95 Apabila koperasi  non  KUD hanya berpedoman pada UU  No. 121967,  maka
untuk KUD selain pada UU  No. 121967 juga  pada Inpres-Inpres seperti  yang telah disebutkan di atas.
Sebagai pusat pelayanan perkonomian pedesaan, KUD mem iliki fungsi Depdag dan Depkop  1985  :  1 perkreditan,  2  Penyediaan dan penyaluran
sarana-sarana produksi,  3  Pengolahan dan pemasaran hasil produksi, dan  4 Kegiatan perekonomian lainnya. Pengkaitan  program  pembangunan dengan
pembinaan KUD ini dimaksudkan agar  KUD selain dapat melaksanakan beragam usaha  juga dapat memupuk dana. Dana yang diperoleh digunakan untuk membuka
atau mendirikan usaha baru yang  sesuai dengan kepentingan anggotamasyarakat sebagai usaha  yang mandiri.
Hasil dari kegiatan KUD  dalam  mendukung  program  peningkatan produksi padi memang dapat dilihat dengan dicapainya swasembada beras pada
tahun  1984.  KUD  juga  mempunyai jasa  yang  besar dalam mempertahankan swasembada padi sampai sekarang ini, meskipun harus dibayar dengan  biaya
mahal, khususnya kemacetan pengembalian kredit usaha tani KUT sebagai kredit pendukung program  tersebut.
Hasil  lain yang  dicapai KUD dalam mendukung pengembangan komoditi non  padi walaupun masih dalam  skala  yang  terbatas jelas tidak dapat diabaikan.
Beberapa bukti keberhasilan misalnya diraih KUD sapi perah susu, KUD lebah madu dan lain-lain.
4. Kelompok Tani
Pada saat swasembada beras dicapai pada tahun  1984,  banyak par a ahli perb erasan merasa heran karena memang terjadi di luar dugaan. Menurut
96 perkiraan ahli perberasan  Leon A.  Mears misalnya, sampai dengan tahun  1985
belum dapat dipastikan akan meraih swasembada. Bahkan Mears memberikan indikasi bahwa swasembada itu hanya akan dicapai melalui perluasan  areal
Adjid , 1985. Perkiraan para ahli  yang  meleset di atas antara  lain  didasari pemikiran
bahwa terdapatnya kesenjangan antara potensi teknologi untuk meningkatkan hasil dan adopsi teknologi oleh petani. Kesenjangan tersebut disebabkan oleh
adanya berbagai macam kendala  yang sulit di atasi, meliputi sosial, ekonomi, dan budaya. Hal ini diperkuat dengan keadaan intensifikasi Bimas dan Inmas  yang
memperlihatkan gejala stagnasi. Menurut pengalaman dalam melaksanakan intensifikasi diperoleh bahwa
partisipasi merupakan faktor  yang paling  menentukan, namun dalam pengembangan dan pembinaannya memerlukan cara  yang  cocok sesuai dengan
keadaan sosial budaya setempat. Diperlukan peran penyuluh  yang  handal, sehingga mampu membentuk wawasan kognitif, efektif sebagai  modal  dalam
menyerap teknologi. Kepercayaan terhadap pentingnya penerapan pola partisipasi dilengkapi
dengan konsep kelompok, sehingga muncul istilah partisipasi dalam kelompok. Melalui partisipasi kelompok, sikap tanggap dan kemampuan suatu kelompok
masyarakat untuk melakukan suatu tindakan  atau kegiatan  yang  diharapkan dan yang  merupakan bagian dari tindakan atau kegiatan masyarakat  yang  lebih luas,
Kelompok tani merupakan kekuatan sosial untuk menimbulkan partisipasi terhadap sesuatu program pembangunan pertanian  Adjid, 1985.
Hasil dari  model  transformasi semacam itu hasilnya telah dapat dilihat
97 pada tahun 1979, 1980 dan 1981, di mana pada tahun-tahun tersebut produktivitas
usaha tani padi mengalami peningkatan pesat yaitu tahun 1979  sebesar  20.30 ton, pada tahun 1982 menjadi  25,41 ton.
5. Lembaga Swadaya Masyarakat
Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM terhadap pembangunan pertanian terutama ditujukan melalui peningkatan taraf hidup masyarakat
berpenghasilan ren dah dengan memberi dorongan, bimbingan dan bantuan pada usaha-usaha pengembangan sosial ekonomi dengan meningkatkan swadaya
mereka. LSM mempunyai misi pokok berpartisipasi dalam mengatasi kemiskinan dan keterbelakangan secara langsung dan nyata. Dalam menjalankan fungsinya
tersebut lembaga swadaya masyarakat berperan sebagai motivator, katalisator, dinamisator dan fasilitator.
Sebagai lembaga operasional sebagian besar aktivitas LSM berupa kegiatan-kegiatan praktis di bidang pelayanan, pembinaan dan pengembangan
usaha. Dari pengalaman praktisempirisnya dihasilkan konklus i-konklusi, self- koreksi, harapan-harapan yang  memunculkan gagasan dan pemikiran -pemikiran.
Dengan demikian pemikiran -pemikiran dan gagasan -gagasan  yang  dihasilkan tersebut tidak didasarkan pada hasil dalam bidang pengkajian dan teori, meskipun
belakangan mulai aktif dalam forum-forum pengkajian. Menurut Mahasin 1989, dalam khasanah kepustakaan LSM telah muncul
istilah tentang berbagai generasi LSM. LSM  generasi  awal  lebih merupakan lembaga sukarela untuk memberikan bantuan dan santunan sosial. Generasi kedua
pada  mulanya memperkenalkan pengembangan usaha swadaya lewat kelompok-
98 kelompok kecil dari masyarakat miskin. Semboyan mereka adalah memberi kail
bukan sekedar ikan. Generasi ketiga mulai berinteraksi dengan pembuat kebijaksanaan, dan berperan  sebagai semacam konsultan untuk berbagai  program
yang  memerlukan dukungan swadaya masyarakat. Gen erasi keempat menggerakkan keprihatinan publik dengan melakukan kampanye tentang
lingkungan hidup, hak-hak konsumen atau hak-hak asasi manusia.
4.2.4. Kontribusi  Pembangunan Sektor Pertanian Terhadap Pembangunan