitor kepatuhan petugas kesehatan yang lain dalam menjalankan standar isolasi. Hasil wawancara terkait manajemen risiko disebutkan bahwa manajemen risiko dinilai sangat perlu karena apabila tidak adanya dibentuk tim PPI sebagai tim yang mengawasi dalam menjalani program pencegahan dan pengendalian infeksi maka tidak ada manajemen risiko. Ketua PPIRS RS PKU Muhammadiyah Gamping menyebutkan jika tidak ada manajemen risiko maka angka kejadian HAIs akan meningkat, hal ini akan memperlama perawatan dan menyulitkan pasien, menambah biaya apalagi dengan adanya era BPJS sekarang, akan menambah biaya perawatan pasien yang menjadi tanggungjawab dan dapat merugikan rumah sakit sendiri. Menurut Weston 2013 menyebutkan beberapa dampak HAIs bahwa kehilangan pendapatan, bahaya, cacat atau kematian, peningkatan lama perawatan, serta pengeluaran tambahan. Hal ini hampir sama dengan hasil dari wawancara dengan informan. Selama dibentuk pelaksanaan dari pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit ini masih dikatakan baru sehingga untuk pelaksanaan program dan kegiatan masih ada yang belum berjalan optimal dan dirasa masih perlu belajar dan perbaikan. Peran dari pihak