Analisis Sistem Pemeliharaan Peralatan Kesehatan Di Rumah Sakit Kota Medan

(1)

ANALISIS SISTEM PEMELIHARAAN PERALATAN

KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

KOTA MEDAN

TESIS

Oleh SITI RAHMAH 037 012 021/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

ANALISIS SISTEM PEMELIHARAAN PERALATAN

KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

KOTA MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (Mkes) Dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh SITI RAHMAH 037 012 021/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Judul Tesis : ANALISIS SISTEM PEMELIHARAAN PERALATAN KESEHATAN

DI RUMAH SAKIT KOTA MEDAN Nama Mahasiswa : Siti Rahmah

Nomor Pokok : 037012021

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof.dr. Burhanuddin Nasution, Sp.Pk (K) (Dra. Elly Zahara, Apt. MARS) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof.Dr.Ir.T. Chairun Nisa B, MSc)


(4)

Telah diuji

Pada tanggal : 24 Juni 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Burhanuddin Nasution, Sp.PK(K) Anggota : 1. Dra. Elly Zahara, Apt. MARS

2. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi 3. dr. Fauzi, SKM


(5)

PERNYATAAN

ANALISIS SISTEM PEMELIHARAAN PERALATAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT KOTA MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2008

( Siti Rahmah )


(6)

(7)

ABSTRAK

Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan Kesehatan yang berkesinambungan perlu didukung dengan peralatan yang selalu dalam kondisi siap pakai serta dapat difungsikan dengan baik.

Derajat kesehatan masyarakat perlu ditingkatkan melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas. Salah satunya melalui upaya penyediaan alat kesehatan yang baik, aman dan laik pakai. Agar peralatan kesehatan selalu dalam kondisi baik, aman dan laik pakai, diperlukan pemeliharaan preventif meliputi pemeliharaan berkala dan pelaksanaan pengujian dan kalibrasi.

Menurut data dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Medan, jumlah rumah sakit yang mengalibrasi alat kesehatanya pada tahun 2005 sebanyak 5 rumah sakit atau 10% dan tahun 2006 sebanyak 12 rumah sakit atau 24%.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan di rumah sakit kota Medan, yang selanjutnya disesuaikan dengan peraturan, ketentuan atau standar dari Departemen Kesehatan.

Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif dilakukan dengan sampel penelitian sebanyak 30 rumah sakit. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara proportional stratified systematic sampling berdasarkan strata kelas rumah sakit , analisis data dilakukan dengan univariat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar rumah sakit belum melaksanakan pemeliharaan alat kesehatan dengan baik yaitu sebanyak 26 rumah sakit atau 86,7%, sedangkan rumah sakit yang melakukan pengujian dan kalibrasi beberapa peralatan kesehatannya, atau yang mempunyai laporan dan sertifikat kalibrasi dalam kurun waktu 2005 – 2007 sebanyak 10 rumah sakit atau 33,3%.

Diharapkan kepada Penanggung jawab peralatan kesehatan rumah sakit, agar dapat meningkatkan pengawasannya terhadap petugas administrasi peralatan, operator alat, dan teknisi peralatan kesehatan, agar supaya pelaksanaan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan dapat dilaksanakan dengan baik.


(8)

ABSTRACT

Health equipment is one of the factor that play an important role in organizing health service need to be supported with the equipment which in always in standby condition and can be functioned well.

The level of community health needs to be improved through a qualified health service. One of the ways to achieve a qualified health services is by the providing good, safe and useable health equipment. In order to keep the health equipment in good, safe and useable condition, a preventive maintenance including the implementation of periodical maintenance and test and calibration is needed.

According to the data received from the Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Medan (Medan Health Facility Safety Bureau), only five hospitals (10)% in 2005 and twelve hospitals (24%) in 2006, had their health equipment calibrated.

The purpose of this descriptive study is to examine the implementation of health equipment maintenance applied in the hospitals in Medan whether or not it has been adjusted to the regulation, decision or standard determined by the Department of Health.

The samples for this study are 30 hospitals which where selected throught proportional stratified systematic sampling technique base on the hospital class. The obtained were analyzed through the univariate analysis.

The result of this study shows that, generally hospitals (26 hospitals) or 86,7% have not maintained their health equipment well. From 2005 to 2007, there were only 10 hospitsls (33,3%) which have got the reports or certificate stating that their health equipment has been tested and calibrated .

It is suggested that those who are responsible for the savety of the hospital equipment improve the control on the equipment administrator, equipment, operators, and health equipment technicians in order that implementation of health equipment maintenance system can be done well.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat

dan Karunia-Nya serta bimbingan dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Magister Kesehatan pada program studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Analisis Sistem Pemeliharaan Peralatan Kesehatan di Rumah Sakit

kota Medan”.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada Bapak Prof.dr. Burhanuddin, Sp.PK(K) selaku ketua Komisi Pembimbing serta Bapak Ir.Torang Panyusunan Batubara, MARS, MMR dan Ibu Dra. Elly Zahara, Apt. MARS selaku anggota komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran dalam membimbing mulai dari penyusunan proposal hingga selesai penulisan tesis ini, demikian juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Dra.Ida Yustina MSi dan Bapak dr. Fauzi SKM atas kesediaan waktu, tenaga dan fikiran sebagai Tim penguji tesis ini.

Dalam penyelesaiaan pendidikan dan penulisan tesis ini banyak pihak telah membantu penulis dengan tulus dan ikhlas, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada :


(10)

1. Ibu Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr.Drs. Surya Utama, MS selaku Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU.

3. Ibu Dr.Dra.Ida Yustina MSi, selaku Sekretaris Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU.

4. Seluruh Direktur dan staf rumah sakit yang turut berpartisipasi dalam penulisan tesis ini.

5. Ibu Minaria, SE. MKes, selaku .Kepala BPFK Medan beserta seluruh stafnya, yang memberikan kesempatan dan waktu kepada penulis untuk mengambil data.

6. Seluruh Dosen dan staf Administrasi Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU.

7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU tahun 2003, serta semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran dan dorongan dalam menyelesaikan tesis ini..

8. Almarhum suami tercinta Ir. H.Suryanto, yang telah memberikan izin kuliah dan dorongan untuk menyelesaikan penulisan tesis ini, serta anak-anak tercinta Dzia Ur Ridha, Luqmanul Hakim dan Avisienna yang telah banyak membantu, memberikan pengertian serta doanya selama


(11)

Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit, Dinas Kesehatan kota Medan dan bagi penelitian selanjutnya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kriik dan saran yang bermanfaat untuk perbaikan tesis ini.

Medan, Juni 2008


(12)

RIWAYAT HIDUP

Nama : SITI RAHMAH

Tempat / Tanggal Lahir : Bogor, 28 Desember 1949 Agama : Islam

Status : Janda

Alamat : Jl. Sidodadi No. 22A LK. VII Kel. Deli Tua

Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1961 : Lulus SR Negeri no 23 Bogor Tahun 1964 : Lulus SMP Taman Siswa Bogor Tahun 1968 : Lulus STM Negeri Bogor

Tahun 1975 : Lulus Akademi Teknik Rontgen, Depkes RI. Jakarta Tahun 1999 : Lulus Fakultas Tenik Elektro UPMI Medan

Tahun 2003 : Lulus Akta IV Universitas Medan

RIWAYAT PEKERJAAN

Tahun 1976 - 1982 : Staf Sub. Dit. Instalasi Kesehatan

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Tahun 1982 - 1994 : Staf Seksi Instalasi Kesehatan, Bidang Yankes. Kanwil Depkes RI. Prop. Sumatera Utara

Tahun 1994 – 2000 : Staf Seksi Instalasi Kesehatan, Bidang Regdit. Kanwil Depkes RI. Prop. Sumatera Utara

Tahun 2000 - 2005 : Kepala Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Medan Departemen Kesehatan RI.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

DAFTAR ISTILAH ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Manajemen Pemeliharaan Peralatan Kesehatan ... 8

2.1.1. Dokumentasi ... ... 8

2.1.2. Pengoperasian ... 9

2.1.3. Pemeliharaan ... 10

2.2. Peralatan Kesehatan... 13

2.3. Pengukuran Pengujian dan Kalibrasi Peralatan Kesehatan... 15

2.4. Biaya Pemeliharaan Alat Kesehatan... 16

2.5. Tugas dan Fungsi BPFK Medan ... 17

2.6. Prosedur Pelayanan Kalibrasi... 18

2.7. Teknisi dan Alat Ukur Kalibrasi... 19

2.8. Prosedur Tetap Pengujian / Kalibrasi Alat Kesehatan... 20

2.9. Penelitian Terdahulu ... 21

2.10. Landasan Teori ... 22

2.11. Kerangka Konsep ... 23

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 24

3.1. Jenis Penelitian ... 24

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 24

3.3. Populasi dan Sampel ... 24

3.4. Metoda Pengumpulan Data ... 27

3.5. Definisi Operasional ... 27


(14)

3.6.2. Unsur Proses / Pelaksanaan ... 31

3.6.3. Unsur Output / Kinerja... 32

3.7. Metoda Analisis Data ... 33

BAB 4. HASIL PENELITIAN.... ... 34

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 34

4.2. Deskripsi KarakteristikResponden ... 35

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 36

4.3.1. Input Sistem Pemeliharaan... 36

4.3.2. Proses/Pelaksanaan Sistem Pemeliharaan... . 40

4.3.3. Output/Kinerja Sistem Pemeliharaan ... 41

BAB 5. PEMBAHASAN... 47

5.1. Input Sistem Pemeliharaan... 47

5.1.1. Sumber Daya Manusia... 47

5.1.2. Dana / Biaya ... . 50

5.1.3. Sarana ... ... 51

5.1.4. Pedoman ... ... 53

5.2. Proses/Pelaksanaan Sistem Pemeliharaan... 56

5.2.1. Inventaris Peralatan... 56

5.2.2. Jadwal Pemeliharaan... 58

5.2.3. Pelaksanaan Pemeliharaan... 60

5.3. Output / Kinerja Sistem Pemeliharaan... 60

5.3.1. Kartu Pemeliharaan dan Laporan Kerja... 60

5.3.2. Laporan Pengujian dan Kalibrasi... ... 61

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 64

6.1. Kesimpulan ... 64

6.2. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Daftar Nama Rumah Sakit yang Mengalibrasi Peralatan

Kesehatannya di Medan dari Tahun 2002 s/d Tahun 2006 ... 5

3.1. Tabel Kerja Menghitung Nh, Wh, Ph, dan Besar Sampel tiap Kelompok... 26

4.1. Karakteristik Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Masa Kerja, Tugas dalam Bidang Alkes/Jabatan, Lama Tugas, dan Tempat Tugas... 35

4.2. Distribusi Kategori Tenaga Teknisi Pemelihara Alat Kesehatan... 37

4.3. Distribusi Kategori Dana Pemelihara Alat Kesehatan... 37

4.4. Distribusi Kategori Sarana Pemelihara Alat Kesehatan... 38

4.5. Distribusi Kategori Pedoman (Dokumen, Protap Pengoperasian, Dan Protap Pemeliharaan)... 39

4.6. Distribusi Kategori Pelaksanaan Sistem (Membuat Inventaris Alat, Membuat Jadwal, dan Pelaksanaan Pemeliharaan Alat)... 41

4.7. Distribusi Kategori Kinerja (Kartu Pemeliharaan / Laporan Kerja Pemeliharaan, dan Laporan Kalibrasi Alat Kesehatan)... 42

4.8. Data Output Pelaksanaan Sistim Pemeliharaan Peralatan Kesehatan di Rumah Sakit Kota Medan tahun 2005 - 2007... 43


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 1. Kriteria Pemeliharaan ... 13 2. Kerangka Konsep ... 23


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Daftar Pertanyaan Penelitian... 69

2. Formulir Cek List ... 72

3. Hasil Rekap Unsur Input, Proses, dan Output Sistm Pemeliharaan Peralatan Kesehatan ... 74

4. Daftar Nama Rumah Sakit di kota Medan ... 75

5. Daftar Nama Rumah Sakit yang menjadi Sampel Penelitian ... 77

6. Protap Pelayanan Kalibrasi Alat Kesehatan ... 78

7. Kemampuan Pelayanan Kalibrasi BPFK Medan tahun 2006 ... 80

8. Daftar Alat yang wajib diuji dan dikalibrasi ... 81

9. Prosedur Tetap Pengujian & Kalibrasi Alat ECG... 83

10. Daftar Peralatan Kerja untuk pemeliharaan peralatan Listrik dan Peralatan Kesehatan (Elektromedik)... 87

11. Prosedur Tetap Pengoperasian alat ECG. ... 88

12. Prosedur Tetap Pemeliharaan alat ECG ... 89

13. Formulir Inventaris Alat kesehatan (Elektromedik) ... 90

14. Kartu Pemeliharaan Alat Kesehatan ... 91

15. Lembar Laporan Pemeliharaan (Preventif) ... 92

16. Nilai Ambang batas Pada Keselamatan Listrik Nilai Penyimpangan yang Diizinkan pada Keluaran Kinerja ... 93


(18)

DAFTAR ISTILAH

Akurasi (accuracy) = ketelitian, kecermatan, ketepatan. Andal, handal = dapat dipercaya

ATEM = Akademi teknik Elektromedik

Bahan pemeliharaan (consumable parts for maintenance) adalah komponen yang mempunyai usia pakai tertentu digunakan untuk keperluan pemeliharaan (contoh : filter, oli, vaselin, belt).

IPSRS = Instalasi Sarana dan Prasarana Rumah Sakit.

Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional penunjukkan suatu instrumen ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukurnya yang tertelusur (treaceble) ke standar nasional atau internasional.

Operating manual adalah buku yang berisi petunjuk mengenai pengoperasian alat sesuai dengan prosedur yang benar.

Service manual adalah buku yang berisi petunjuk cara pemeliharaan alat sesuai dengan prosedur yang benar.

Wiring / Schematic diagram adalah gambar hubungan listrik atau perkabelan antara masing-masing komponen / bagian alat.

Pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui ”besaran fisis” dari suatu alat.

Laik pakai adalah suatu kondisi alat kesehatan yang telah memenuhi persyaratan, fisik baik, norma keselamatan kerja, keandalan keluaran dan memiliki ijin operasional yang dikeluarkan oleh instansi berwenang.

Uji coba adalah pengujian alat yang dilakukan setelah uji fungsi, yaitu pengujian dengan dicobakan beban sebenarnya.

Uji fungsi adalah pengujian alat secara keseluruhan, melalui uji bagian-bagian alat dengan kemampuan maksimum (secara teknis saat itu) tanpa beban sebenarnya, sehingga dapat diketahui apakah secara keseluruhan suatu alat dapat dioperasikan dengan baik.


(19)

Uji kinerja (performance test), adalah pengujian alat untuk mengetahui kemampuan keluaran sesuai dengan kondisi pemakaian.

Sertifikat kalibrasi adalah tanda dan atau keterangan bahwa suatu alat telah memenuhi kriteria kalibrasi.


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkesinambungan perlu didukung dengan peralatan yang selalu dalam kondisi siap pakai serta dapat difungsikan dengan baik (Depkes, 2001).

Peralatan kesehatan yang aman, akurat dan handal sangat diperlukan untuk mendukung pelayanan medik prima kepada masyarakat agar visi Departemen Kesehatan, yaitu Indonesia sehat 2010 dapat terwujud.

Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 39 berbunyi : Pemerintah melindungi masyarakat dari adanya alat kesehatan yang tidak memenuhi keamanan, mutu dan manfaat. Alat kesehatan yang dimaksud adalah instrument, apparatus, mesin yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan kepada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

Penggunaan alat-alat medik yang berteknologi oleh rumah sakit secara signifikan terlihat semakin bertambah jumlahnya baik dalam hal jenisnya maupun dalam hal variasinya. Oleh karena itu Departemen Kesehatan berupaya menyempurnakanan peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pengadaan peralatan kesehatan, yang antara lain menganjurkan kepada pihak rumah sakit atau pembeli alat


(21)

pelaksanaan pengujian dan kalibrasi oleh perusahaan penjual terhadap alat kesehatan yang baru dibeli sebelum diserahkan kepada pembeli, sehingga alat kesehatan yang sudah dibeli dapat digunakan dengan baik, aman, dan laik pakai. Penyempurnaan peraturan pengadaan khusus alat kesehatan tersebut disebabkan pengalaman yang telah terjadi selama ini seperti adanya kasus alat kesehatan yang masih baru tidak dapat digunakan padahal alat kesehatan tersebut sangat diperlukan untuk menunjang pelayanan kesehatan, dan dana yang dikeluarkan untuk pembelian alat kesehatan

tersebut cukup mahal. Menurut penelitian Janahar (1991) tentang tentang Sistem Monitoring Efek

Pengamanan Alat Kesehatan, alat kesehatan yang bermasalah 63 persen, sedangkan alat kesehatan yang rusak 10 persen. Pada penelitian tersebut dilaporkan bahwa peralatan kesehatan yang seringkali mengalami kerusakan misalnya tensimeter sering macet waktu dipakai, akibatnya hasil yang didapat tidak tepat sehingga akan mempengaruhi pemberian obat. Alat bedah listrik kadang kadang menyebabkan kulit terbakar waktu digunakan selama operasi. Alarm dan signal pada alat bantu pernafasan terganggu akibat perubahan tegangan. Elektrokardiograf yang tidak pernah dilakukan kalibrasi hasilnya sukar dipercaya. Contoh lain yang ada di bagian radiologi, alat ultrasonograf baru 6 bulan dipakai gambarnya sudah tidak jelas lagi.

Kasus-kasus tersebut terjadi karena pada umumnya selama ini rumah sakit membeli atau menerima peralatan kesehatan dengan hanya melihat fisiknya dalam keadaan baik, spesifikasinya lengkap dan dapat berfungsi dengan baik, padahal


(22)

keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian terhadap peralatan kesehatan yang baru dibeli meliputi tahapan uji fungsi, uji coba dan pengukuran unjuk kerja dan keamanan alat kesehatan tersebut. Demikian juga dalam upaya mempertahankan fungsi dan keandalannya diperlukan pemeliharaan dan pengalibrasian / peneraan secara terprogram yang berkesinambungan untuk mendukung jaminan mutu pelayanan kesehatan.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal (UUML) yang dalam penjelasan pembukaannya berbunyi sebagai berikut : “Pengaturan tentang Metrologi menjadi semakin penting karena tertib ukur, disegala bidang menyangkut juga segi keamanan bagi manusia sendiri, antara lain dosis obat-obatan, penyinaran, pengukuran tekanan darah, suhu manusia, suara, polusi, pengukuran dalam navigasi dan lain sebagainya”.

Hal ini berarti dengan sangat jelas dinyatakan bahwa alat-alat ukur kesehatan merupakan alat ukur yang “WAJIB DITERA DAN DITERA ULANG”, dijamin kebenarannya dan memiliki kepastian aspek legalitas dan perlindungan hukumnya.

Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen pasal 4 berbunyi : Hak konsumen adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa. Jasa dalam hal ini termasuk jasa pelayanan yang dilakukan di rumah sakit. Kasus-kasus mengenai kegagalan diagnosa dan pengobatan suatu penyakit oleh tenaga medis (dokter) akhir-akhir ini sering terjadi, hal ini kemungkinan dapat terjadi akibat alat yang digunakan tidak pernah


(23)

Berkaitan dengan tuntutan global yaitu adanya ISO 9000 series, maka diperlukan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan secara berkala, unsur pemeriksaan dan pengujian ini merupakan salah satu unsur sistim mutu ISO 9000 yang wajib dipenuhi oleh rumah sakit atau suatu perusahaan.

Derajat kesehatan masyarakat perlu ditingkatkan melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas. Salah satunya melalui upaya penyediaan alat kesehatan yang baik, aman dan laik pakai. Agar peralatan kesehatan selalu dalam kondisi baik, aman dan laik pakai, diperlukan pemeliharaan preventif termasuk pengujian dan kalibrasi.

Berdasarkan data pelayanan kalibrasi di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Medan jumlah rumah sakit di kota Medan yang mengalibrasi alat kesehatannya pada tahun 2002 sebanyak 15 rumah sakit (30%) tahun 2003, 2004 dan 2005 masing-masing sebanyak 5 rumah sakit (10%) dan tahun 2006 sebanyak 12 Rumah Sakit (24%), dari jumlah rumah sakit yang ada di kota Medan sebanyak 50 rumah sakit, dari data tersebut jumlah rumah sakit yang mengalibrasi peralatannya masih rendah yaitu dibawah 50 %.

Dalam kurun waktu 5 tahun mulai tahun 2002 sampai dengan 2006 kegiatan kalibrasi peralatan kesehatan di Medan, terdapat 1 rumah sakit yang mengalibrasi peralatan kesehatannya sebanyak 5 kali dan 1 rumah sakit. mengalibrasi 4 kali atau masing-masing 4,35% dari 23 rumah sakit , 3 rumah sakit mengalibrasi 3 kali atau 13,04%, 6 rumah sakit mengalibrasi 2 kali atau 26,08% dan 13 rumah sakit


(24)

Tabel 1. Daftar nama rumah sakit di kota Medan yang mengalibrasi peralatan kesehatannya dari tahun 2002 - 2006

NAMA Thn Thn Thn Thn Thn Jumlah RUMAH SAKIT 2002 2003 2004 2005 2006 (kali)

1 RS. Adam Malik V V V 3

2 RS. Haji Medan V V 2

3 RS. St. Elisabeth Medan V V V V V 5

4 RS. Sundari V V V 3

5 RS. Herna V V 2

6 RS.Martha Friska V 1

7 RS.PTPN II. Tembakau Deli V V 2

8 RS.Islam Malahayati V 1

9 RS.Advent Medan V V V V 4

10 RS. Methodis Medan V V 2

11 RS. Materna V V V 3

12 RS. Permata Bunda V V 2

13 RS. Estomihi V 1

14 RS. Melati V 1

15 RS. Wulan Windi V 1

16 RS. Sri Ratu V 1

17 RS. Maya Sari V 1

18 RS. Sarah V V 2

19 RSK Rasyida V 1

20 RS Imelda V 1

21 RSU. Dr. Pirngadi V 1

22 RS. Gleneagles V 1

23 RS. Sari Mutiara V 1

Jumlah 15 5 5 5 12 xxxxx Sumber BPFK Medan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada umumnya rumah sakit tidak mengalibrasi peralatan kesehatan setiap tahunnya sebagaimana dianjurkan permenkes 363/MENKES/PER/1998 tentang Pengujian dan kalibrasi alat kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan.


(25)

1.2. Permasalahan

Sebagaimana telah diuraikan pada latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah pemakai jasa pelayanan kalibrasi alat kesehatan rumah sakit relatif masih sedikit dibandingkan dengan jumlah rumah sakit yang ada di Medan yaitu di bawah 50 %. Keadaan ini dapat mempengaruhi jaminan keamanan dalam pemanfaatan peralatan kesehatan dan tingkat mutu pelayanan kesehatan rumah sakit di kota Medan. Rumusan masalah perlu diketahui adalah : Bagaimana pelaksanaan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan dapat diselenggarakan dengan baik oleh rumah sakit di kota Medan, sehingga peralatan kesehatan selalu dalam kondisi baik dan laik pakai, dan faktor apa yang menjadi kendala dalam penyelenggaraan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan di rumah sakit.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan di rumah sakit kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Pimpinan dan staf bagian administrasi atau tata usaha rumah sakit untuk dapat memperhatikan lebih baik lagi serta ikut serta dalam menangani sistem pemeliharaan peralatan kesehatan khususnya dalam segi administrasi peralatan kesehatan.


(26)

2. Operator alat kesehatan untuk dapat melaksanakan tugas pengoperasian alat kesehatan dengan baik sesuai prosedur tetap pengoperasian alat.

3. Teknisi alat kesehatan untuk dapat melaksanakan tugas pemeliharaan alat kesehatan dengan baik sesuai jadwal pemeliharaan yang telah dibuat.

4. Penanggung jawab alat untuk dapat meningkatkan pengawasannya terhadap pelaksanaan sistem pemeliharaan alat kesehatan.


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Pemeliharaan Peralatan Kesehatan

Manajemen Pemeliharaan Peralatan Kesehatan merupakan suatu sistem rancangan yang disusun untuk membantu personil biomedic rumah sakit dan atau teknisi rumah sakit dalam mengembangkan, memonitor dan mengatur (manage) pemeliharaan peralatan kesehatan (American Hospital Association, 1996). Pelaksanaan manajemen pemeliharaan peralatan kesehatan, yang selanjutnya dalam penelitian ini disebut sebagai sistem pemeliharaan peralatan kesehatan, meliputi pekerjaan dokumentasi, pengoperasian, dan pemeliharaan.

2.1.1. Dokumentasi

Dokumentasi disini adalah dokumen pemeliharaan (POPPK, Depkes, 2001), yang terdiri dari dokumen teknis dan data atau laporan hasil pemeliharaan. Dokumen teknis peralatan yaitu dokumen yang menyertai peralatan pada waktu pengadaannya, meliputi: brosur, installation manual, installation report, operating manual, service manual, yang mencakup schematic diagram, part list, recommended parts, Prosedur tetap pengoperasian, prosedur tetap pemeliharaan dan sertifikat kalibrasi juga merupakan dokumen teknis.

Data atau hasil pemeliharaan yaitu dokumen yang berisi data yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan peralatan meliputi inventaris peralatan,


(28)

yang berisi data setiap peralatan yang dimiliki rumah sakit, disertai aspek teknis, yaitu nama alat, merk, model/type, tahun pembelian, nama perusahaan yang mengageninya, apakah mempunyai operating manual dan service manual, kalau tidak memilikinya maka perlu diusahakan kepada agen atau instansi lainnya agar dapat dipenuhi, berapa jumlahnya alat yang type/modelnya sama. Selain Inventaris peralatan, setiap peralatan mempunyai kartu pemeliharaan alat, catatan pemeliharaan alat, dan pelaporan dan evaluasi.

2.1.2. Pengoperasian

Operasionalisasi peralatan kesehatan harus didukung dan memenuhi berbagai aspek, yaitu :

a. Alat dalam keadaan laik pakai berfungsi dengan baik dan aman

digunakan.

b. Aksesori alat lengkap dan baik.

c. Ruangan pelayanan memenuhi syarat untuk menunjang pengoperasian alat

d. Prasarana listrik, air, gas dan lain-lain memadai. e. Sumber daya manusia (SDM) siap.

f. Bahan operasional tersedia.

g. Prosedur tetap pelayanan tersedia, dipahami dan dilaksanakan. h. Prosedur tetap pengoperasian tersedia, dipahami dan dilaksanakan.


(29)

Untuk menjamin operasionalisasi peralatan kesehatan,maka aspek-aspek tersebut diatas perlu diupayakan keberadaannya. (Depkes, 2001)

Operasionalisasi peralatan dalam menunjang penyelenggaraan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, memerlukan prosedur yang baku mengenai pengoperasian dan pemeliharaan peralatan kesehatan. Prosedur yang baku tersebut adalah “Prosedur tetap (Protap) Pengoperasian” dan “Prosedur tetap (Protap) Pemeliharaan”, (Depkes, 2001).

2.1.3. Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari setiap tindakan untuk menjaga suatu alat agar mencapai suatu kondisi yang bisa diterima, yaitu kondisi alat dapat berfungsi normal (Depkes, 1992).

Pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang, atau memperbaikinya, sampai pada kondisi yang bisa diterima (Corder, 1992).

Pemeliharaan adalah seluruh kegiatan yang berlangsung dalam dan sekitar fungsi pemeliharaan biasanya mencakup salah satu diantara kategori sebagai berikut yaitu : Teknik-teknik manajemen, prosedur-prosedur administratif, praktek teknologi, manajemen personalia dan pengendalian atas aspek pelaksanaannya. Jika kelima unsur fungsi pemeliharaan tersebut dikombinasikan, barulah akan didapatkan sistem yang paling sesuai dengan kebutuhan (Priel, 1974).


(30)

Pemeliharaan yang sistematik merupakan pengembangan suatu pelayanan yang didasarkan atas tata urutan operasi yang terinci, sedangkan rincian operasinya sendiri dalam implementasinya dapat dipilih dengan mencocokan dengan kondisi dan lingkungan yang ada. (Priel, 1974).

Pemeliharaan peralatan tersebut dapat dilaksanakan oleh petugas operator alat, tenaga pemeliharaan sarana rumah sakit, oleh tehnisi yang mempunyai pengetahuan khusus tentang peralatan yang bersangkutan atau oleh tenaga ahli yang mempunyai pengetahuan khusus (WHO, 1994).

Menurut Corder (1992), tujuan utama dari pemeliharaan adalah :

1. Untuk memperpanjang usia kegunaan asset. Hal ini penting terutama di Negara berkembang karena kurangnya sumber daya modal untuk penggantian. 2. Untuk menjamin ketersediaan yang optimum peralatan yang dipasang untuk produksi (jasa) dan mendapatkan laba investasi (return of investment) semaksimal mungkin.

3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat seperti peralatan cadangan dan pemadam kebakaran. 4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan peralatan atau sarana

tersebut.

Dalmy Iskandar (1998) mengatakan bahwa salah satu dari kewajiban umum Rumah Sakit adalah, memelihara peralatan dengan baik dan agar selalu dalam keadaan siap pakai dan merujuk kepada Rumah Sakit lain jika tidak tersedia.


(31)

Pemeliharaan peralatan kesehatan elektromedik merupakan suatu upaya yang dilakukan agar supaya peralatan kesehatan selalu dalam kondisi laik pakai, dapat difungsikan dengan baik dan menjamin usia pakai lebih lama. Aspek-aspek yang berkaitan dalam pelaksanaan pemeliharaan yaitu Sumber daya manusia (SDM), fasilitas dan peralatan kerja, dokumen pemeliharaan, suku cadang dan bahan pemeliharaan. Aspek-aspek ini pada umumnya memerlukan pembiayaan. (POPPK, Depkes 2001).

Terdapat dua kriteria pemeliharaan dalam pemeliharaan peralatan yaitu pemeliharaan terencana dan pemeliharaan tidak terencana, seperti terlihat pada bagan kriteria pemeliharaan (Depkes 2001).

Pemeliharaan terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan terhadap alat sesuai dengan jadwal yang telah disusun. Pemeliharaan terencana meliputi pemeliharaan preventif / pencegahan dan pemeliharaan korektif / perbaikan. Pemeliharaan tidak terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang bersifat darurat berupa perbaikan terhadap kerusakan alat yang tidak terduga dan harus segera dilaksanakan mengingat alat sangat dibutuhkan dalam pelayanan.

Pemeliharaan tidak terencana dapat ditekan serendah mungkin apabila pihak rumah sakit membuat jadwal kegiatan pemeliharaan terencana dan disiplin melaksanakan kegiatan tersebut. Pelaksanaan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan, termasuk pemeliharaan terencana yaitu pemeliharaan preventif, pada saat inspection seperti terlihat pada gambar 1.


(32)

PEMELIHARAAN

PEMELIHARAAN TIDAK TERENCANA PEMELIHARAAN

TERENCANA

PEMELIHARAAN KOREKTIF PEMELIHARAAN

PREVENTIF

PEMELIHARAAN DARURAT

Pemeliha raan Pemeliharaan Perbaikan Overhaul Perbaikan terhadap Waktu Operasional Waktu Tidak terhadap kerusakan alat yang

(Running Maintenance) Operasional kerusakan alat mendadak/tidak (Shut Down yang terencana terduga

Maintenance) (Bersifat Korektif)

Inspection:

Lihat, rasakan, dengarkan, Pembersihan, Pelumasan

Tanpa/dengan alat ukur Penyetelan, Penggantian

Bahan pemeliharaan

Pelumasan, Penyetelan

Sumber Pedoman Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan, 2001

Gambar 1. Kriteria Pemeliharaan

2.2. Peralatan Kesehatan

Permenkes nomor : 1184/MENKES/PER/X/2004 tentang pengamanan alat kesehatan dan perbekalan rumah tangga pada bab 1 ayat 2, bahwa alat kesehatan adalah instrument, apparatus, mesin, alat untuk ditanamkan, reagens/produk diagnostic invitro atau barang lain yang sejenis atau yang terkait termasuk komponen, bagian dan perlengkapannya yang ;


(33)

a. Disebut dalam farmakope Indonesia, ekstra farmakope Indonesia dan formularium nasional atau suplemennya dan atau;

b. Digunakan untuk mendiagnosa penyakit, menyembuhkan, merawat,

memulihkan, meringankan atau mencegah penyakit pada manusia dan atau;

c. Dimaksudkan untuk mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh manusia

dan/atau:

d. Dimaksudkan untuk menopang atau menunjang hidup atau mati; e. Dimaksudkan untuk mencegah kehamilan dan atau;

f. Dimaksudkan untuk pensucihamaan alat kesehatan dan atau;

g. Dimaksudkan untuk mendiagnosa kondisi bukan penyakit yang dalam

mencapai tujuan utamanya;

h. Memberi informasi untuk maksud medis dengan cara pengujian invitro terhadap specimen yang dikeluarkan dari tubuh manusia;

i. Dan tidak mencapai target dalam tubuh manusia secara farmakologis, imunologis dan atau cara metabolisme tetapi mungkin membantu fungsi tersebut;

j. Digunakan, diakui sebagai alat kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu Pengetahuan dan teknologi.

Pada babVI pasal 71 disebutkan bahwa untuk menjamin mutu, manfaat dan keamanan Alat Kesehatan Elektromedik dan Radiologi perlu dilakukan kalibrasi alat secara periodik sesuai ketentuan yang berlaku.


(34)

2.3. Pengukuran Pengujian dan Kalibrasi Peralatan Kesehatan

Permenkes 363/MENKES/PER/1998 tentang Pengujian dan kalibrasi alat kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan, antara lain menyatakan bahwa setiap alat kesehatan wajib dilakukan pengujian dan atau kalibrasi untuk menjamin kebenaran nilai keluaran dan keselamatan pemakai, dan dianjurkan untuk melaksanakan kalibrasi setiap satu tahun sekali. jumlah alat kesehatan yang wajib diuji dan / atau dikalibrasi adalah 125 alat dan pembinaan serta pengawasan terhadap segala kegiatan yang berhubungan dengan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu dan cakupan

Manfaat dari pengujian dan atau kalibrasi terhadap peralatan kesehatan dimaksud antara lain :

1. Mengetahui sejauh mana peralatan yang diuji / dikalibrasi mempunyai tingkat keakurasian (ketepatan).

2. Mengetahui seberapa besar penyimpangan pada output yang dihasilkan

dibandingkan dengan spesifikasi alat kesehatan yang diuji dan dikalibrasi. 3. Untuk menjamin keamanan terhadap pasien, operator dan lingkungan sekitar,

dari bahaya yang ditimbulkan dari peralatan kesehatan tersebut.

4. Dengan diketahui nilai keluaran sebenarnya, maka akan membantu proses diagnosa dan terapi yang tepat.

5. Sebagai data yang menunjang program pemeliharaan peralatan kesehatan. Dalam prakteknya pengukuran dan kalibrasi peralatan kesehatan tersebut


(35)

1. Pengukuran nilai keluaran : Tegangan, frekwensi, putaran, temperature, tekanan, kecepatan, dan lain-lain.

2. Pengukuran Keamanan : Arus bocor, pelindung radiasi, timer, mekanik, balance dan otomatisasi.

3. Penilaian performance : kelengkapan, hasil pembacaan, kenyamanan

operasional.

2.4. Biaya Pemeliharaan Alat Kesehatan

Menurut Gani (1991), biaya pemeliharaan rumah sakit adalah biaya yang fungsinya untuk mempertahankan / memperpanjang kapasitas barang investasi terdiri atas biaya pemeliharaan gedung, alat medis (alat kesehatan) dan alat non medis serta latihan personil.

Biaya pemeliharaan alat kesehatan merupakan biaya pemeliharan preventif atau pencegahan dan biaya pemeliharaan korektif atau perbaikan. Biya pemeliharaan preventif meliputi biaya pemeliharaan berkala sampai dengan pengukuran unjuk kerja alat dan keamanan alat atau pengujian dan kalibrasi alat kesehatan.

Biaya pemeliharaan berkala adalah biaya pembelian bahan pemeliharaan dan material bantu seperti pembelian cairan pembersih, kain lap, contact cleaner, oli untuk pelumasan atau pemeliharaan suction pump, pergantian bagian dari alat seperti manset dan balon untuk tensimeter, filter anti bakteri untuk inkubator perawatan. Biaya pengujian dan kalibrasi Alat kesehatan adalah biaya untuk pelaksanaan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan yang dilakukan oleh BPFK Medan.


(36)

Biaya (tarif) pengujian dan kalibrasi alat kesehatan telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun 2001 tentang tarif atas jenis penerimaan Negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial.

2.5. Tugas dan Fungsi Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Medan Untuk melaksanakan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan, Departemen Kesehatan telah mendirikan Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) dengan surat keputusan yang baru nomor : 530/MENKES/PER/IV/2007 tentang Organisasi dan tata kerja Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) sebagai pengganti surat keputusan nomor 1164/MENKES/SK/VIII/2000, yang menetapkan 4 BPFK yaitu :

1. BPFK Jakarta sebagai BPFK tipe A dengan jumlah wilayah kerja 9 Provinsi. 2. BPFK Surabaya sebagai BPFK tipe A dengan wilayah kerja 7 Provinsi. 3. BPFK Makasar sebagai BPFK tipe B dengan wilayah kerja 10 Provinsi. 4. BPFK Medan sebagai BPFK tipe B dengan wilayah kerja 7 Provinsi meliputi

Nangro Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau Daratan, Riau Kepulauan, Jambi dan Bengkulu.

Dalam Permenkes 530 disebutkan bahwa tugas BPFK melaksanakan pengamanan fasilitas kesehatan meliputi sarana, prasarana dan peralatan kesehatan melalui pengujian, kalibrasi dan proteksi radiasi di lingkungan pemerintah maupun swasta.


(37)

Dalam melaksanakan tugasnya BPFK menyelenggarakan fungsi : a. pengujian dan kalibrasi alat kesehatan;

b. pengujian dan kalibrasi sarana dan prasarana kesehatan; c. pengamanan dan pengukuran paparan radiasi;

d. pelayanan monitoring dosis radiasi personil; e. pengukuran luaran radiasi terapi;

f. pengendalian mutu dan pengembangan teknologi pengamanan

fasilitas kesehatan;

g. pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi pengujian, kalibrasi, proteksi radiasi, sarana dan prasarana kesehatan;

h. pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan;

i. pelaksanaan bimbingan teknis dibidang pengamanan fasilitas

kesehatan;

j. pelaksanaan ketatausahaan.

2.6. Prosedur Pelayanan Kalibrasi

Prosedur pelayanan kalibrasi meliputi : prosedur permintaan pelayanan pengujian dan kalibrasi, prosedur pelaksanaan pengujian dan kalibrasi, pembuatan laporan, pembuatan sertifikat dan label /stiker laik pakai atau tidak laik pakai sampai dengan pengiriman laporan, sertifikat dan label ke rumah sakit pelanggan. Untuk pelayanan pengujian dan kalibrasi, BPFK Medan telah membuat prosedur tetap (protap) permintaan pelayanan kalibrasi, yaitu protap untuk permintaan pelayanan


(38)

kalibrasi di rumah sakit dan protap permintaan pelayanan kalibrasi yang dilakukan di BPFK Medan, yang dapat dilihat pada Lampiran 6.

2.7. Teknisi dan Alat ukur Kalibrasi

Teknisi kalibrasi adalah petugas yang melaksanakan kalibrasi peralatan kesehatan.Alat ukur kalibrasi adalah alat untuk mengukur unjuk kerja (kinerja) dan keamanan alat kesehatan.

Teknisi kalibrasi Laboratorium kalibrasi BPFK Medan bertugas melaksanakan pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, mempunyai persyaratan sebagai berikut :

1. Berlatar pendidikan D3 Teknik Elektromedik (ATEM), atau D3 Teknik

Instrumentasi atau S1 Teknik Fisika Medik, atau Teknik Fisika atau Teknik Elektronika atau Teknik Elektro.

2. Telah mengikuti kegiatan pelatihan kalibrasi alat kesehatan yang

diselenggarakan Depkes atau BPFK Jakarta.

3. Telah mengikuti pelatihan kalibrasi salah satu atau semua parameter antara lain parameter kelistrikan, suhu, volume, gaya dan massa yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) atau Badan Standar Nasional (BSN).

4. Telah mengikuti pelatihan ketidak pastian salah satu atau semua parameter (kelistrikan, suhu, volume, gaya dan massa) yang diselenggarakan LIPI atau BSN.


(39)

5. Mengikuti pelatihan-pelatihan lain yang berkaitan dengan peningkatan pelayanan mutu laboratorium (sistim mutu laboratoriun SNI-19- 17025-2000). 6. Mengikuti proses sertifikasi teknisi kalibrasi yang diselenggarakan Depertemen Kesehatan, sehingga semua teknisi Kalibrasi mempunyai sertifikat.

Alat ukur kalibrasi (kalibrator) yang dimiliki Laboratorium Kalibrasi BPFK Medan pada tahun 2006 sebanyak 38 unit yang mampu mengkalibrasi sebanyak 44 jenis alat kesehatan seperti terdapat pada Lampiran 7. Dalam rangka memenuhi ketentuan dalam Permenkes 363 tahun 1998 yaitu jumlah alat yang wajib dikalibrasi adalah 125 jenis alat kesehatan (Lampiran 8), maka BPFK Medan setiap tahunnya selalu menambah jumlah alat kalibrator secara bertahap. Pemeliharaan terhadap peralatan ukur (kalibrator) dilakukan sesuai prosedur tetap agar kalibrator tersebut dapat berfungsi dengan baik, dan berumur panjang, salah satu tindakan dari pemeliharaan tersebut adalah mengalibrasi alat ukur ke institusi / laboratorium yang telah diakui Komite Akreditasi Nasional (KAN) seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).

2.8. Prosedur Tetap Pengujian / Kalibrasi Alat Kesehatan

Setiap Tehnisi kalibrasi yang melaksanakan kegiatan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan, mengacu kepada prosedur tetap pengujian / kalibrasi yang telah disusun BPFK Medan (Departemen Kesehatan) berdasarkan pedoman standar acuan


(40)

seperti ECRI (Emergency Care Research Institute) dan IEC (International Elactrical Commision). Salah satu prosedur tetap pengujian dan kalibrasi Alat kesehatan, dapat dilihat pada Lampiran 9, yaitu prosedur tetap pengujian dan kalibrasi alat ECG,

2.9. Penelitian Terdahulu

Penelitian analisis sistem pemeliharaan alat kesehatan di rumah sakit kota Medan belum pernah dilaksanakan, terdapat penelitian sejenis yang dilaksanakan di tempat lain seperti yang dilakukan oleh :

1. Solehudin (1999), dengan judul ”Pengembangan rancangan sistem

pemeliharaan alat-alat medis di rumah sakit Tanggerang”. Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang manajemen pemeliharaan sarana rumah sakit. Dilakukan dengan menganalisa bagian-bagian yang terkait dengan pelaksanaan upaya pemeliharaan sarana rumah sakit. Lingkup penelitian dibatasi hanya pada pelaksanaan pemeliharaan alat medis dengan pertimbangan keberadaan dan kesiapan alat-alat medis di rumah sakit sangat erat hubungannya terhadap keberhasilan pengobatan dan kualitas pelayanan rumah sakit secara umum. Selain itu dampak kerusakan alat-alat medis di rumah sakit sangat besar pengaruhnya terhadap pendapatan dan citra rumah sakit. Diharapkan penelitian ini mampu menemukan suatu rancangan pemeliharaan alat-alat medis yang sesuai dengan kondisi rumah sakit Tangerang.


(41)

2. Supardjo (2003), dengan judul ”Upaya peningkatan pelaksanaan manajemen teknologi peralatan medik guna pencapaian kesesuaian mutu pelayanan medik, studi kasus di Perusahaan Jawatan RSAB. Harapan Kita Jakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang manajemen pemeliharaan sarana rumah sakit. Dilakukan dengan menganalisa bagian-bagian yang terkait dengan pelaksanaan upaya peningkatan pelaksanaan manajemen teknologi peralatan medik untuk mencapai kesesuaian mutu pelayanan medik dengan Instrumen Akreditasi Surveyor Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan pada penyempurnaan sistem manajemen teknologi peralatan medik guna peningkatan kesesuaian mutu pelayanan Perjan RSAB. Harapan Kita dari segi jaminan mutu dalam pemanfaatan pelayanan medik.

2.10. Landasan Teori

Sistem pemeliharaan peralatan di rumah sakit merupakan suatu kegiatan yang perlu dilakukan dengan baik, karena berfungsi tidaknya , dan laik tidaknya peralatan kesehatan dapat mempengaruhi kapasitas, kinerja dan mutu pelayanan rumah sakit.

Menurut Bronzuny (1992) dan Emergency Care Research Institute (ECRI) (1996), menyebutkan bahwa banyak hal yang mempengaruhi pemeliharaan tetapi yang terbesar pengaruhnya adalah pendidikan, pengetahuan tentang pemeliharaan, fasilitas bengkel, spare part, pemeliharaan korektif / pencegahan dan anggaran/dana yang tersedia.


(42)

Kinerja (Lembaga Administrasi Negara, 2000) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program dan kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. dengan memperhatikan indikator masukan / input, proses, keluaran / output (hasil), dan dampak. Sementara untuk mendapatkan indikator keluaran yang merupakan kinerja dari sistem pemeliharaan peralatan kesehatan, diperlukan indikator masukan yaitu sumber daya manusia , dana / biaya, sarana, pedoman, dan proses sebagai pelaksanaan sistem pemeliharaan alat kesehatan, sedangkan dampaknya adalah mutu pelayanan kesehatan.

2.11. Kerangka Konsep

INPUT PROSES OUTPUT

aran

Kinerja sistem pemeliharaan Peralatan kes.

(laporan pemeliharaan alat,

& laporan kalibrasi) Pelaksanaan

sistem

pemeliharaan peralatan kes. (dokumentasi, pemeliharaan preventif,

korekti, darurat)

- Sumber daya Manusia

- Dana/biaya - Sarana

- Pedoman


(43)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian dilakukan dengan mempelajari pelaksanaan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan di rumah sakit kota Medan.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di 30 rumah sakit umum meliputi rumah sakit pemerintah, rumah sakit BUMN, dan rumah sakit swasta di kota Medan.

Penelitian dimulai dengan kegiatan penelusuran pustaka, konsultasi dengan pembimbing, mempersiapkan proposal penelitian, seminar kolokium, dilanjutkan dengan penelitian lapangan untuk pengumpulan data serta melakukan pengolahan dan analisa data, menyusun laporan penelitian dan penulisan tesis, seminar hasil penelitian dan ujian komprehensif yang membutuhkan waktu selama 10 bulan, mulai bulan Pebruari sampai dengan Desember 2007.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah rumah sakit umum yang ada di kota Medan sebanyak 60 rumah sakit (Lampiran 4). Besar sampel dihitung berdasarkan metode alokasi proporsional dengan rumus di bawah ini (Ariawan, 1998) :


(44)

− + − = − − ) P (1 P N Z D N Ph)/Wh (1 Ph h N Z n h h h /2 1 2 2 2 2 /2 1 2

Dimana : n = Ukuran (total) sampel yang dicari

N = Ukuran total populasi

Nh = Ukuran sampel tiap strata / kelompok rumah sakit

D = Kesalahan yang bisa ditolerir = 5% Z21− /2 = Nilai distribusi normal baku pada 0,5

Wh = Proporsi populasi tiap strata/kelompok rumah sakit Ph = Presisi mutlak

Cara pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1. Menentukan rumah sakit berdasarkan kelas rumah sakit. Rumah salit kelas A dan B sebagai rumah sakit kelompok I, rumah sakit kelas C sebagai rumah sakit kelompok II, dan kelompok III adalah rumah sakit kelas D.

2. Menghitung jumlah sampel berdasarkan strata/kelompok rumah sakit (N ). h 3. Menghitung proporsi tiap strata/kelompok rumah sakit berdasarkan ukuran

populasi (Wh).


(45)

Tabel 3.1. Tabel Kerja Menghitung Nh, Wh, Ph, dan Besar Sampel Tiap Kelompok

No. Strata Nh Wh N2h Ph NhPh NhPh(1- N²Hph(1- Rumah sakit . Ph) Ph/Wh

1. RS.Kelas A&B 3 0,05 9 0,7 2,1 0,63 37,8

2. RS. Kelas C 14 0,23 196 0,68 9,52 3,05 185,4

3. RS. Kelas D 43 0,72 1849 0,8 34,4 6,88 410,88

Jumlah 60 1,00 10,56 633,82 Sampel 79 , 31 n 55 , 76 87 , 2433 n ) 56 , 10 ( ) 96 , 1 ( ) 1 , 0 ( 60 ) 82 , 633 ( 1,96 n Ph) (1 P N Z D N Ph)/Wh (1 Ph h N Z n 2 2 2 2 h h /2 1 2 2 2 2 /2 1 2 = = + = − + − =

− −

Berdasarkan perhitungan rumus maka besar sampel (n) = 31 rumah sakit, selanjutnya jumlah sampel yang diambil adalah 30 rumah sakit.

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah sistematik berstrata (berdasarkan kelas rumah sakit), berperbandingan (proportional stratified sytematic/ordinal sampling), (Amirin, 2000). Daftar rumah sakit yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5.

Dengan menggunakan alokasi proporsional, maka diperlukan sampel untuk masing-masing strata/kelompok dengan kriteria tempat tidur adalah sebagai berikut :


(46)

a. Rumah sakit kelas A dan B adalah 0,05 x 30 = 2 rumah sakit. b. Rumah sakit kelas C adalah 0,23 x 30 = 7 rumah sakit.

c. Rumah sakit kelas D adalah 0,72 x 30 = 21 rumah sakit.

3.4. Metoda Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti, data yang terkumpul berasal dari data primer dan sekunder.

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan responden yaitu Pimpinan rumah sakit / wakil pimpinan / personil yang menangani masalah peralatan kesehatan di rumah sakit. Alat untuk mengumpulkan data adalah daftar pertanyaan tentang sistem pemeliharaan alat kesehatan.

Data sekunder diperoleh dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Medan, dan Dinas Kesehatan Kota Medan berupa :

1. Data rumah sakit yang ada di kota Medan.

2. Laporan pelaksanaan Pengujian dan Kalibrasi tahun, 2003, 2004, 2005, 2006. 3. Data lain yang berhubungan dengan penelitian.

3.5. Definisi Operasional

1. Sumber Daya Manusia adalah personil / teknisi yang melaksanakan

pemeliharaan terhadap peralatan kesehatan yang termasuk dalam daftar alat kesehatan yang wajib diuji dan atau dikalibrasi (Permenkes 363, tahun 1998).


(47)

2. Dana adalah biaya yang disediakan khusus untuk biaya pemeliharaan peralatan kesehatan meliputi biaya pemeliharaan preventif, korektif maupun darurat.

3. Sarana adalah alat pendukung untuk pelaksanakan sistem pemeliharaan peralatan elektromedis yang meliputi ruangan/workshop, peralatan kerja, dan bahan pemeliharaan.

4. Pedoman adalah panduan/petunjuk untuk melaksanakan pemeliharaan yang meliputi dokumen teknis, prosedur tetap pengoperasian peralatan kesehatan, dan prosedur tetap pemeliharaan peralatan kesehatan sesuai dengan peralatan yang ada.

5. Proses adalah pelaksanaan kegiatan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan dimulai dengan membuat daftar inventaris peralatan kesehatan dengan data yang lengkap, menyusun jadwal pemeliharaan korektif dan preventif peralatan kesehatan termasuk jadwal pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, dan pelaksanaan pemeliharaan korektif, preventif termasuk pelaksanaan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan.

6. Kinerja sistem pemeliharaan peralatan kesehatan adalah hasil dari

pelaksanaan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan, dapat dilihat dari laporan hasil pemeliharaan yang meliputi, inventaris peralatan, kartu pemeliharaan alat, catatan pemeliharaan alat, laporan pengujian dan kalibrasi, sertifikat kalibrasi.


(48)

3.6. Metoda Pengukuran

Dalam penelitian ini cara pengukuran yang dilakukan adalah dengan menghadapkan lembar kuesioner yang berisi pertanyaan terbuka dan cek list mengenai sistem pemeliharaan peralatan kesehatan, yang terdiri dari unsur input yang meliputi variabel Sumber Daya Manusia (SDM), dana / biaya, sarana dan pedoman, unsur proses meliputi penyusunan inventarisasi, penyusunan jadwal, dan pelaksanaan pemeliharaan, untuk unsur output yang merupakan kinerja / hasil pelaksanaan pemeliharaan yang berupa laporan kerja pemeliharaan dan laporan kalibrasi peralatan.

3.6.1. Unsur input

3.6.1.1. Sumber daya manusia

1. Baik apabila ada petugas/teknisi yang melaksanakan pemeliharaan peralatan kesehatan berpendidikan D3 ATEM, atau STM yang berpengalaman minimal 5 tahun dalam pemeliharaan alat kesehatan (yang termasuk dalam daftar alat kesehatan dalam permenkes 363 tahun 1998, sebaimana terdapat pada Lampiran 8).

2. Kurang baik apabila tidak ada petugas/teknisi yang melaksanakan


(49)

3.6.1.2. Dana / biaya

1. Ada apabila tersedia dana untuk pemeliharaan korektif, preventif

(pelaksanaan pengujian dan kalibrasi), dan pemeliharaan darurat (emergency maintenance).

2. Tidak ada apabila tidak tersedia dana untuk pemeliharaan korektif, preventif (pelaksanaan pengujian dan kalibrasi), dan pemeliharaan darurat.

3.6.1.3. Sarana (Ruangan, Peralatan kerja, Bahan pemeliharaan) Ruangan /workshop

1. Baik apabila ada ruangan/tempat khusus untuk pelaksanaan pemeliharaan, untuk menyimpan peralatan kerja dan dokumen teknis.

2. Kurang baik apabila tidak ada ruangan/tempat khusus untuk pelaksanaan pemeliharaan, untuk menyimpan peralatan kerja dan dokumen teknis

Peralatan kerja

1. Baik apabila tersedia peralatan kerja sesuai dengan peralatan yang ada.

2. Kurang baik apabila tidak tersedia peralatan kerja, sesuai dengan peralatan yang ada.

Bahan pemeliharaan

1. Baik apabila tersedia bahan pemeliharaan peralatan kesehatan sesuai dengan peralatan yang ada.

2. Kurang baik apabila tidak tersedia bahan pemeliharaan peralatan kesehatan sesuai dengan peralatan yang ada.


(50)

3.6.1.4. Pedoman (Dokumen teknis, Protap pengoperasian, Protap pemeliharaan) Dokumen teknis

1. Baik apabila mempunyai / menyimpan dokumen teknis dengan baik sekitar 30% – 100% dari peralatan yang dimiliki.

2. Kurang baik apabila mempunyai / menyimpan dokumen teknis peralatan dibawah 30% dari peralatan yang dimiliki.

Prosedur tetap pengoperasian

1. Baik apabila tersedia prosedur tetap pengoperasian peralatan kesehatan sesuai dengan peralatan yang ada.

2. Kurang baik apabila tidak tersedia prosedur tetap pengoperasian peralatan kesehatan sesuai dengan peralatan yang ada.

Prosedur tetap pemeliharaan

1. Baik apabila tersedia prosedur tetap pemeliharaan peralatan kesehatan sesuai dengan peralatan yang ada.

2. Kurang baik apabila tidak tersedia prosedur tetap pemeliharaan peralatan kesehatan sesuai dengan peralatan yang ada.

3.6.2. Unsur proses / pelaksanaan

3.6.2.1. Membuat inventaris peralatan

1. Baik apabila mempunyai / membuat daftar inventaris peralatan kesehatan. 2. Kurang baik apabila tidak mempunyai / membuat daftar inventaris peralatan


(51)

3.6.2.2. Membuat jadwal pemeliharaan

1. Baik apabila mempunyai / membuat jadwal pemeliharaan peralatan kesehatan. 2. Kurang baik apabila tidak mempunyai / membuat jadwal pemeliharaan

peralatan kesehatan.

3.6.2.3. Pelaksanaan pemeliharaan

1. Baik apabila melaksanakan pemeliharaan sesuai jadwal pemeliharaan

peralatan kesehatan (termasuk pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan).

2. Kurang baik apabila tidak melaksanakan pemeliharaan sesuai jadwal

pemeliharaan peralatan kesehatan.

3.6.3. Unsur output / kinerja

3.6.3.1. Laporan pemeliharaan

1. Baik apabila ada laporan kerja pemeliharaan alat kesehatan / kartu peliharaan setelah selesai melaksanakan pemeliharaan

2. Kurang baik apabila tidak ada laporan kerja pemeliharaan alat kesehatan / kartu pemeliharaan) setelah selesai melaksanakan pemeliharaan

3.6.3.2. Laporan kalibrasi dan sertifikat kalibrasi

1. Baik apabila ada laporan dan atau sertifikat kalibrasi alat kesehatan dari BPFK Medan

2. Kurang baik apabila tidak ada laporan dan atau sertifikat kalibrasi alat kesehatan dari BPFK Medan.


(52)

3.7. Metoda Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang telah diperoleh dianalisis melalui proses pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Editing, penyuntingan data yang dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adaya kuesioner yang belum terisi.

b. Coding, pemberian kode/ tanda √ pada formulir cek list untuk memudahkan proses entry data.

c. Cleaning, sebelum analisa data dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data yang sudah masuk.

Analisis data dilakukan analisis data univariat, untuk mengetahui frekwensi hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner dan formulir cek list untuk menganalisis pelaksanaan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan yang terdiri dari input (petugas, dana, sarana, pedoman), proses / pelaksanaan sistem (dokumentasi, menyusun prosedur tetap operasional, prosedur tetap pemeliharaan, jadwal pemeliharaan, dan pelaksanaannya), output / kinerja pelaksanaan sistem pemeliharaan (inventaris alat, laporan pemeliharaan alat, laporan pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan).


(53)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Kota Medan adalah kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, letak geografis kota berada di pesisir timur pulau Sumatera bagian utara dengan luas wilayah 265,10 Km². Daerah yang berbatasan langsung dengan kota Medan adalah sebelah utara Selat Malaka, sebelah timur Percut Sei Tuan (kabupaten Deli Serdang), sebelah selatan Tanjung Morawa dan Pancur Batu (kabupaten Deli Serdang), sebelah barat Sunggal dan Hamparan Perak (kabuaten Deli Serdang).

Secara administratif kota Medan terbagi atas 21 kecamatan definitif yang meliputi 151 kelurahan dan 1887 lingkungan.

Menurut data dari BPS Propinsi Sumatera Utara 2006, jumlah penduduk kota Medan tahun 2006 adalah 2.067.288 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 7798/km². jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.027.607 jiwa (49,71%), jumlah penduduk perempuan dengan jumlah 1.039.681 jiwa (50,29%) sedangkan dengan angka rasio jenis kelamin 98,84%.

Menurut data dari Departemen Kesehatan RI. dan Kantor Dinas Kesehatan Kotamadya Medan tahun 2007, kota Medan memiliki 76 rumah sakit umum dan khusus, dengan perincian rumah sakit umum 60 unit, rumah sakit jiwa 5 unit.dan rumah sakit khusus lainnya 11 unit. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah rumah sakit (Rumah sakit umum) di kota Medan dalam kurun waktu 2 tahun, yaitu


(54)

dari 50 menjadi 60 rumah sakit. Peningkatan jumlah rumah sakit ini pada umumnya disebabkan meningkatnya status beberapa Balai pengobatan, klinik bersalin yang beralih menjadi rumah sakit umum.

4.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik informan/responden berumur antara 24 sampai dengan 54 tahun, sebagian besar adalah laki-laki, berlatar pendidikan dari D2 sampai S2, masa kerja berkisar antara 1 sampai 28 tahun, lama tugas jabatan berkisar antara 1 sampai 15 tahun, seperti terlihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Masa Kerja, Tugas dalam Bidang Alkes / Jabatan, Lama Tugas, dan Tempat Tugas

Umur Jenis Pend Masa Tugas bid Alkes Lama Tempat Tugas (thn) Kel. Kerja / Jabatan Tugas .

____________________________________________________________________ 1 2 3 4 5 6 7

54 Lk S1 28 Penanggung jawab alat 14 RSUP. H.A.Malik / Ka.Sie IBEM

39 Pr S1 15 Administrator alat 7 RS. St. Elisabeth 50 Lk D2 30 Administrator alat 10 RSPTPN II T. Deli

50 Lk S1 16 Penanggung jawab alat 5 RS. Haji Medan /Ka.Sie. PenMed.

41 Lk dr 12 Penanggung jawab alat 10 RS. Deli / Wa.Dir.PenMed.

42 Lk dr 22 Penanggung jawab alat 10 RS. Methodist /Wa.Dir.PenMed

43 Lk S1 13 Penanggang jawab alat 3 RSI. Malahayati / Ka.Sie PenMed

56 Lk dr 22 Penanggung jawab alat 5 RS. Wulan Windi / Direktur

41 Pr S1 15 Administrator alat 10 RS .SariMutiara 53 Lk dr 15 Penanggung jawab alat 13 RS. Bakti / Direktur

40 Lk S2 15 Penanggung jawab alat 10 RS. Martha Friska /Wa.Dir.


(55)

Lanjutan Tabel 4.1.

__________________________________________________________________________________ 1 2 3 4 5 6 7

38 Lk S1 3 Administrator alat 1 RS. Sarah 26 Pr S1 7 Administrator alat 5 RS. Advent 26 Pr S1 5 Administrator alat 4 RS. Sundari 27 Pr D3 4 Administrator alat 4 RS. Estomihi 43 Lk drg 7 Penanggung jawab alat 5 RSAU.Dr.A.Malik / Ka.Rumkit.

27 Pr D3 7 Administrator alat 7 RS. Pel. Medan 24 Pr D3 4 Administrator alat 3 RS. Martondi 24 Pr D3 4 Administrator alat 3 RS. Bandung 51 Lk S1 3 Penanggung jawab alat 3 RS.Vina Estetika / Wa.Dir

24 Pr S1 2 Adminisrator alat 2 RS. Methodist SW 24 Pr D3 3 Administrator alat 3 RS. Mitra Sejati 26 Lk dr 2 Penanggung jawab alat 2 RS. Delima / Direktur

35 Pr D3 2 Penanggung jawab alat 2 RS. Sufina Azis 40 Lk S1 3 Administrator alat 3 RS. Ibnu Saleh 22 Pr S1 2 Administrator alat 2 RS. Adenin Adnan 24 Lk dr 2 Penanggung jawab alat 2 RS. Mitra Persada / Direktur

27 Lk S1 2 Penanggung jawab alat 2 RS. Mandiri / Menejer Kesehatan

54 Pr dr 2 Penanggung jawab alat 2 RS. Farigul / Wa.Dir.

Sumber data primer, 2007

4.3. Dekripsi Hasil Penelitian 4.3.1. Input sistem pemeliharaan 4.3.1.1. Sumber Daya Manusia (teknisi)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar rumah sakit responden mempunyai kategori kurang baik dalam hal tenaga teknisi pemelihara alat kesehatan, yaitu sebanyak 26 rumah sakit atau 86,7%, dan sebanyak 4 rumah sakit atau 13,3%, mempunyai kategori baik. seperti terdapat pada Tabel 4.2.


(56)

Tabel 4.2. Distribusi Kategori Tenaga Teknisi Pemelihara Alat Kesehatan No. Kategori Teknisi N % 1. Baik 4 13,3 2. Kurang baik 26 86,7 ____________________________________________________________________ Jumlah 30 100

Sumber data primer 2007

4.3.1.2. Dana pemeliharaan peralatan kesehatan

Pada umumnya semua rumah sakit sebanyak 30 rumah sakit (100%) mempunyai dana untuk pemeliharaan alat kesehatan, seperti pada terdapat Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Dana Pemelihara Alat Kesehatan

____________________________________________________________________ No. Dana/biaya N %

1. Ada 30 100 2. Tidak ada 0 0

____________________________________________________________________ Jumlah 30 100

Sumber data primer 2007

4.3.1.3. Sarana Pemelihara Peralatan Kesehatan

(Ruangan/Workshop, Peralatan Kerja, Bahan Pemeliharaan)

Sarana pemelihara peralatan kesehatan adalah faktor pendukung untuk pelaksanakan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan yang meliputi ruangan /


(57)

Sebagian besar rumah sakit responden mempunyai kategori kurang baik dalam hal ruangan/workshop yaitu sebanyak 26 rumah sakit atau 86,7%, dan yang mempunyai kategori baik sebanyak 4 rumah sakit atau 13,3%.

Rumah sakit yang mempunyai kategori baik dalam hal peralatan kerja sebanyak 15 rumah sakit atau 50%. Rumah sakit yang mempunyai kategori kurang baik dalam hal peralatan kerja sebanyak 15 rumah sakit atau 50%.

Sebagian besar rumah sakit mempunyai kategori baik dalam hal penyediaan bahan pemeliharaan yaitu sebanyak 19 rumah sakit atau 63,3%. Rumah sakit yang mempunyai kategori kurang baik sebanyak 11 rumah sakit atau 36,7%, seperti terdapat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Kategori Sarana Pemelihara Alat Kesehatan

No. Kategori Sarana N % A Ruang Pemeliharaan

1. Baik 4 13,3 2. Kurang baik 26 86,7

Jumlah 30 100

B Peralatan Kerja

3. Baik 15 50 4. Kurang baik 15 50


(58)

Lanjutan Tabel 4.4.

N %

C Bahan Pemeliharaan

5. Baik 19 63,3 6. Kurang baik 11 36,7 Jumlah 30 100

Sumber data primer 2007

4.3.1.4. Pedoman Pemeliharaan Alat Kesehatan

Pedoman adalah merupakan buku atau berkas yang berisi petunjuk untuk melaksanakan pemeliharaan yang meliputi dokumen teknis dari pabrik pembuat alat, prosedur tetap (protap) pengoperasian alat, dan protap pemeliharaan alat.

Sebagian besar rumah sakit mempunyai kategori baik dalam hal dokumen teknis dari pabrik yaitu sebanyak 19 rumah sakit atau 63,3% dan yang mempunyai kategori kurang baik sebanyak 11 rumah sakit atau 36,7% seperti terdapat pada Tabel 4.5.

Sebagian besar rumah sakit mempunyai kategori kurang baik dalam hal prosedur tetap pengoperasian alat sebanyak 20 rumah sakit atau 66,7%, dan yang mempunyai kategori baik sebanyak 10 rumah sakit atau 33,3%. seperti terdapat pada Tabel 4.5.

Sebagian besar rumah sakit mempunyai kategori kurang baik dalam hal prosedur tetap pemeliharaan peralatan kesehatan yaitu sebanyak 26 rumah sakit atau


(59)

86,7%, dan sebanyak 4 rumah sakit atau 13,3%, mempunyai kategori baik seperti terdapat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5. Distribusi Kategori Pedoman (Dokumen, Protap Pengoperasian, dan Protap Pemeliharaan)

No. Kategori Pedoman N % A Dokumen Teknis Alat

1. Baik 19 63,3 2. Kurang baik 11 36,7

Jumlah 30 100 B Protap Pengoperasian

3. Baik 10 33,3 4. Kurang baik 20 66,7 Jumlah 30 100 C Protap Pemeliharaan

5. Baik 4 13,3 6. Kurang baik 26 86,7

Jumlah 30 100

Sumber data primer 2007

4.3.2. Proses/pelaksanaan sistem pemeliharaan

Sebagian besar rumah sakit mempunyai kategori baik dalam hal inventaris peralatan kesehatan yaitu sebanyak 19 rumah sakit atau 63,3%, dan yang mempunyai kategori kurang baik sebanyak 11 rumah sakit atau 36,7% seperti terdapat pada Tabel 4.6.

Pada umumnya rumah sakit mempunyai mempunyai kategori kurang baik dalam hal jadwal pemeliharaan peralatan kesehatan, yaitu sebanyak 26 rumah sakit atau 86,7%, dan yang mempunyai kategori baik sebanyak 4 rumah sakit (13,3%), dan


(60)

Sebagian besar rumah sakit mempunyai kategori kurang baik dalam melaksanakan pemeliharaan peralatan kesehatan, yaitu sebanyak 20 rumah sakit atau 66,7%, dan sebanyak 10 rumah sakit (33,3%), mempunyai kategori baik seperti terdapat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Kategori Pelaksanaan Sistem (Membuat Inventaris Alat, Membuat Jadwal, dan Pelaksanaan Pemeliharaan Alat)

No. Kategori Pelaksanaan N % A Membuat Inventaris Alat

1. Baik 19 63,3 2. Kurang baik 11 36,7

Jumlah 30 100 B Jadwal Pemeliharaan

3. Baik 4 13,3 4. Kurang baik 26 86,7 Jumlah 30 100 C Pelaksanaan Pemeliharaan

5. Baik 10 33,3 6. Kurang baik 20 66,7 Jumlah 30 100

Sumber data primer 2007

4.3.3. Output/kinerja sistem pemeliharaan

Kinerja sistem pemeliharaan alat kesehatan dapat dilihat dari kartu

pemeliharaan atau laporan kerja pemeliharaan peralatan kesehatan dan laporan pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan.

Pada umumnya rumah sakit mempunyai kategori kurang baik dalam hal kartu pemeliharaan atau laporan kerja pemeliharaan peralatan kesehatan, yaitu


(61)

sebanyak 26 rumah sakit atau 87,7%, dan sebanyak 4 rumah sakit atau 13,3%, mempunyai kategori baik seperti terdapat pada Tabel 4.7.

Sebagian besar rumah sakit yang mempunyai kategori kurang baik dalam hal laporan pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, yaitu sebanyak 20 rumah sakit atau 66,7%, dan sebanyak 10 rumah sakit atau 33,3% mempunyai kategori baik seperti terdapat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Kategori Kinerja (Kartu pemeliharaan / Laporan kerja Pemeliharaan, dan Laporan Kalibrasi Alat Kesehatan)

No. Kategori Kinerja N % A Kartu Pemeliharaan Alat

1. Baik 4 13,3 2. Kurang baik 26 86,7 Jumlah 30 100

B Laporan Kalibrasi Alat

3. Baik 10 33,3 4. Kurang baik 20 66,7 Jumlah 30 100

Sumber data primer 2007

Menurut data dari BPFK Medan mengenai Rumah sakit yang mempunyai laporan kalibrasi peralatan kesehatannya dari tahun 2005 sampai 2007 adalah sebagaimana terdapat pada Tabel 4.8.


(62)

Tabel 4.8. Data Output Pelaksanaan Sistem Pemeliharaan Peralatan Kesehatan di Rumah Sakit Kota Medan Tahun 2005-2007

No. Nama Rumah Sakit Kalibrasi Jenis/Nama Alat Jumlah Keterangan Terakhir (Unit)

1 2 3 4 5 6 1. RSUP.H.Adam Malik Juni 2005 1. General Purpose X-ray 2 Laporan 2. Mobile X-ray 1 kalibrasi 3. CT Scan 2 & 4. Sphygmomanometer 48 Sertifikat 5. Electro Surgery Unit 2

6. Bed side monitor 2 7. Blood pressure monitor 1 8. Elecrtocardiograph 1 9. Vap. Anaesthesi 9 10. Ventilator 6 11. Analitical Balance 2 12. Cetrifuge 2

___________________________________________________________________________ Jumlah 78

2. RS. Haji Medan Januari 1. Spirometer 1 Lap. kal 2005 2.Electro Surgery Unit 1 & 3.UV.sterilizer 2 Sertifikat ___________________________________________________________________________ Jumlah 4

3. RS. Santa Elisabeth Oktober 1.Automatic proces film 1 Laporan 2006 2.General Purpose X-ray 2 kalibrasi 3.Mobile X-ray 1 & 4.CT Scan 1 Sertifikat 5.Ultra Sono Graph 1

6.Electro Surgery Unit 1 7.Bed side monitor 3 8.Anesthesia Unit 2 9.Deffibrillator 1 10.Electrocardiograph 4 11.Sphygmomanometer 13 12.Centrifuge 2

___________________________________________________________________________ Jumlah 39


(63)

Lanjutan Tabel 4.8.

1 2 3 4 5 6

4. RS. Herna Pebruari 1. General Purpose X-ray 1 Lap.kal. & 2006 2. Mobile X-ray 1 Sertifikat

___________________________________________________________________________ Jumlah 2

5. RS. Materna April 1. Elecrtocardiograph 2 Laporan 2006 2. Blood pressure monit 1 kalibrasi 3 .Sphygmomanometer 1 & 4 .General Purpose X-ray 2 Sertifikat 5. Mobile X-ray 1 6. Nebulizer 1

7. Pulse Oximeter 1

___________________________________________________________________________ Jumlah 9

6. RS. Martha Friska April 1. General Purpose X-ray 1 Laporan 2006 2. Mobile C-Arm 1 kalibrasi 3. Angiograph 1 & 4. Autoclave 1 Sertifikat 5. Treadmill 1

6. Ventilator 1

___________________________________________________________________________ Jumlah 6

7. RS. Sarah April 1. General Purpose X-ray 1 Lap.kal.& 2006 2. Mobile X-ray 1 Sertifikat ___________________________________________________________________________ Jumlah 2

8. RS. Dr. Pirngadi April 1. Mobile X-ray 1 Lap.kal. & 2006 2. CT. Scan 1 Sertifikat ___________________________________________________________________________ Jumlah 2

9. RS. Sundari April 1. Centrifuge 1 Lap.kal. & 2006 2. General Purpose X-ray 1 Sertifikat ___________________________________________________________________________ Jumlah 2


(64)

Lanjutan Tabel 4.8.

1 2 3 4 5 6 10. RS. Advent April 1. Alat hisap medik 2 Lap.kal 2006 2. Electrocardiograph 1 & 3. Defibrillator 1 Sertifikat 4. Sphygmomanometer 5

5. Centrifuge 2

6. Autoclave 1 7. General Purpose X-ray 1

8. Electro Surgery Unit 1

___________________________________________________________________________ Jumlah 14

11 RS. Methodist April 1. Electrocardiograph 1 Lap.kal. & 2006 2. Sphygmomanometer 3 Sertifikat 3. CT Scan 1

___________________________________________________________________________ Jumlah 4

12. RS. Sari Mutiara Mei 1. General Purpose X-ray 1 Lap.kal. & 2006 2. CT Scan 1 Sertifikat ___________________________________________________________________________ Jumlah 2

13. RS. Gleneagles Juni 1. General Purpose X-ray 2

2006 2. Mobile X-ray 1 Lap. kal 3. Mobile C-Arm 1 & 4. CT Scan 1 Sertifikat 5. Mamograph 1

6 Angiograph 1

___________________________________________________________________________ Jumlah 7

14. RS.PTPN II Juni 1. Alat hisap medik 1 Lap.kal Tembakau Deli 2006 2. Electrocardiograph 1 & 3. Sphygmomanometer 9 Sertifikat 4. Inkubator perawatan 1

5. Infusion pump 1 6. Syringe pump 2 7. Nebulizer 2 8. General Purpose X-ray 1


(65)

Lanjutan Tabel 4.8.

1 2 3 4 5 6 15. RS. Mitra Sejati April Mobile X-ray 1 Lap.kal. & 2006 Sertifikat 16. RS. Imelda April Mobile X-ray 1 Lap.kal. & 2007 Sertifikat


(66)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Input Sistem Pemeliharaan

Hasil penelitian dari lembar kuesioner yang merupakan komponen input, meliputi sumber daya manusia, dana, sarana, dan pedoman.

5.1.1. Sumber daya manusia

Dari hasil penelitian, rumah sakit responden yang mempunyai teknisi pemelihara alat kesehatan sebanyak 4 rumah sakit atau 13,3%. Rumah sakit kelas A milik Departemen Kesehatan memiliki jumlah teknisi yang paling banyak yaitu sebanyak 12 orang, 11 orang berlatar pendidikan Akademi Teknik Elektromedik (ATEM), 1 orang berlatar pendidikan STM berpengalaman 20 tahun menangani peralatan laboratorium. Rumah sakit lain yang mempunyai tenaga teknisi ATEM merupakan rumah sakit kelas A milik swasta mempunyai 1 orang teknisi, dan dua rumah sakit kelas B masing-masing milik BUMN mempunyai 1 orang teknisi, dan milik suatu yayasan memiliki 2 orang teknisi.

Jumlah rumah sakit yang belum mempunyai teknisi pemelihara alat kesehatan sebanyak 26 rumah sakit atau 86,7%, terdiri dari 2 kelompok, kelompok pertama adalah rumah sakit yang mempunyai teknisi dengan latar belakang pendidikan STM sebanyak 11 rumah sakit atau 36,7%, dan kelompok kedua adalah rumah sakit yang tidak memiliki teknisi sebanyak 15 rumah sakit atau 50%.


(1)

Lampiran 12

PROSEDUR TETAP PEMELIHARAAN ELEKTROCARDIOGRAPH (ECG) 1.PRASYARAT.

1.1. SDM, teknisi terlatih. 1.2. Peralatan kerja lengkap.

1.3. Dokumen teknis penyerta lengkap.

1.4. Bahan pemeliharaan, Bahan operasional dan bahan materialbantu tersedia. 1.5. Mekanisme kerja jelas.

2. PERSIAPAN.

2.1. Siapkan perintah kerja.

2.2. Siapkan Formulir Laporan Kerja.

2.3. Siapkan dokumen teknis penyerta : Service manuall, dan Wiring diagram.

2.4. Siapkan peralatan kerja Tool set electronic, Multi meter. Simulator ECG, Leakage current meter 2.5. Siapkan bahan pemeliharaan, bahan operasional, material bantu :

Contact cleaner, Baterai, Kertas perekam, Cairan pembersih, Kain lap/kertas tissue, kuas, dan Lampu indicator.

2.6. Pemberitahuan kepada user. 3. PELAKSANAAN.

No. Kegiatan Pemeliharaan Periode

3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7. 3.8. 3.9. 3.10. 3.11. 3.12.

Cek dan bersihkan seluruh bagian alat

Cek dan bersihkan tombol/switch , perbaiki bilaperlu Cek baterai, lampu indikator, ganti bila perlu

Cek semua fitting dankonektor dari semua hubungan listrik, bersihkan bila perlu Cek kondisi electroda, bersihkan bila perlu

Cek step response dengan menekan tombol 1 mV Cek fungsi Alarm, perbaiki bila perlu

Cek kecepatan kertas dan ketajaman rekaman

Lakukan pelumasan pada roda gigi motor dan roll kertas perekam Lakukan pengukuran arus bocor

Lakukan pengukuran tahanan kabel pembumian alat Lakukan Uji Kinerja

1 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 1 bulan 1 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 1 tahun 1 tahun 3 bulan 4. PENCATATAN

4.1. Isi kartu pemeliharaan alat. 4.2. Isi formulir Laporankerja.

4.3. User menanda tangani laporan kerja dan alat diserahkan kembalikepada user.

5. PENGEMASAN ALAT KERJA DAN DOKUMEN TEKNIS PENYERTA 5.1. Cek alat kerja dan sesuaikan dengan catatan

5.2. Cek dan rapihkan dokumen teknis penyerta

. 5.3. Kembalikan alat kerja dan dokumen tekis penyerta ke tempat semula

6. PELAPORAN


(2)

(3)

Lampiran 14

KARTU PEMELIHARAAN ALAT

Nama RS :

Instalasi/UPF :

Nama Alat :

Merek/Type/ Model :

No. Serie

Tahun pengadaan :

Nilai pengadaan

No.Inventaris :

TANGGAL

URAIAN KEGIATAN, HASIL

DAN PELAKSANAAN

KETERANGAN

1 2 3

Catatan : 1. Kartu ini agar digantungkan pada alat.

2. Perhatikan petunjuk pengisian kartu


(4)

LAPORAN KERJA PEMELIHARAAN PERALATAN (PREVENTIF) No. : ……….

No NAMA ALAT MERK

TYPE/ MODEL

No. SERI LOKASI

URAIAN KEGIATAN

HASIL BIAYA TGL

PELAK- SANAAN

1 2 3 4 5 6 7 8

…………., ……….. Mengetahui / Menyaksikan :

Pengguna Alat : Pelaksana Pemeliharaan : 1. ………. 1. ……… ..

2. ………. 2. ……….. Catatan : Perhatikan petunjuk pengisian


(5)

Lampiran 16

TABEL

NILAI AMBANG BATAS PADA KESELAMATAN LISTRIK

NILAI PENYIMPANGAN YANG DIIZINKAN PADA KELUARAN KINERJA No Nama Alat Keselamatan & jenis

keluaran Nilai Ambang batas Nilai Penyimpangan yang diizinkan

Standar

1. Electrocardiograph a.Arus bocor pada kabel pembumian b.Arus bocor pada selungkup.

c.Arus bocor electrode d.Calibration 1 mV e.Heart rate calibration f.Frequency response g.Linieritas

h.Paper speed

≤ 500 µA

≤ 100 µA

≤ 10 µA - - - - - - - - ± 5 %

± 5% (0,5bpm)

0,7 cm ± 5 % ± 2 %

IEC 161-1-1 Clas II,Type

CF

2. Infusion Pump a.Arus bocor pada kabel pembumian b.Arus bocor pada selungkup. cAkurasi flow d.Akurasi flow (dengan non critical)

≤ 500 µA

≤ 100 µA - -

- - ± 5 % ± 10 %

ECRI 436-0595

3. Inkubator Perawatan

a.Arus bocor pada kabel pembumian b.Arus bocor pada selungkup. c.Patient probe d.Hood air temperature

≤ 500 µA

≤ 100 µA - -

±3º C ±1º C

IEC 601-1-1 Clas I, Type

BF ECRI

415-05995 4. Defibrilator a.Arus bocor pada

kabel pembumian b.Arus bocor pada selungkup c.Arus bocor pada elektroda d.Internal paddle energy

e.Output energy setelah 60 sec.

f.Jumlah energy g.Waktu pengisian s/d maximum

h.Energy max. pada 10 kali pengisian

≤ 500 µA

≤ 100 µA

≤ 10 µA - - - - - - - -

≤ 50J ± 4J or 15 %

≥ 85 %

≤ 15 sec. ± 15% IEC601-1-1 Clas II,Type CF 5 Sphygmomanomete r a.Leakage pressure b.Akuration pressure - - ± 10% ±3mmHg ECRI 458-0595


(6)

No Nama Alat Keselamatan & jenis keluaran

Nilai Ambang batas

Nilai Penyimpangan yang diizinkan

Standar

6 X-Ray General purpose

a.Arus bocor pada kabel pembumian b.Arus bocor pada selungkup. c.Akurasi KVP pada kondisi …..mA d.Linieritas mA/MAS pada kondisi …..KV e.Akurasi timer f.Voltage drop

≤ 500 µA

≤ 100 µA -

- -

- - ± 5 % ± 10 % 1 m Sec or 5%

± 7 %

IEC 601-1-1 Clas I,Type

B

ECRI 472-0595

7 Centrifuge a.Arus bocor pada kabel pembumian b.Arus bocor pada selungkup. cAkurasi setting kecepatan d.Akurasi timer

≤ 500 µA

≤ 100 µA - -

- - ± 10 % ± 10 %

IEC 601-1-1 Clas I,Type

B

ECRI 456-0595