111 peningkatan tingkat suku bunga satu persen maka akan mengurangi tingkat
investasi sebesar 1725.93 milyar rupiah.
5.2.3. Tenaga Kerja Sektor Pertanian
Persamaan dan pendugaan parameter tenaga kerja di sektor pertanian akan dijelaskan pada Tabel 9 berikut.
Tabel 9. Hasil Pendugaan Parameter Tenaga Kerja di Sektor Pertanian Elastisitas
Peubah Penjelas Parameter
Dugaan Nilai
Peluang SR
LR
Intersep 15.48181
0.0471 Tingkat Upah
-0.00001 0.0401
-0.12017 -0.36091
Populasi Penduduk 0.005296
0.8437 Lag Tenaga Kerja Pertanian
0.667044 0.0010
R
2
= 0.55945 F Hitung = 6.35
DW = 2.858137
Dari hasil estimasi parameter yang dilakukan pada persamaan tenaga kerja di sektor pertanian yang ditunjukkan pada Tabel 9 di atas, dapat diketahui bahwa
tingkat upah riil memberikan pengaruh yang negarif pada peubah endogen tenaga kerja di sektor pertanian, hal ini bisa dimaklumi bahwa upah riil yang ada adalah
bias di perkotaan. Untuk respon elastisitas dari tingkat upah riil yang dihasilkan baik jangka pendek dan jangka panjang semua memiliki respon inelastis terhadap
peubah tenaga kerja di sektor pertanian, yaitu masing -masing adalah -0.12 untuk jangka pendek dan -0.36 untuk jangka panjang. Dari hasil nilai elastisitas
tersebut dapat diartikan bahwa peningkatan upah riil sebesar satu persen maka akan membawa pengaruh penurunan tenaga kerja d i sektor pertanian sebesar 0.12
persen untuk jangka pendek dan 0.36 untuk jangka panjang. Dan dari hasil pendugaan ini juga diketahui bahwa peubah penjelas ini memiliki pengaruh yang
nyata dengan nilai peluang sebesar 0.047.
112 Hasil estimasi untuk peubah populasi penduduk terhadap penyerapan
tenaga kerja di sektor pertanian memiliki pengaruh yang positif dengan nilai parameter dugaan sebesar 0.005296. Hal tersebut bisa diartikan bahwa dengan
peningkatan satu juta penduduk maka akan memberikan tambahan tenag a kerja di sektor pertanian sebanyak 5296 orang.
5.2.4. Harga Komoditas Pertanian
Hasil pendugaan parameter pada harga komoditas pertanian dapat dilihat pada Tabel 10 dibawah ini.
Tabel 10. Hasil Pendugaan Parameter Harga Komoditas Pertanian Elastisitas
Peubah Penjelas Parameter
Dugaan Nilai
Peluang SR
LR
Intersep 1.265338
0.1150 Produksi Pertanian
-0.00001 0.1032
-0.12934 -0.37567
Inflasi 0.000275
0.1887 0.000942
0.002736 Nilai Tukar
-6.4E-6 0.7364
Impor Komoditas Pertanian -0.00002
0.0931 -0.00667
-0.01936 Lag Harga Komoditas Pertanian
0.655699 0.0235
R
2
= 0.98385 F Hitung = 158.38
DW = 1.631848
Dari Tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa produksi pertanian, nilai tukar dan impor komoditas pertanian memberikan respon yang negatif terhadap harga
komoditas pertanian. Sedangkan untuk peubah inflasi memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan harga komoditas pertanian. Secara keseluruhan
tingkat respon elastisitas dari masing-masing peubah penjelas terhadap harga komoditas pertanian memberikan respon inelastis baik jangka panjang maupun
jangka pendek. Peubah produksi pertanian memberikan respon elastisitas sebesar -0.13
dalam jangka pendek dan -0.38 dalam jangka panjang, hal ini berarti dengan
113 peningkatan produksi pertanian sebanyak satu persen maka akan berakibat
menurunnya harga komoditas pertanian sebesar 0.13 persen dalam jangka pendek dan 0.38 persen untuk jangka panjang. Peubah produksi pertanian dalam
persamaan ini memiliki pengaruh yang nyata terhadap harga komoditas pertanian dengan nilai peluang 0.1 jauh dibawah 0.25 sebagai nilai toleransi.
Sementara itu untuk impor komoditas pertanian juga memiliki pengaruh negatif terhadap harga komoditas pertanian dengan nilai elastisitas sebesar
-0.007 untuk jangka pendek dan -0.019 untuk jangka panjang. Hal ini berarti dengan adanya peningkatan impor komoditas pertanian maka akan menurunkan
tingkat harga di dalam negeri sebesar 0.007 persen dalam jangka pendek dan 0.019 dalam jangka panjang. Dari hasil perhitungan elastisitas tersebut dapat
diketahui bahwa dengan adanya impor akan memberikan keuntungan pada konsumen, namun disatu sisi akan merugikan produsen. Pada peningkatan satu
persen dari nilai impor hal ini masih bisa ditoleransi karena hanya memberikan dampak elastisitas yang kecil terhadap harga, namun apabila perilaku impor
komoditas pertanian mengalami peningkatan yang sangat tinggi maka akan merugikan petani selaku produsen, karena harga komoditas pertanian yang
dihasilkan akan jatuh. Sedangkan untuk tingkat inflasi memberikan respon yang positif terhadap
peningkatan harga komoditas pertanian masing-masing dengan respon elastisitas sebesar 0.0009 dalam jangka pendek dan 0.003, artinya dengan adanya
kenaikan inflasi satu persen maka akan berakibat pada meningkatnya harga komoditas pertanian sebesar 0.0009 persen dalam jangka pendek dan 0.003 persen
dalam jangka panjang.
114 Jika dilihat dari besaran nilai statistik R
2
= 0.98, artinya semua peubah penjelas mampu menjelaskan peubah endogennya sebesar 98 persen sedangkan
dua persen lagi dijelaskan oleh faktor lain di luar persamaan, dengan nilai statistik F Hitung = 158.38. Dengan kata lain, bahwa persamaan tersebut mampu
menjelaskan peubah endogennya dengan baik.
5.2.5. Ekspor Komoditas Pertanian