sebelas hari dari penyuntikkan pertama. Kelompok domba superovulasi mendapat perlakuan penyuntikkan secara intramuscular menggunakan hormon PMSG dan
hCG yang disuntikkan sesaat setelah penyuntikkan PGF2 α yang kedua. Kelompok
domba kontrol hanya mendapat perlakuan penyuntikkan PGF2 α.
Sekitar 24 sampai dengan 36 jam setelah penyuntikkan PGF2 α yang
kedua, domba berada dalam keadaan berahi. Semua kelompok perlakuan domba dicampur dengan domba jantan, agar terjadi perkawinan. Pencampuran domba
jantan ini dilakukan selama dua hari. Pencampuran dengan pejantan dilakukan dengan membagi 18 domba menjadi 2 kelompok dengan masing-masing
kelompok terdiri atas 9 betina dan 1 jantan. Tiga puluh hari setelah pencampuran dengan pejantan, dilakukan pemeriksaan kebuntingan menggunakan USG.
3. 4. 3. Pengambilan Sampel
Pengambilan darah dilakukan melalui vena jugularis menggunakan spuid sebanyak kurang lebih 3 mL. Sebelum pengambilan darah, bulu dicukur dan
dibersihkan dengan kapas alkohol. Pengambilan darah pada domba dapat dilihat pada Gambar 2.
Sumber: Dokumen pribadi
Gambar 2 Pengambilan darah pada domba melalui vena jugularis. Darah yang sudah diambil langsung dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang telah dilapis antikoagulan EDTA. Tabung tersebut kemudian ditutup menggunakan sumbat dan diberi label sesuai kode perlakuan. Setelah itu, sampel
darah tersebut dimasukkan ke dalam kotak pendingin dan dibawa ke laboratorium fisiologi untuk dilakukan pemeriksaan darah.
3. 4. 4. Penghitungan Sel Darah Merah, Hematokrit, dan Hemoglobin.
Penghitungan sel darah merah dilakukan dengan menggunakan metode hemositometer. Metode hemositometer dilakukan dua tahap. Tahap pertama, pipet
pengencer yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu. Sampel darah yang telah diberi antikoagulan EDTA dihomogenisasi supaya sel darah tercampur
merata. Dengan menggunakan pipet pengencer, darah yang telah dicampur dengan EDTA dihisap sampai 0,5. Kemudian, pipet dibersihkan dari noda darah yang
menempel menggunakan tisu. Setelah itu, ujung pipet dimasukkan ke dalam cairan pengencer NaCl 0,9 dan larutan tersebut dihisap sampai batas tera 101.
Aspirator dilepas, pipet diangkat, ujungnya ditutup dengan jempol, dan pangkalnya ditutup dengan jari tengah. Pipet diposisikan mendatar dan
dihomogenkan dengan membuat gerakan memutar angka 8. Setelah homogen, cairan tetesan pertama dan kedua dibuang. Tahap kedua, hasil pengenceran
dituangkan ke dalam kamar hitung dengan menyentuhkan ujung pipet eritrosit pada tepi kaca penutup. Kemudian, kamar hitung didiamkan beberapa menit agar
sel-sel darah merah mengendap pada dasar kamar hitung. Kamar hitung dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 40 kali. Jumlah sel yang dihitung
adalah di lima kotak, yaitu pada pojok kanan atas dan bawah, pojok kiri atas dan bawah, serta satu kotak yang tepat berada di tengah. Jumlah sel darah merah ialah
jumlah dari penghitungan lima kotak tadi dikalikan dengan 10 000 per mm
3
. Kamar hitung Neubauer dapat dilihat dalam Gambar 3.
Sumber: Bamualim 2008
Gambar 3 Kamar hitung Neubauer.
Penghitungan nilai hematokrit atau Pack Cell Volume PCV dilakukan menggunakan Adam Mikrohematocrit Reader. Tabung mikro yang digunakan
adalah tabung mikro dengan panjang 7 cm dan diameter 0,1 mm. Sampel darah diambil dengan menempelkan bagian ujung dari tabung mikro tersebut ke dalam
darah. Posisi ujung tabung mikro hampir mendatar dan bagian ujung tabung yang lain dikosongkan kira-kira 1 cm. Bagian ujung tabung disumbat. Setelah itu,
tabung mikro yang berisi sampel darah tersebut disentrifuse selama 4 sampai dengan 5 menit dengan kecepatan 10 000 rpm rotasi per menit. Hasil
sentrifugasi dibaca menggunakan Adam Mikrohematocrit Reader. Pengukuran nilai hemoglobin dilakukan dengan menggunakan metode
Cyanmethemoglobin. Metode Cyanmethemoglobin didasarkan pada pembentukan cyanmethemoglobin yang intensitas warnanya diukur secara fotometri. Reagen
yang digunakan adalah larutan Drabkin yang mengandung Kalium ferrisianida K3Fe[CN]6 dan kalium sianida KCN. Ferrisianida mengubah besi pada
hemoglobin dari bentuk ferro ke bentuk ferri menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan KCN membentuk pigmen yang stabil yaitu
sianmethemoglobin. Intensitas warna yang terbentuk diukur secara fotometri pada panjang gelombang 540 nm.
3. 5. Variabel yang Diamati