1 Menggambarkan faktor dan karakteristik yang meningkatkan risiko infeksi;
2 Karakteristik yang menurunkan risiko infeksi; 3 Menentukan adanya risiko infeksi;
4 Melaksanakan pertemuan untuk menentukan langkah dan tindakan
lebih lanjut. Tahapkeduaadalah proses penilaian perencanaan penilaian
risiko, standar, laporan surveilans dan pengetahuan saat ini yang
terkait dengan isu pengendalian infeksi. Tahap ketiga adalah
melaksanakan pertemuan untuk mengukuhkan komitmen dan partisipasi, saat pelaksanaan diskusi, prioritas risiko, dan
merencanakan kontrol infeksi, sedangkan komitmen kultural merupakan suatu proses stimulasi setiap petugas kontrol infeksi untuk
konsisten meningkatkan kinerjanya. Pendekatan kultural ini merupakan proses pemberdayaan berkesinambungan melalui proses
pelatihan dan pendidikan bahkan learning by doing.
B. Penelitian Terdahulu
1. Chen, dkk 2009, dengan judul penelitian “Risk Assessment on TB Transmision in Health Center Setting of Marikina and Paranaque cities,
Philippines”. Tujuan dalam penelitian tersebut adalah untuk mengkaji potensi risiko dari penulara TB, mencari tahu status administrasi, kontrol
perlindungan pernafasan dari lingkungan untuk mencegah penularan TB di pelayanan kesehatan dan personal dalam 2 kota yang dpilih di negara
filipina yang bernama Markina dan Paranaque. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah deskriptif cross sectional menggunakan ceklist pengukuran kontrol infeksi TB.
Hasil penelitian yaitu langkah-langkah kontrol administratif, sebagian besar disusun dengan lima dari delapan komponen adalah a
catatan yang relevan dari penilaian pengaturan berisiko untuk TB infeksi, b pendidikan pasien, c triage dan evaluasi tersangka TB, d isi pelatihan
dan e kebijakan awal deteksi dan diagnosis. Tiga komponen menunjukkan kekurangan utama adalah: a Pengendalian Infeksi rencana, b tindakan
pencegahan pengambilan dahak dan c rutin evaluasi intervensi pengendalian infeksi. Untuk langkah-langkah pengendalian lingkungan,
tidak mematuhi dengan kedua komponen yaitu: a ventilasi dan b hygiene dan sanitasi.
Persamaan dan perbedaan penelitian diatas dengan penelitian ini adalah memiliki persamaan untuk melihat risiko penularan infeksi.
Perbedaannya adalah pada objek penelitian, metode penelitian yang digunakan.
2. Astuti 2010 dalam judul penelitiannya yaitu Identifikasi dan Implementasi manajemen risiko di Rumah Sakit Umum Banyumas. Tujuan
dari penelitian tersebut yaitu memfokuskan pada pelaksanaan manajemen risiko di rumah sakit banyumas dengan menggunakan kerangka
manajemen risiko organisasi yang disusun oleh Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commision COSO. Dalam penelitian
tersebut menganalisa pelaksanaan manajemen risiko dengan delapan
komponen manjemen risiko yaitu lingkungan internal , penyusunan tujuan, identifikasi kejadian, penilaian risiko, respon terhadap risiko aktivitas
pengendalian, informasi dan komunikasi serta pengawasan. Disain penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pengambilan data dalam
penelitian ini menggunakan cara wawancara semi struktural, laporan dan dokumen di rumah sakit.
Perbedaan dan persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu dalam penelaahan pelaksanaan manajemen risiko yang
berfokus pada manajemen risiko infeksi di rumah sakit dengan menggunakan ICRA Infection Control Risk Assesment. Terdapat
perbedaan tempat penelitian variabel yang diteliti, metode pengumpulan data dengan focus group discussion. Kesamaan adalah cara pengambilan
data wawancara semi struktural, laporan dan dokumentasi rumah sakit. 3. Molina 2012, dalam penelitiannya berjudul “Analisis Pelaksanaan
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumkital Dr. Mintohardjo Jakarta Tahun 2012”. Tujuan dari penelitian tersebut
untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial dalam meningkatkan kualitas pelayanan
di Rumkital Dr. Mintohardjo Jakarta yang ditinjau dari manajemen dan organisasi dengan pendekatan sistem. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif dan pengumpulan data dengan telaah dokumen, observasi, wawancara mendalam, dan Focus Group Discussion.
Hasil dari penelitian ini adalah faktor manajemen yang terdiri dari komitmen, kepemimpinan, komunikasi dan kerjasama dalam pelaksanaan
program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di Rumkital Dr. Mintohardjo masih rendah dikarenakan program tersebut belum dijadikan
prioritas utama dan sering terjadi pergantian pimpinan yang diikuti dengan perubahan kebijakan. Organisasi pelaksana program pencegahan dan
pengendalian infeksi nosokomial secara struktural belum melibatkan orang-orang yang meiliki pengaruh dan belum ada pembagian tugas antara
penentu kebijakan dan pelaksana kebijakan. Pelaksanaan tugas komite pencegahan dan pengendalian masih rendah terbukti dengan tidak
terlaksanannya kegiatan rapat, sosialisasi, pengawasan dan umpan balik. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan ini adalah
metode penelitian kualitatif dan teknik pengumpulan data. Perbedaannya adalah lokasi penelitian.
4. Zhang dan Wang 2014, dengan judul penelitiannya “Infection Prevention and Control Measures of Risk Assessment in Hemodialysis Patient in
Hospital”.Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi risiko keperawatan dalam proses hemodialisis yang menyediakan pasien hemodialisis dengan
mengamankan pelayanan keperawatan yang unggul. Metode didasarkan pada pengetahuan tentang pedoman manajemen risiko, dengan
mengidentifikasi proses dialisis yang ada dan risiko keperawatan potensial, untuk memandu perawatan klinis dan mengurangi resiko dan memastikan
keselamatan asuhan keperawatan. Hasil penelitian ini adalah pengurangan
cacat keperawatan dan meningkatkan dialisis kepuasan pasien dengan pekerjaan keperawatan. Hasil dalam penelitian ialah dalam pengelolaan
risiko hemodialisis, penguatan kewaspadaan risiko oleh perawat dan kemampuan dan meningkatkan rasa tanggung jawab adalah kunci dari
manajemen risiko serta meningkatkan kualitas pelayanan adalah jaminan dasar.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah berkaitan dengan manajemen risiko infeksi. Perbedaannya adalah pada
metode, variabel, dan lokasi penelitian. 5. Masloman, dkk 2015, dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Kamar Operasi RSUD Dr Sam Ratulangi Tondano”. Program pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit penting bagi kesehatan pasien dan keselamatan petugas, pengunjung dan lain-lain di lingkungan rumah sakit.
Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di kamar operasi RSUD DR. Sam Ratulangi
Tondano.Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih
mendalam tentang pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di kamar operasi RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano. Lokasi penelitian
dilaksanakan di kamar operasi RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano, khususnya di area semi ketat dan ketatterbatas.
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pedoman wawancara mendalam, observasi langsung
dan observasi dokumen.Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan kebersihan tangan, pemakaian alat pelindung diri, pemrosesan peralatan
pasien, pengelolaan limbah, pengelolaan lingkungan, program kesehatan petugas kesehatan, penempatan pasien, hygiene respirasipraktek
menyuntik yang aman dan praktek untuk lumbal pungsi belum berjalan sesuai dengan pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi
Kementerian Kesehatan Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian tersebut yaitu
metode penelitian dengan penelitian analisis deskriptif, menggunakan metode kualitatif, dan pengumpulan data dengan observasi dokumen.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Masloman, dkk 2015 tersebut yaitu lokasi penelitian, variabel yang
diteliti, teknik pengumpulan data yang digunakan wawancara mendalam dan observasi langsung. Pada penelitian ini pengumpulan data dengan
pendekatan studi kasus.
C. Kerangka Teori