Nilai Kesediaan Membayar WTP Biaya Rehabilitasi Hutan Pengguna AMDK.
122 Peningkatan harga air PDAM setelah memperhitungkan biaya rehabilitasi
hutan dan lahan kemungkinan akan menyebabkan penurunan permintaan air. Hal ini sesuai dengan pendapat Putri et al., 2007, bahwa apabila harga air rendah
dengan tingkat konsumsi tinggi, maka jika terjadi peningkatan harga sedikit saja akan menyebabkan jumlah permintaan air berkurang banyak. Sebaliknya apabila
harga tinggi dan konsumsi rendah, maka bila terjadi kenaikan harga akan memberikan efek penurunan permintaan sedikit saja. Hal ini antara lain karena
kurva permintaan lebih curam pada harga lebih tinggi. Sanim 2011, menyatakan bahwa peningkatan kebutuhan air diperkotaan
akan terus meningkat seiring dengan peningkatan aktivitas perekonomian dan laju urbanisasi, untuk itu walaupun harga air bersih terus meningkat maka
permintaannya tidak akan menurun secara drastis.
Analisis Besarnya Erosi Setiap Skenario Pengembangan
Besarnya erosi pada skenario-3, skenario-4 dan skenario-5 lebih rendah dari erosi yang diperbolehkan Tolerable Soil LossTSL, sedangkan skenario-2
erosinya lebih tinggi dari TSL Tabel 26. Tabel 26. Pendugaan erosi setiap skenario pengembangan DAS Way Betung
tonhath No
Skenario Pengembangan Erosi rata-rata
tonhath TSL tonhath
1 Skenario-1 Existing 56,1
37,4 2 Skenario-2
39,1 3 Skenario-3
21,6 4 Skenario-4
29,4 5 Skenario-5
19,8
Sumber : Dianalisis dari data landuse, tanah dan curah hujan 2009
Hal ini disebabkan skenario-2 memiliki nilai CP faktor tanaman dan pengelolaan lahan tertimbang lebih besar 0,16 apabila dibandingkan dengan
nilai CP skenario-3, skenario-4 dan skenario-5. Walaupun luas hutan pada skenario-2 telah mencapai 30 dari luas DAS, namun nilai CP masih cukup
besar. Nilai CP tersebut disumbangkan oleh luasan kebun campuran 1.543,4 ha 29,3 dan semak belukar 1.156,2 ha 21,9 sehingga hal ini yang
menyebabkan erosi yang dihasilkan lebih besar dari TSL. Nilai faktor tanaman
123 dan tindakan konservasi CP dipengaruhi oleh jenis penggunaan lahan dan
tindakan konservasi. Apabila nilai CP suatu jenis penggunaan lahan kecil maka nilai erosi yang dihasilkan juga akan kecil, demikian pula sebaliknya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai pendugaan erosi antara lain: curah hujan R, jenis tanah K, panjang dan kemiringan lereng LS,
vegetasi dan pengelolaan lahan CP Arsyad, 2006. Pada setiap skenario pengembangan faktor R, K, LS, nilainya relatif tetap, sedangkan faktor yang
berubah adalah nilai CP. Perubahan luas penggunaan lahan yang disertai tindakan pengelolaan lahan setiap skenario pengembangan akan menyebabkan
perubahan nilai CP, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi besarnya nilai erosi. Perubahan nilai faktor CP setiap skenario pengembangan disajikan pada
Tabel 27. Tabel 27. Nilai faktor CP tertimbang setiap skenario pengembangan DAS Way
Betung
No Penggunaan
lahan Skenario-1
Skenario-2 Skenario-3
Skenario-4 Skenario-5
Luas Ha
CP Luas
Ha CP
Luas Ha
CP Luas
Ha CP
Luas Ha
CP 1
Hutan 377,1
0,005 1.578,0
0,005 2.691,5
0,005 1.578,0
0,005 2.691,5
0,005 2
Kb.campuran 2.744,3
0,2 1.543,4
0,2 1.434,9
0,2 154,.4
0,03 1.434,9
0,2 3
Semak belukar 1.156,2
0,3 1.156,2
0,3 523,7
0,3 1.156,2
0,3 523,7
0,3 4
Pert. Lh.kering 322,5
0,4 322,5
0,4 161,0
0,4 322,5
0,3 161,0
0,06 5
Permukimnltb 358,7
0,2 358,7
0,2 313,4
0,2 358,7
0,2 313,4
0,2 6
Lain-Lain 301,2
301,2 301,2
301,2 301,2
Jumlah 5.260,0
5.260,0 5.260,0
5.260,0 5.260,0
CP tertimbang 0,21
0,16 0,11
0,10 0,096
Erosi tonhath
58,1 39,1
21,6 29,4
19,8
Keterangan: Skenario-4, Kebun campuran + alley croping,
Tidak teridentifikasi awan Skenario-5, pertanian lahan kering +alley croping
Apabila hanya berlandaskan pada kriteria erosi saja, maka skenario-5 yang kemudian diikuti skenario-3 adalah skenario pengembangan yang terbaik.
Skenario-5 dan skenario-3 mampu menurunkan erosi hingga lebih rendah dari TSL dan bahkan lebih rendah dari skenario-4, namun pelaksanaannya akan
berpotensi menimbulkan konflik sosial. Hal ini disebabkan karena apabila skenario-3 dan skenario-5 diimplementasikan maka harus mengeluarkan peserta
HKm 490,2 ha dari kawasan hutan. Kondisi demikian disebabkan karena walaupun kegiatan HKm tidak diperpanjang namun pada kenyataannnya petani
pesertanya tetap melakukan penggarapan dalam lokasi tersebut.