Hasil Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinjauan Sistem
manajemen risiko infeksi
Proses sistem manajemen risiko infeksi Evaluasi proses sistem
manajemen risiko infeksi
6. Keterlibatan IPCLN 7. Penyediaan sarana dan prasarana
8. Kegiatan cuci tangan
Keterlibatan petugas
Partisipasi petugas:
1. Ikut berpartisipasi sesuai standar operasional, tindakan sesuai prosedur
Peranan kepala ruang, IPCN, IPCLN:
2. Mengawasi, memantau, mengingatkan terkait penggunaan APD, pelaksanaan
cuci tangan, pelaksanaan 5 moment 3. Melaporkan kegiatan surveilans melalui
SIM Adanya keterlibatan
dan partisipasi petugas kesehatan
dalam pelaksanaan penurunan
HAIs di unit
Komunikasi dan informasi
Penyebaran informasi :
1. Komunikasi dan informasi didapatkan dengan mudah dapat diakses melalui
komputer di masing-masing unit 2. Informasi terbaru didapatkan melalui
diskusi, pertemuan rapat, pelatihan, pelaporan, media posterleafleat
3. IPCLN menyampaikan informasi ke unit tugas masing-masing
Transfer informasi dari PPI ke petugas
kesehatan di unit lebih mudah
Pengaruh pimpinan
Peranan pimpinan :
1. Memiliki kontribusi yang besar 2. Pimpinan sangat mendukung program
PPI
Kekurangan peran pimpinan yang dirasakan :
1. Kurang adanya peran langsung dari pimpinan
2. Tidak ada evaluasi atau umpan balik untuk perbaikan
3.
Belum adanya reward-punishment Ada dukungan penuh,
dari pimpinan yang proaktif
dalam pelaksanaan PPI
Budaya sadar risiko HAIs
Budaya sadar risiko : Semua sudah sadar risiko infeksi
Kegiatan yang dapat menurunkan dan mencegah infeksi :
1. Cuci tangan 2. Menggunakan APD
Perilaku budaya sadar risiko :
1. Pelaksanaan kadang untuk pemakaian APD ada yang masih belum sesuai
2. Kepatuhan cuci tangan belum optimal 3. Kadang masih lupa 6 langkah cuci
tangan dan melewatkan pelaksanaan 5 moment
Budaya sadar risiko infeksi sudah ada tetapi
perilaku sadar risiko masih belum optimal
Hambatan pelaksanaan
Kendala pelaksanaan program :
1. Kelengkapan pengadaan sarana prasarana di unit
Kendala bersumber dari sumber daya
manusia yang kurang
Tinjauan Sistem
manajemen risiko infeksi
Proses sistem manajemen risiko infeksi Evaluasi proses sistem
manajemen risiko infeksi
2. Kesulitan pelaksanaan pencegahan seperti kelupaan cuci tangan, kelupaan 5
moment 3. Kesulitan mengubah kebiasaan
4. Sumber daya yang kurang memadai 5. Setiap petugas memiliki karakteristik
yang unik memadai dan kesulitan
mengubah kebiasaan
Kerjasama Kerjasama antar tim PPI ke setiap unit :
1. Sudah berjalan cukup baik, komunikasi terjalin baik
2. Pelaksanaan kerjasama dirasakan masih kurang maksimal di ruang OK
Kerjasama OK dan CSSD terkendala SDM CSSD
Pelaksanaan kerjasama dirasa masih kurang
maksimal di ranap, ralan, dan OK
Harapan petugas Harapan perubahan, dukungan, dan
perbaikan : 1. Meningkatkan kepatuhan cuci tangan
2. Berperilaku yang baik untuk menjaga HAIs
3. Ada pengontrolan, evaluasi yang rutin dan berkala
4. Adanya reward-punishment 5. Adanya feedback
6. Sikap profesional, perbaikan sikap dari individu yang sesuai standar
Dukungan yang
proaktif dari petugas
2.Identifikasi Risiko HAIs
Tabel 4.3 Identifikasi risiko dalam manajemen risiko HAIs
Kegiatan apa yang terlibat ?
siapa yang berisiko?
Apa yang menjadi sumber potensial dari agen infeksius
Bagaimana HAIs itu dapat bertransmisi?
Risiko Kemungkinan
penyebab Penularan
secara langsung dengan kontak
: kulit Petugas
kesehatan Pasien
1. kontaminasi tangan petugas kesehatan
2. alat atau instrument kesehatan
3. pengunjung atau lingkungan sekitar area perawatan pasien
Transmisi kontak secara langsung dan tidak langsung
1. Penularan penyakit menular melalui kontak
kulit 2. Perpindahan kuman
seperti bakteri, virus, fungiparasit
Hygiene perseorangan petugas,
pasien, pengunjung
Pembedahan, luka pada kulit
Tindakan prosedur yang menembus
kulit, membran
mukosa, tindakan
invasifpemasangan, pemberian
cairan infustransfusi darah,
lumbal fungsi, biopsi Pasien
Petugas kesehatan, area
ruangan perawatan
pasien Pasien
1. tangan petugas kesehatan 2. alat atau instrumen kesehatan
set medikasi, peralatan operasi
3. darah atau cairan lain yang berasal dari tubuh pasien
1. tangan petugas kesehatan 2. teknik yang masih kurang
3. peralatan yang terkontaminasi Penularan kontak secara
langsung dan tidak langsung.
Kontak 1. Terjadi infeksi IDO,
IADP, ISK plebitis, dekubitus
2. Lamanya perawatan 3. Tertundanya kepulangan
pasien 4. Kecacatankematian
1. Hygiene perseorangan
2. Sterilisasi alat 3. Pelaksanaan SOP
yang kurang tepat 4. Tidak
menggunakan APD
Penggunaan benda
tajam dan objek yang berpotensi
terkontaminasi Petugas
kesehatan yang tertusuk jarum
1. darah
2. cairan atau zat lain dari tubuh pasien pus, air seni, saliva
air liur Kontak
1. Tertusuk jarum 2. Penularan penyakit
menular hepatitis, HIV AIDS
1. Keselamatan kerja petugas dan
keselamatan pasien 2. Infeksi
Prosedur untuk sistem pernafasan
seperti penggunaan suction,
nebulizer, pemberian O
2,
ventilator Petugas
kesehatan Area ruangan
perawatan pasien
1. sekret mukosa seperti droplet dari batuk, bersin
2. aerosol atau penyegar udara 1. Airborne TB
2. Droplet influenza 3. Kontak tidak langsung
dengan lingkungan
perawatan atau bangsal yang
terkontaminasi melalui droplet
1. Masuk dan berkembangnya virus
dan bakteri di bendabahan atau alat
yang tercemar
3. Penularan penyakit : TB, influenza
4. Infeksi VAP 1. Hygiene
perseorangan petugas
2. Pelaksanaan SOP yang kurang tepat
3. Penggunaan APD yang kurang
optimal
Kegiatan yang berkaitan kontak fisik dengan
pengolahan limbah atau pembersihannya
Petugas kesehatan
Area perawatan pasien
darah dan cairan atau zat lain yang berasal dari tubuh pasien
Kontak 1. Penularan penyakit
2. Infeksi 1. Penggunaan APD
yang kurang 2. Tidak
menggunakan APD 3. Pengelolaan
sanitasi RS yang kurang optimal
Kegiatan yang terlibat kontak fisik dengan
limbah pasien atau kontaminasi laundry,
pakaian atau peralatan contoh
pengolahan linen, cleaning service
Petugas kesehatan
Area perawatan pasien atau
rumah sakit darah dan cairan atau zat lain
yang berasal dari tubuh pasien Kontak
1. Penularan penyakit 2. Infeksi
1. Penggunaan APD yang kurang
2. Tidak menggunakan APD
3. Pengelolaan sanitasi RS yang
kurang optimal
Apakah ada kegiatan yang
melibatkan penggunaan semprotan
atau debu? seperti kegiatan membersihkan,
penyemprotan, atau menyapu
Petugas kesehatan dan
orang-orang lainnya, staff,
pengunjung yang berada di
area rumah sakit
penyegar udara yang pada umumnya digunakan pada saat
membersihkan ruangan Airborne
1. Menghirup debu 2. Masuknya virusbakteri
yang ada di dalam udara 3. Gangguan saluran
pernafasan TB, influenza
4. Infeksi 1. Kurang ventilasi
2. APD yang kurang 3. Tidak
menggunakan APD 4. Kebersihan dan
sanitasi rumah sakit 5. Tingkat kepadatan
ruangan Pelayanan kesehatan
yang diberikan selama di lingkungan klinis
Pasien dan petugas
kesehatan kontaminasi dalam area
perawatan pasien atau rumah sakit
Kontak tidak langsung 1. Menghirup debu
2. Masuknya virusbakteri yang ada di dalam udara
3. Gangguan saluran pernafasan TB,
influenza 4. Infeksi
1. Kurang ventilasi 2. Kebersihan dan
sanitasi rumah sakit 3. Tingkat kepadatan
ruangan
Tabel 1.2 diatas menjabarkan terkait identifikasi HAIs berdasarkan kegiatan atau tindakan yang dilakukan di rumah sakit yang dapat memicu kejadian
HAIs, siapa yang beresiko sumber risiko, dan cara transmisi infeksi tersebut. Identifikasi risiko HAIs yang dijelaskan diatas memiliki yang risiko untuk
mendapatkan infeksi dari rumah sakit adalah petugas kesehatan, pasien, pengunjung dan area perawatan atau lingkungan rumah sakit.
Risiko-risiko yang ditemukan dan di analisis antara lain dari tabel 1.2 tersebut yaitu 1 penularan penyakit menular melalui kontak langsung dan tidak
langsung,2 perpindahan, masuk dan berkembangnya mikroorganisme, 3 Masuknya virusbakteri yang ada di dalam udara gangguan pernafasan TB,
influenza, 4 terjadinya infeksi IDO, VAP, ISK, IADP, plebitis dan dekubitus, 5 lama perawatan, tertundanya kepulangan, kecacatan atau bahkan kematian.
3.Analisis risiko HAIs
N O
POTENSIAL RISKMASA
LAH
PROBABILITY RISKIMPACT HEALTH,FINACIAL,LEGAL,REGULATORY
Current systemspreparedness
Score
E X
P E
C I
T L
IK E
LY M
A Y
B E
R A
T E
N E
V E
R Catastrop
ic Loss lifelimb
function financial
Serious Loss
Function financiall
egal Prolonged
length of stay
Moderate clinicalfin
ancial Minimal
cilinical financial
N on
e po
or F
ai r
G oo
d S
ol id
5 4
3 2
1 5
4 3
2 1
5 4
3 2
1
Healthcare Acquired
Infection
a IDO
4 3
3 24
b VAP
1 3
1 4
c IADP
1 3
4 7
d ISK
4 3
1 16
e Phlebitis
5 3
1 20
f Dekubitus
5 3
1 20
Tabel 4.4 Program Infection Control Risk Assesment ICRA HAIs
Berdasarkan tabel 1.3 diatas berhubungan dengan Infection Control RiskAssesmentICRA HAIs yang di analisis terdapat potensial masalah HAIs,
kemungkinan probability, risiko atau dampak riskimpact, sistem yang ada current systemspreparedness. Jenis HAIs yang menjadi potensial masalah yaitu
IDO, VAP, IADP, ISK, Phlebitis dan dekubitus. Kemungkinan terjadi kejadian jenis HAIs tersebut apabila IDO dan ISK dinilai agak sering terjadi likely di
tingkat risiko : 4, untuk VAP dan IADP kemungkinan terjadi tidak pernah never tingkat risiko: 1, kemudian kemungkinan kejadian phlebitis dan dekubitus sering
terjadi expect it tingkat risiko : 5. Risiko atau dampak pada masalah HAIs tingkat risiko : 3, yang artinya
setiap kasus yang memperpanjang perawatan prolonged length of stay. Pada penilaian sistem yang ada current systemspreparedness untuk jenis HAIs IDO
pada level risiko 3 yaitu fair artinya peraturan ada, fasilitas ada, tidak dilaksanakan. Pada jenis HAIs IADP untuk penilaian sistem yang ada pada level
risiko 4 poor artinya peraturan ada, fasilitas ada, tidak dilaksanakan. Kemudian untuk jenis HAIs VAP, phlebitis dan dekubitus dinilai pada level risiko 1 yaitu
solid peraturan ada, fasilitas ada dilaksanakan.
Tabel 4.5 Analisis risiko HAIs
Risiko HAIs Kemungkinan penyebab
Karakterisitik yang meningkatkan risiko Karateristik yang menurunkan risiko
IDO 1. Hygiene perseorangan
2. Sterilisasi alat 3. Pelaksanaan SOP yang kurang
tepat 4. Tidak menggunakan APD
1. Jumlah pasien yang dilakukan tindakan operasi selama tahun 2015 adalah 1455 tindakan operasi
2. Sosialisasi tentang kategori jenis operasi yang dapat dinilai untuk IDO dan batasan waktunya belum
optimal 3. Belum ada mentoring penerapan standar precaution
tidak terdapat SPO standar precaution di masing- masing instalasi di rumah sakit
4. Belum ada pertemuan rutin untuk membahas IDO 5. Belum terlaksananya evaluasi berkala untuk kejadian
IDO 6. Pelaporan terkait IDO masih kurang mendalam
seperti mengidentifikasi kontrol IDO, pengklasifikasian infeksi dari operasi bersih atau
kotor, kapan terjadinya, lamanya infeksi, perawatan luka yang dilakukan, pengontrolan IDO mulai dari
prosedur tindakan operasi, perawatan di bangsal, dan kontrol luka post operasi di poliklinik yang belum
terlaksana secara optimal 1. Sudah dilakukan pelaksanaan menjaga
kebersihan tangan, kepatuhan cuci tangan, penggunaan APD
2. Sudah ada kebijakanprosedur tentang pencegahan dan penanganan HAIs
3. Adanya dan telah dilakukan laporan evaluasi kegiatan sosialisasi berkelanjutan pada
semua staf 4. Ada budaya sadar HAIs IDO di ruang OK,
rawat inap dan rawat jalan. 5. Sarana prasarana yang sudah cukup memadai
dan sesuai standar 6. Dukungan pimpinan dalam pelaksanaan PPI
di rumah sakit 7. Petugas dan standar di kamar operasi sudah
memenuhi standar PPI 8. Sudah diadakan pelatihan dasar untuk IPCLN
9. Sudah terlaksananya pelaporan HAIs melalui SIMRS yang dilaporkan oleh IPCLN di
masing-masing unit VAP
1. Hygiene perseorangan petugas 2. Sterilisasi alat
3. Pelaksanaan SOP yang kurang tepat
4. Penggunaan APD yang kurang optimal
1. Fasilitas dan sarana prasarana hand hygiene masih kurang
2. Jumlah pasien yang terpasang VAP selama tahun 2015 sebanyak 71 orang
1. SPO untuk pemasangan ventilator 2. Pencegahan VAP dan edukasi sudah
3. Jumlah pasien yang terinfeksi VAP selama tahun 2015 adalah 0
Risiko HAIs Kemungkinan penyebab
Karakterisitik yang meningkatkan risiko Karateristik yang menurunkan risiko
IADP 1. Hygiene perseorangan petugas
2. Pelaksanaan SOP yang kurang tepat
3. Tidak menggunakan APD 1. Kepatuhan cuci tangan petugas masih kurang dalam
hand hygiene 2. Belum dilakukan sosialisasi untuk surveilans dan
pencegahan IADP 1. Laporan kejadian IADP selama tahun 2015
tidak ada kejadian pasien dengan IADP 2. Ada SPO tentang pencegahan IADP
3. Telah dllakukan sosialisasi terkait pencegahan dan penanganan HAIs IADP
4. Sudah ada evaluasi berkala terkait kepatuhan cuci tangan
ISK 1. Hygiene perseorangan petugas
2. Pelaksanaan SOP yang kurang tepat
3. Tidak menggunakan APD 1. Pasien dengan terpasang kateter urin selama
tahun 2015 sebanyak 1380 orang, 2. Belum adanya mentoring tentang penerapan
standar precaution 3. Kepatuhan hand hygiene petugas masih kurang
4. Belum dilakukan penyegaran SPO pemasangan dan perawatan kateter urin
5. Sosialisasi untuk format surveilans ISK belum terlaksana
1. Ada kebijakanprosedur tentang pencegahan HAIs
2. Sudah ada kebijakan prosedur tentang penanganan HAIs ISK
3. Sudah dilakukan pelaksanaan menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan,
kepatuhan cuci tangan, dan penggunaan APD
4. Ada budaya sadar risiko HAIs yang diterapkan para staf
5. Sudah ada kebijakanprosedur tentang pencegahan dan penanganan HAIs
6. Sudah ada SPO untuk prosedur tindakan pemasangan kateter urin
Phlebitis 1. Hygiene perseorangan
petugas 2. Pelaksanaan SOP yang kurang
tepat 3. Tidak menggunakan APD
1. Jumlah pasien yang terpasang infus selama tahun 2015 sebanyak 8045 orang
2. Kepatuhan hand hygiene petugas yang masih kurang 3. Belum dilakukan penyegaran asuhan keperawatan
terkait pemasangan dan perawatan infus 1. Ada SPO tentang prosedur pemasangan
infus 2. Ada ketetapan waktu penggantian infus
3. Sudah ada SPO tentang penggantian cairan infus
4. Adanya kebijakanprosedur tentang pencegahan HAIs
5. Sudah ada kebijakanprosedur tentang penanganan HAIs
Risiko HAIs Kemungkinan penyebab
Karakterisitik yang meningkatkan risiko Karateristik yang menurunkan risiko
6. Telah dilakukan kegiatan surveilans dan tindakan lanjut dari semua kegiatan
7. Dilakukan evaluasi berkala terkait kepatuhan cuci tangan, SPO untuk prosedur
pemasangan alat invasive Dekubitus
1. Hygiene perseorangan petugas
2. Pelaksanaan SOP yang kurang tepat
3. Tidak menggunakan APD 1. Jumlah pasien yang mengalami dekubitus selama
tahun 2015 adalah 15 orang 2. Kepatuhan hand hygiene petugas yang masih kurang
3. Belum dilakukan penyegaran asuhan keperawatan dengan dekubitus
1. Terdapat fasilitas kasur dekubitus 2. Sudah terlaksana pelaporan HAIs melalui
SIMRS yang dilakukan oleh IPCLN
Tabel 1.5 menguraikan terkait kemungkinan penyebab HAIs, karakteristik yang meningkatkan risiko, dan karakterisitik yang menurunkan risiko.
Kemungkinan penyebab dari HAIs hygiene perseorangan, sterilisasi alat, pelaksanaan sop yang kurang tepat, tidak menggunakan APD, dan penggunaan
APD yang kurang tepat. Tabel 1.6 berikut merupakan prioritas risiko HAIs yang didapatkan dari
analisis risiko pada tabel 1.3 dan tabel 1.4 Tabel 4
.6 Prioritas risiko HAIs di RS PKU Muhammadiyah Gamping
Potensial risiko HAIs Skor
IDO 24
Plebitis 20
Dekubitus 20
ISK 16
IADP 7
VAP 4
Berdasarkan tabel 1.6 diatas potensial risiko dengan skor tertinggi adalah IDO Infeksi Daerah Operasi.
5.
Penilaian Risiko HAIs Hasil tahap ini merupakan tahap untuk menilai analisa dari risiko
HAIs dengan cara membandingkan kemungkinan terjadinya dan dampak yang ada dalam analisa risiko berdasarkan data yang ada di RS
Muhammadiyah Gamping tahun 2015. Tabel 4.7 risiko matriks assessment
keterangan : : risiko rendah
: risiko sedang : risiko tinggi
: risiko sangat tinggi ekstrem Berdasarkan tabel penilaian risiko matriks diatas bahwa bands
berwarna biru adalah jenis HAIs VAP dengan tingkat risiko sedang, bands berwarna hijau yaitu IADP dengan tingkat risiko sedang, bands berwarna
kuning dengan tingkat risiko tinggi adalah jenis HAIs ISK,phlebitis, dan Kemungkinan
Dampak Insignificant
1 Minor
2 Modarete
3 Mayor
4 Calastrofic
5 Sering sekali
5 Phlebitis,
dekubitus Sering
4 IDO
Mungkin 3
ISK Jarang
2 Tidak pernah
1 VAP
IADP
dekubitus sedangkan untuk bands berwarna merah dengan tingkat risiko sangat tinggi yaitu IDO.
6.
Evaluasi Risiko Berdasarkan uraian penilaian risiko pada tabel di atas bahwa untuk
tingkat risiko pada kategori sangat tinggi pada jenis HAIs yaitu IDO.
Tabel 4.8 Hasilevaluasi risiko HAIs : Risiko IDO
Deskripsi Risiko Evaluasi Risiko
Identifikasi IDO
Pelaporan identifikasi dan kontrol infeksi
luka operasi Pelaporan terkait IDO masih kurang
mendalam seperti 1. mengidentifikasi kontrol IDO,
2. pengklasifikasian infeksi dari operasi bersih atau kotor,
3. kapan terjadinya, 4. lamanya infeksi,
5. perawatan luka yang dilakukan, 6. pengontrolan IDO mulai dari
prosedur tindakan operasi, 7. perawatan di bangsal, dan
8. kontrol luka post operasi di poliklinik yang belum terlaksana
secara optimal. Pelaksanaan
tindakan pencegahan
dan pengendalia
n infeksi Di ruang rawat inap
dan rawat jalan a. Menjaga kebersihan
tangan, kepatuhan cuci tangan sebelum
dan setelah melakukan perawatan
luka operasi,
dan penggunaan APD
sebelum melakukan tindakan
b. Penggunaan alat yang digunakan untuk
perawatan
luka operasi
Sudah dilakukan pelaksanaan cuci tangan sebelum dan setelah ke pasien namun
kadang petugas kesehatan lupa dalam pelaksanaan 5 moment. Penggunaan APD
seperti sarung tangan saat melakukan perawatan luka operasi sudah dilakukan oleh
petugas kesehatan.
Alat-alat yang digunakan untuk tindakan perawatan luka dengan menggunakan set
medikasi yang steril. Setelah digunakan alat atau set medikasi tersebut di rendam oeh
cairan enzimatik sebelum diserahkan ke CSSD.
Membasuh dengan alkohol dan segera cuci
Risiko IDO Deskripsi Risiko
Evaluasi Risiko
c. Pelaksanaan yang dilakukan
jika terpercik darah atau
cairan tubuh ketika melakukan perawatan
luka tangan
Sumber daya
manusia Pengetahuan perawat
terkait tanda-tanda infeksi luka operasi
Budaya sadar risiko infeksi
Tanda-tanda infeksi luka seperti edema, kemerahan, ada nanah.
1. Sikap dari petugas kesehatan sudah tertanam budaya sadar akan risiko infeksi
di ranap, ralan, dan OK 2. Pelaksanaan perilaku budaya sadar risiko
masih belum optimal. 3. Kepatuhanpelaksanaan 5 moment dinilai
belum optimal, 4. Sudah menggunakan APD, memutuskan
rantai transmisi agen infeksi dengan menjaga kebersihan tangan namun untuk
kepatuhannya belum berjalan optimal
Dikamar operasi sangat berpotensi terjadi infeksi, semua tim sudah sadar risiko sesuai
dengan prosedur pengelolaan alat, menangani limbah, membersihkan,
menyetrilkan ulang alat habis pakai
Manajemen risiko IDO
Pelaksanaan manajemen risiko
IDO di ruang rawat inap
Pelaksanaan manajemen risiko
IDO di kamar operasi
Penggunaan antibiotik profilaksis
Manajemen risiko dengan cuci tangan, penggunaan APD seperti sarung tangan,
menggunakan peralatan untuk perawatan luka yang steril dan menggunakan teknik
steril ketika melakukan tindakan.
Kepatuhan menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelum melakukan
operasi sudah dilakukan, penggunaan peralatan steril dan pelaksanaan antiseptic
kulit ketika melakukan tindakan operasi. Adanya keterlibatan CSSD dalam
penyetrilan instrumen operasi dan sterilisasi ruangan operasi secara rutin dan berkala.
Diberikan sebelum operasi, lama penggunaan tergantung jenis operasi yaitu 3-
4 kali setelah tindakan operasi diruang perawatan
Risiko IDO Deskripsi Risiko
Evaluasi Risiko
Dukungan manajemen
Dukungan manajemen dalam
penurunan risiko IDO
1. Adanya pengawasan yang dilakukan oleh komite PPIRS melalui IPCN ke IPCLN
yang kemudian melaporkan kegiatan pelaksanaan surveilans HAIs melalui
SIMRS Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
2. Kelengkapan pelaporan surveilans HAI melalui SIM belum ada pengawasan
3. Pelaporan surveilans IDO belum terlaporkan secara efisien
4. Terkait mentoring dan sosialisasi dirasakan masih kurang oleh petugas
kesehatan, evaluasi secara berkala belum terlaksana dengan baik.
5. Pertemuan dan rapat berkala untuk membahas terkait IDO masih belum
terlaksana dengan optimal 6. Kegiatan surveilans IDO belum berjalan
maksimal 7. Sarana prasana sudah cukup memadai
8. Peranan pimpinan diperlukan dalam mendukung program penurunan HAIs
7.
Tindak lanjut dan Strategi penurunan IDO Tabel 4.9 tindak lanjut risiko dan strategi penurunan HAIs
HAIs Skor
Tingkatan risiko
Tujuan umum
Tujuan khusus
Strategi Evaluasi risiko
Analisa tindak lanjut Strategi
IDO 24
Sangat tinggi Mengurang
i angka kejadian
IDO Angka
kejadian IDO
menurun Diklat pelayanan PPI, pengadaan
fasilitas hand hygiene wastafel dan hand-rub, bahan edukasi dan leaflet
yan PPI hand hygiene, refresing penatalaksanaan pre operasi, durante
operasi, post operasi, penyegaran penatalaksanaan perawatan luka,
membuat format surveilans IDO dan sosialisasi cara pengisiannya.
Sudah dilakukan diklat yan PPI, kepatuhan petugas dalam hand
hygiene masih kurang, belum dilakukan refresing pasien
dengan pembedahan, sudah dibuatkan surveilans IDO tetapi
belum disosialisasikan. 1.
Audit SPO Hand hygiene,
2. monitoring
kepatuhan hand hygiene,
3. lakukan penyegaran
pasien dengan
pembedahan dan 4.
lakukan sosialisasi surveilans IDO,
5. identifikasi dan
pengontrolan luka operasi
yang mendetail
Sumber : data primer tim PPI rumah sakit yang sudah dianalisis