Nilai Ekonomi Air PDAM Kota Bandar Lampung.

105 Di Kota Bandar Lampung terdapat 3 tiga industri AMDK yang cukup besar, industri tersebut mengambil air baku dari mata air yang berada di dalam DAS Way Betung. Industri AMDK tersebut menggunakan nama dagang Tripanca, Grand dan Great. Seperti kondisi kota-kota pada umumnya selain beredar nama dagang AMDK diatas juga terdapat banyak nama dagang AMDK yang beredar di Kota Bandar Lampung. Berdasarkan hasil penelitian, responden pengguna AMDK dibagi menjadi 2 dua yaitu responden yang hanya menggunakan AMDK sebanyak 27 dan responden yang menggunakan AMDK tetapi juga memasak air minum sendiri yaitu sebanyak 73. Faktor yang mempengaruhi banyaknya air yang diminum setiap rumah tangga adalah jumlah anggota rumah tangga, sehingga semakin banyak jumlah anggota rumah tangga maka semakin banyak air minum yang dikonsumsi. Responden yang hanya menggunakan AMDK menghabiskan 8-10 galon perbulan sedangkan responden yang menggunakan AMDK dan memasak air sendiri menghabiskan 5-6 galon perbulan. Secara rinci konsumsi AMDK setiap keluarga disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Konsumsi rata-rata AMDK masyarakat Kota Bandar Lampung literbulan tahun 2008 No Kriteria Rumah tangga 1 Jumlah responden 100,0 2 Jumlah anggota keluarga RT Responden 490,0 3 Jumlah konsumsi total RT Responden 11.661,2 Konsumsi rata-rata RT literbulan 116,6 Sumber : Dianalisis dari data primer 2009 Harga AMDK ukuran 240 ml gelas ini semua sama dipasaran yaitu seharga Rp.500,- sedangkan untuk kemasan galon terdapat perbedaan harga dengan kisaran antara Rp.6.000,-Rp.8.000,-. Produk AMDK Great, Grand, dan Tripanca ini merupakan produk yang tingkat harganya menengah dibandingkan nama dagang lainnya. Air minum isi ulang yang harganya paling murah sekitar Rp.3.000,-galon dan paling mahal Rp.12.000,-galon. Namun masyarakat sebagian besar lebih memilih Grand sebagai air minum yang diangga paling baikhigienis.Variasi harga produk AMDK yang bahan bakunya berasal dari mata air di kawasan DAS Way Betung ini disajikan pada Tabel 18. 106 Tabel 18. Harga produk AMDK di Kota Bandar Lampung yang bahan bakunya berasal dari DAS Way Betung tahun 2009 No Nama Dagang AMDK Kemasan Harga Rp 1 Tripanca 240 ml 500 600 ml 1.500 2.000 ml 2.500 Galon19 Liter 6.000-7.000 2 Grand 240 ml 500 600 ml 1.500 2.000ml 2.500 Galon19 Liter 6.000-8.000 3 Great 240 ml 500 600 ml 1.500 2.000 ml 2.500 Galon19 Liter 6.000-7.000 Sumber: Dianalisis dari data primer 2009 Secara umum masyarakat Kota Bandar Lampung menggunakan AMDK dengan alasan praktis, sehingga masyarakat tidak perlu lagi repot-repot memasak air karena AMDK ini sudah siap konsumsi. Sedangkan alasan khusus masyarakat memilih merk tertentu karena alasan rasa, higienis serta harga yang lebih murah. Selain itu, masyarakat kota Bandar Lampung menggunakan AMDK lebih dari 1 satu nama dagang. Hal ini disebabkan karena mereka beranggapan semua nama dagang AMDK memiliki rasa dan kualitas yang samasetara, selain itu AMDK juga tersedia di toko-toko disekitar tempat tinggalnya. Secara rinci persentase produk AMDK yang sering digunakan oleh responden disajikan pada Tabel 19 Lampiran 26. Tabel 19. Persentase produk AMDK yang dikonsumsi masyarakat Kota Bandar Lampung tahun 2009 No Nama produk AMDK Persentase 1 Tripanca 22 2 Grand 35 3 Great 2 4 Nama Dagang Lain Watershop, Aqua, Amila, Vitatica, dll 24 5 1 nama dagang AMDK 17 Total 100 Sumber: Dianalisis dari data primer 2009 107 Nilai AMDK untuk waktu yang akan datang dapat dipastikan akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh harga AMDK yang sangat menarik, contohnya untuk nama dagang “2 tang” isi 600 ml harganya Rp.1.000,- , dan nama dagang “Aqua” dengan isi yang sama harganya Rp.1.200,-. Hal senada dinyatakan oleh Darusman 2005, bahwa sejak PT. Aqua Golden Missisipi memproduksi AMDK dengan nama dagang Aqua tahun ‘80an sampai sekarang telah muncul berbagai nama dagang AMDK dengan produksi jutaan liter setiap tahunnya. Selanjutnya dikatakan oleh Darusman dan Bahruni 2005, pada tahun 1999 tercatat nama dagang AMDK telah mencapai 108 dan tahun 2002 telah mencapai 250 yang tersebar dalam 18 provinsi di Indonesia dan didominasi oleh provinsi Jawa Barat. AMDK merupakan salah satu industri yang berkembang sangat pesat dan cepat akhir-akhir ini. Diperkirakan lebih dari 2.800 juta galon atau 10.600 juta liter Air Minum Botolan AMB yang diperkirakan telah dikonsumsi oleh masyarakat Amerika Serikat USA pada tahun 1995 Business Review, 1996. AMDK merupakan air minum yang siap dikonsumsi secara langsung tanpa harus melalui proses pemasakanperebusan terlebih dahulu. AMDK merupakan air yang dikemas dalam berbagai bentuk kemasan, mulai dari 19 liter galon, 1.500 ml600ml botol, dan 240ml220ml gelas Zeofilt, 1998. Perkembangan industri AMDK di Indonesia menunjukan peningkatan yang cukup pesat. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan permintaan AMDK yang meningkat minimal 10 per tahun. Sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka industri ini terus berkembang. Perkembangan ini juga terpacu oleh lingkungan perkotaan yang memburuk. Hal ini diikuti dengan semakin tingginya tingkat pencemaran dari berbagai aktivitas yang dilakukan oleh manusia, sehingga air, udara, bahkan tanah yang bersih sebagai salah satu syarat utama kehidupan yang baik dan sehat terasa semakin sulit dan langka dijumpai.

d. Nilai Ekonomi Air untuk Rumah Tangga Hulu.

Nilai ekonomi pemanfaatan air untuk rumah tangga merupakan nilai pemanfaatan air yang dihasilkan dari perkalian jumlah rumah tangga, rata-rata jumlah anggota keluarga, konsumsi rata-rata air rumah tangga perbulan dan harga 108 setara PDAM. Penggunaan harga air setara dengan PDAM karena belum adanya penetapan harga air secara khusus untuk beberapa kriteria rumah tangga hulu. Harga setara PDAM yang digunakan adalah untuk kriteria rumah tangga sederhana R1. Secara rinci nilai ekonomi air untuk kebutuhan rumah tangga hulu disajikan pada Tabel 20 Lampiran 27. Tabel 20 memperlihatkan rata-rata konsumsi air rumah tangga kawasan hulu DAS Way Betung ternyata jauh lebih tinggi dari konsumsi rata-rata air untuk rumah tangga perkotaan. Hal ini disebabkan karena mereka beranggapan bahwa air yang digunakan oleh mereka berasal dari gunung, dan mereka tidak perlu membayar untuk memanfaatkannya. Sehingga dengan kata lain, air dianggap oleh mereka sebagai barang publik public goods, artinya air adalah barang yang tidak memiliki kepemilikan dan setiap orangwarga berhak untuk menggunakannya. Tabel 20. Nilai ekonomi air untuk rumah tangga hulu DAS Way Betung tahun 2009 Rptahun No Dusun Jml RT Konsumsi air m 3 Harga air setara tarif PDAM R1 bulanRT Jml Rp 0-10 m 10 m 3 3 1 Parendoan I 107 45,0 2.775 3.300 15.327.750 2 Parendoan II 157 46,4 2.775 3.300 22.490.250 3 Sb. Agung 751 44,0 2.775 3.300 107.580.750 4 Tlg. Mulya 300 50,3 2.775 3.300 42.975.000 Jumlah 1.315 188.373.750 Nilai ekonomi penggunaan air untuk rumah tangga di hulu Rp.188.373.750 x 12 2.260.485.000 Sumber: Dianalisis dari data primer 2009 Anggapan yang demikian menyebabkan mereka tidak memperhatikan tidak mengontrol efisiensi penggunaan air untuk keperluan rumah tangga, sehingga terjadi pemborosan pemakaian air. Hal ini dapat dilihat dari disebagian besar bak penampungan air di rumah mereka tidak terdapat alat penutup kran, sehingga walupun bak penampungan telah penuh tetap saja air mengalir ke bak mereka dan terbuang secara percuma. Hal senada dinyatakan oleh Sanim 2003, bahwa air merupakan kebutuhan dasar manusia, juga sebagai barang publik public goods yang tidak dimiliki oleh siapapun, melainkan dalam bentuk kepemilikan bersama global commons. 109 Sehingga air adalah sumberdaya alam yang dikelola secara kolektif, bukan untuk dijual atau diperdagangkan guna memperoleh keuntungan. Selanjutnya dikatakan bahwa jika dipandang air sebagai antropocentrisme maka air dianggap sebagai public goods dan global commons dapat dimanfaatkan secara tidak efisien, boros dan tanpa dilandasi perlunya keberlanjutan sustainable dari keberadaan sumberdaya air tersebut.

e. Nilai Ekonomi Air untuk Pertanian Padi Sawah Hulu DAS Way Betung.

Pemanfaatan air untuk keperluan pertanian padi sawah di hulu DAS Way Betung belum terlalu banyak, dari keempat dusun yang ada di wilayah hulu pemanfaatan air untuk padi sawah baru mencapai luas 18,5 ha yang digarap oleh 44 orang petani. Hal ini terkait dengan kepemilikan lahan yang relatif sempit, dan mahalnya biaya pengadaan air untuk kegiatan tersebut Lampiran 28. Untuk menduga besarnya nilai ekonomi pemanfaatan air padi sawah menggunakan pendekatan biaya pengadaan airhamusim tanam. Sehingga nilai ekonomi pemanfaatan air untuk pertanian padi sawah adalah nilai pemanfaatan air yang dihasilkan dari luas usaha padi sawah, musim tanam padi, biaya pengadaan air. Komponen biaya pengadaan air meliputi upah harian kerja jumlah tenaga kerja dan berapa hari kerja, pengadaan pipabambu dan biaya pemeliharaan pipabambu. Nilai ekonomi pemanfaatan air untuk pertanian padi sawah disajikan pada Tabel 21. Tabel 21. Nilai ekonomi pemanfaatan air untuk padi sawah di DAS Way Betung tahun 2009 Rptahun No Dusun Jml petani orang Luas Sawah ha BPA Rpha MT Rata- rata MTth Nilai air Rpth 1 Parendoan I 15 8,0 106.500,- 2 1.704.000,- 2 Parendoan II 12 6,3 83.542,- 2 1.044.275,- 3 Sumber Agung 5 1,3 198.000,- 2 495.000,- 4 Talang Mulya 10 3,0 139.500,- 2 837.000,- Jml 42 18,5 527.542,- 4.080.275,- Rata-rata 0,4 131.885,5 Sumber : Dianalisis dari data primer 2009 Keterangan: BPA= Biaya pengadaan air; MT = Musim Tanam 110 Tabel 21 memperlihatkan biaya pengadaan air untuk pertanian padi sawah relatif mahal, yaitu berkisar antara Rp83.542; - Rp198.000;haMT. Variasi yang demikian besar antar lain karena perbedaan upah tenaga kerja serta pengadaan sarana pengairan berupa bambu yang relatif sulit diperoleh pada beberapa dusun seperti Sumber Agung. Beberapa hal yang menyebabkan dusun Sumber Agung memerlukan biaya pengadaan air yang paling besar, antara lain adalah letak dusun yang dekat dengan perkotaan sehingga tenaga kerja lebih mahal, dan yang kedua di dusun tersebut ketersediaan bambu sebagai salah satu alat penyalur air harus didatangkan dari luar dusun sehingga harganya mahal. Nilai Kesediaan Membayar WTP Biaya Rehabilitasi Hutan Pengguna Air DAS Way Betung Nilai kesediaan membayar WTP biaya rehabilitasi hutan pengguna air DAS Way Betung berasal dari: a Konsumen Perusahaan Daerah Air Minum PDAM, b Pengunjung Taman Wisata Bumi Kedaton TWBK, c Konsumen Industri Air Minum Dalam Kemasan AMDK, d Rumah tangga hulu, dan e Pertanian padi sawah.

a. Nilai Kesediaan Membayar WTP Biaya Rehabilitasi Hutan Konsumen

PDAM. Nilai kesediaan membayar WTP biaya rehabilitasi hutan dari pelanggan rumah tangga secara umum dipengaruhi oleh tingkat ketergantungan mereka terhadap pasokan air bersih. Tabel 22 memperlihatkan bahwa pelanggan R2 bersedia membayar biaya rehabilitasi WTP yang paling besar diikuti oleh pelanggan R1 dan yang paling kecil adalah justru pelanggan R3 rumah tangga mewah. Hal ini disebabkan tingkat ketergantungan pelanggan rumah tangga mewah R3 terhadap pasokan air dari PDAM tidak terlalu besar, karena pada umumnya mereka memiliki kemampuan untuk membuat sumur bor, sehingga walaupun air dari PDAM tidak mengalir mereka masih mampu memenuhi kebutuhan airnya sendiri. Sebaliknya pelanggan rumah tangga sederhana R1 dan rumah tangga menengah R2, pada umumnya kebutuhan airnya sangat tergantung pada pasokan PDAM. Apabila air dari PDAM tidak mengalir mereka