Nilai Ekonomi Air dari Pengguna AMDK Kota Bandar Lampung.

113 Sebagian besar responden juga mengetahui apabila hutan rusak maka akan mempengaruhi fasilitas tempat wisata dan pengunjung, sehingga mereka juga setuju apabila hutan dipelihara untuk menjaga kenyamanan pengunjung. Berdasarkan analisis responden yang mengisi daftar pertanyaan kuesioner, sejumlah 90 responden 91,8 menyatakan bersedia membayar biaya rehabilitasi hutan dan lahan demi terciptanya hutan lestari. Sebanyak 8 responden 8,2 menolak membayar biaya rehabilitasi hutan dan lahan dengan alasan bahwa harga karcis yang mereka bayarkan sudah cukup mahal Tabel 23. Tabel 23 memperlihatkan bahwa pengunjung Taman Wisata Bumi Kedaton memiliki kesediaan membayar dengan persentase tertinggi 28,6 yaitu sebesar Rp.2.000,-. Sedangkan kesediaan membayar biaya rehabilitasi dengan persentase terendah 1,0 adalah sebesar Rp.2.500,- Rp.3.500,- dan Rp 6.000,-. Berdasarkan analisis dari Tabel 23 diperoleh rata-rata kesediaan untuk membayar WTP biaya rehabilitasi adalah sebesar Rp.2.091,8kunjungan Kenyataan di atas menunjukkan bahwa pengunjung TWBK bersedia memberikan biaya korbanan sebesar Rp2.091,8kunjungan agar tempat wisata tetap nyaman dan dapat mempertahankan kondisinya dimasa yang akan datang.

c. Nilai Kesediaan Membayar WTP Biaya Rehabilitasi Hutan Pengguna AMDK.

Nilai kesediaan membayar atau Willingness to Pay WTP terhadap biaya rehabilitasi hutan dan lahan DAS Way Betung adalah kesediaan individu untuk membayar suatu kondisi lingkungan atau penilaian suatu sumberdaya alam dan jasa alami dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan. Berdasarkan data yang diperoleh, maka jumlah responden yang mengetahui apabila AMDK yang digunakan berasal dari mata air di kawasan hutan adalah 82 dan 18 responden tidak mengetahui apabila AMDKyang mereka gunakan berasal dari kawasan hutan. Alasan mereka tidak mengetahui bahwa AMDK yang digunakan berasal dari kawasan hutan adalah karena mereka tidak memiliki pengetahuan tentang kehutanan dan kurangnya keinginan untuk mengetahui sumber air yang mereka gunakan. Responden yang menyatakan bersedia membayar untuk biaya rehabilitasi lahan dan hutan DAS Way Betung sebanyak 90 responden 90. Awalnya 114 responden belum mengetahui bahwa sumber air AMDK adalah berasal dari DAS Way Betung, namun setelah mendapat penjelasan mereka mengerti dan memahami sehingga bersedia membayar rehabilitasi hutan dan lahan. Responden yang bersedia membayar beralasan melestarikan hutan merupakan tanggung jawab bersama, responden juga mengetahui apabila hutan rusak akan menimbulkan berkurangnya debit air sehingga berakibat produksi AMDK menurun. Responden juga memiliki kekhawatiran tidak dapat mengkonsumsi AMDK terus-menerus. Sebanyak 10 responden 10 menolak membayar biaya rehabilitasi hutan dan lahan dengan alasan bahwa harga AMDK yang responden beli sudah terlalu mahal dan juga mereka tidak ingin tahu mengenai urusan rehabilitasi hutan dan lahan karena mereka beranggapan urusan rehabilitasi lahan dan hutan merupakan tanggung jawab perusahaan serta pemerintah. Kesediaan untuk membayar WTP pengguna AMDK untuk biaya rehabilitasi adalah sebesar Rp.429.648.754,-tahun.

d. Nilai Kesediaan Membayar WTP Biaya Rehabilitasi Hutan Pengguna

Air Rumah Tangga Hulu. Secara rinci kesedian membayar biaya rehabilitasi hutan rumah tangga pengguna air di wilayah hulu DAS Way Betung disajikan pada Tabel 24. Tabel 24 memperlihatkan kesediaan masyarakat yang berada di hulu DAS Way Betung untuk membayar biaya rehabilitasi hutan dan lahan relatif cukup baik, hal ini dapat dilihat dari kisaran rata-rata yang bersedia mereka bayarkan yaitu antara Rp.1.523,8 - Rp.2.792,5. Kondisi yang demikian menggambarkan bahwa mereka yang tinggal di hulu juga memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan khususnya hutan, yang mereka ketahui merupakan sumber air bagi kehidupannya. Berdasarkan analisis data diperoleh, jumlah reponden yang mengetahui bahwa air yang dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga berasal dari kawasan hutan adalah sebanyak 88 responden 94,6 dan tidak mengetahui sebanyak 5 responden 5,4. Alasan mereka mengetahui adalah karena letak antara pemukimanlahan pertanian dengan kawasan hutan dan DAS Way Betung tidak begitu jauh dan alasan tidak mengetahui karena tidak memiliki pengetahuan terhadap bidang lingkungan dan kehutanan. 115 Tabel 24. Nilai kesediaan membayar WTP biaya rehabilitasi hutan pengguna air rumah tangga hulu tahun 2009 Rptahun No Dusun Jml RT Rata rata Nilai WTP Rp Nilai dibayar Total WTP WTP Rpbln Rp 1 Parendoan I 107 1.875,0 200.625,0 75,0 150.469,- 2 Pardendoan II 157 1.954,6 306.864,4 81,8 251.076,- 3 Sumber Agung 751 2.792,5 2.097.129,9 71,7 1.503.642,- 4 Talang Mulya 300 1.523,8 457.143,0 61,9 282.972,- Jumlah 1.315 2.188.159,- Nilai WTP rumah tangga hulu Rp.2.188.159,- x 12 26.257.906,- Sumber : Dianalisis dari data primer 2009 Sebagian besar responden juga mengetahui apabila hutan rusak maka akan menimbulkan berkurangnya debit air, sehingga mereka juga setuju apabila hutan dipelihara untuk menjaga kelancaran debit air. Analisis selanjutnya sejumlah 66 responden 70,9 menyatakan bersedia membayar biaya rehabilitasi hutan 21 responden 29,0 menolak membayar biaya rehabilitasi hutan. Alasan responden yang tidak bersedia membayar biaya rehabilitasi hutan adalah mereka hanya memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan masalah rehabilitasi merupakan tanggung jawab pemerintahkehutanan. Nilai kesediaan membayar WTP biaya rehabilitasi rata-rata sebesar Rp.2.036,5bulanRT, merupakan indikasi awal dari potensi pemanfaat air untuk pembiayaan rehabilitasi hutan dan lahan. Nilai kesediaan membayar biaya rehabilitasi ini masih relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai ekonomi air di Sub DAS Konto dan Sub DAS Cisarea sebesar Rp.27.721,7orangbulan dan Rp.14.920,1orangbulan Ginoga et al., 2005.

e. Nilai Kesediaan Membayar WTP Biaya Rehabilitasi Hutan dari Petani

Padi Sawah Berdasarkan analisis data, menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat terhadap kelestarian sumberdaya air atau pengetahuan mereka terhadap kelestarian hutan dan kelancaran sumberdaya air yang dimanfaatkan relatif cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari seluruh responden sejumlah 42 orang 100 mengetahui apabila air yang dimanfaatkan untuk keperluan pertanian berasal dari kawasan hutan. Alasan mereka mengetahui adalah karena letak antara lahan pertanian dengan kawasan hutan dan DAS Way Betung tidak jauh, sedangkan air 116 yang digunakan untuk pertanianirigasi berasal dari gunung. Sebagian responden juga mengetahui apabila hutan rusak maka akan menimbulkan berkurangnya debit air, sehingga mereka setuju apabila hutan harus dipelihara untuk menjaga kelancaran debit air. Berdasarkan hasil analisis, sebanyak 24 responden 57,1 menyatakan bersedia membayar biaya rehabilitasi hutan dan lahan demi kelancaran air untuk mengairi padi sawah. Sebanyak 18 responden 42,9 menolak membayar biaya rehabilitasi hutan dan lahan dengan alasan danauang yang mereka miliki hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan masalah rehabilitasi hutan merupakan tanggungjawab pihak kehutanan atau pemerintah. Secara rinci kesedian membayar WTP petani padi untuk membayar biaya rehabilitasi disajikan pada Tabel 25. Tabel 25 terlihat bahwa kesedian untuk membayar biaya rehabilitasi hutan dan lahan pengguna air untuk padi sawah berkisar antara Rp.1.400,- sampai Rp.4.400,-. Kondisi demikian menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kepedulian terhadap kelestarian sumber daya hutan, selain itu juga menunjukkan bahwa masyarakat mengetahui apabila mereka memelihara hutan maka air akan tetap tersedia untuk kegiatan pertanian padi sawah. Tabel 25. Nilai kesediaan membayar WTP biaya rehabilitasi hutan petani padi sawah tahun 2009 Rptahun Jml petani orang Rata-rata Nilai WTP Rp Nilai Dibayar Total WTP Rpth No Dusun WTP Rp 1 Parendoan I 15 3.600,0 54.000,0 53,3 28.798,- 2 Parendoan II 12 3.583,3 42.999,9 58,3 25.082,- 3 Sb.Agung 5 4.400,0 22.000,0 100,0 22.000,- 4 Talang Mulya 10 1.400,0 14.000,0 40,0 5.600,- Jml 42 12.983,3 132.999,9 81.480,1 Nilai WTP biaya rehabilitasi dari petani padai sawah 162.960,2 Sumber : Dianalisis dari data primer 2009 Analisis Permintaan dan Penawaran Harga Air PDAM Kota Bandar Lampung Berdasarkan analisis permintaan dan penawaran terhadap harga air PDAM diperoleh harga keseimbangan keekonomian tanpa biaya rehabilitasi adalah