Prinsip FJM dan FMJ

Gambar 9 Posisi manusia dalam sistem kerja Sumber: Wignjosoebroto 2003

2.2.2 Prinsip FJM dan FMJ

Menurut Bridger 1995, dalam perancangan sistem kerja, perancangan akan mempertimbangkan 2 komponen yang saling terkait yaitu komponen manusia dan komponen pekerjaan. Manusia akan selalu berinteraksi dengan pekerjaan dengan segenap kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki. Di lain fihak sistem menuntut agar pekerjaan dapat diselesaikan tanpa banyak kesalahan, menghasilkan kualitas produk yang baik dan dapat diselesaikan dalam waktu yang cepat. Keberhasilan dari sebuah sistem kerja dapat dilihat dari tingkat efektifitas, efisiensi dan produktivitas kerja. Semakin baik sebuah sistem kerja artinya semakin efisien, semakin efektif dan semakin produktif. Dalam melakukan perancanangan sistem kerja, perancang dihadapkan dengan 2 pilihan prinsip perancangan yaitu prinsip ‘fit the man to the job’ menyesuaikan manusia kepada tuntutan pekerjaan, dan prinsip ‘fit the job to the man’ menyesuaikan pekerjaan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia. Prinsip fit the man to the job didasarkan pada pemikiran bahwa produktivitas dan efisiensi suatu sistem kerja dapat ditingkatkan dengan cara memilih pekerja yang sesuai dengan tugas dan kondisi kerja yang harus dihadapi. Prinsip ini sesuai untuk beberapa pekerjaan, terutama yang menyangkut keamanan baik keamanan institusi, komunitas maupun keamanan negara. Misalnya pekerjaan sebagai operator sistem keamanan bank yang harus memiliki kualifikasi khusus di bidang information technology IT, serta memiliki integritas moral yang sangat baik. Hal ini harus dilakukan karena nasib bank tersebut termasuk jutaan nasabah tergantung kepada hasil kerjanya. Kesalahan sekecil apapun akan memiliki imbas yang sangat besar, sehingga harus dapat dihindari. Contoh lain adalah pekerjaan pilot pesawat tempur. Pekerjaan ini menuntut manusiapilot memiliki kemampuan fisik sangat luar biasa, karena akan dituntut melakukan menuver-manuver ekstrim yang sangat sulit. Tuntutan lain pada pilot adalah kecerdasan tinggi sebab pada kondisi perang yang sesungguhnya perhitungan penyerangan atau bertahan bukan saja mempertaruhkan nyawa sang pilot, namun juga keamanan negara. Pilot juga dituntut memiliki moral sangat baik, memiliki kesetiaan terhadap institusi bahkan harus berjiwa patriotik sejati. Dalam 2 kasus di atas, prinsip perancangan yang harus memilih, menyesuaikan dengan tuntutan pekerjaan tepat untuk diambil. Namun demikian, jika prinsip ini diterapkan dalam banyak pekerjaan yang tidak menyangkut keamanan terlalu mendasar, maka akan menimbulkan banyak kesulitan, misalnya perancangan lantai produksi di perusahaan tekstil yang memerlukan jumlah pekerja sangat banyak, dilakukan sepanjang hari 24 jam, 3 shift. Jika pada saat melakukan perancangan alat kerjanya hanya berdasarkan kepada kebutuhan, dan hasilnya adalah alat canggih yang rumit, maka akan sangat kesulitan mencari operator apalagi dalam jumlah ribuan. Pendekatan alternatif dalam perancangan sistem kerja adalah prinsip fit the job to the man yang mendasarkan metode perancanan sistem kerja dengan menitik-beratkan kepada manusiapekerjanya. Perancang akan melihat karakteristik manusia sebagai pertimbangan utama dalam menentukan tingkat kesulitan dari sebuah alat. Karakteristik yang dimaksud mencakup karakter anatomi, fisiologis dan psikologisnya. Jika sebuah alat disesuaikan dengan kemampuan manusia, maka pada waktu penggunaan alat tersebut akan dapat berjalan dengan lancar, operator tidak banyak melakukan kesalahan dan dengan demikian efisiensi dan efektifitas juga akan meningkat. Contoh perancangan yang sesuai dengan prinsip ini sangat banyak. Pendek kata selain sistem kerja yang menyangkut sistem keamanan, prinsip fit the job to the man dapat digunakan. Prinsip ini yang sampai dengan saat ini dianggap paling ergonomi dalam merancang sistem kerja.

2.2.3 Ergonomi Mikro dan Makro