Karena telah menerbitkan buku Kumpulan sajak dan Geguritan Handoyo
Wibowo : Nurani Peduli, nama handoyo Wibowo melambung tinggi, melampaui
penggurit-penggurit yang telah menggeluti sastra Jawa. Hampir semua media memuat tulisan tentang beliau.
3. Latar Belakang Penciptaan
Handoyo Wibowo mulai berkarya pada akhir tahun 1999. Yang menyebabkan ia tertarik untuk terjun membuat puisi dan geguritan karna pada
waktu itu ia berlangganan koran Bernas. Pada suatu hari, di harian Bernas ada berita, bahwa panitia Komunitas Sastra Indonesia, pimpinan Bambang
Widiatmoko mengadakan lomba membuat puisi dengan judul Yogyakarta. Sebagai warga Yogya, ia merasa terpanggil. Akhirnya ia mendapat inspirasi, tak
kurang dari setengah jam, dua buah puisi dengan judul yang sama ‘Yogyakarta’ berhasil ia ciptakan.
Handoyo Wibowo banyak mengambil tema ajaran moral dalam puisi-puisi
dan geguritan-geguritannya yang terkumpul dalam Nurani Peduli. Kata nurani
sendiri dari kata “hati nurani” yang dimaksudkan penghayatan tentang baik atau buruk berhubungan dengan tingkah laku konkret kita. Hati nurani ini
memerintahkan atau melarang kita untuk melakukan sesuatu kini dan di sini. Ia tidak berbicara tentang yang umum, melainkan tentang situasi yang sangat
konkret Bertens, 1997:51.
Hati nurani merupakan semacam saksi tentang perbuatan-perbuatan moral kita. Fenomena hati nurani sebetulnya terdapat di segala jaman dan dalam semua
kebudayaan. Hati nurani dapat dibedakan menjadi dua bentuk : hati nurani retrospektif
dan prospektif. Hati nurani retrospektif memberikan penilaian tentang perbuatan- perbuatan yang telah berlangsung di masa lampau. Hati nurani ini seakan-akan
menoleh ke belakang dan menilai perbuatan-perbuatan yang sudah lewat. Ia menyatakan bahwa perbuatan yang telah dilakukan itu baik atau tidak baik. Hati
nurani prospektif melihat ke masa depan dan menilai perbuatan-perbuatan kita yang akan datang. Hati nurani dalam arti ini mengajak kita untuk melakukan
sesuatu atau seperti barangkali lebih banyak terjadi, mengatakan “jangan” dan melarang untuk melakukan sesuatu Bertens, 1997:54-55.
Hati nurani bersifat personal, artinya selalu berkaitan erat dengan pribadi yang bersangkutan. Norma-norma dan cita-cita yang kita terima dalam hidup
sehari-hari dan seolah-olah melekat pada pribadi kita, akan tampak pula dalam ucapan-ucapan hati nurani . Seperti dikatakan bahwa tidak ada dua manusia yang
sama, begitu pula tidak ada dua hati nurani yang persis sama. hati nurani diwarnai oleh kepribadian kita.
Sedangkan peduli menurut pengertian dari Handoyo Wibowo adalah suatu perhatian yang berkenan, yang dapat memunculkan harapan atau impian
seseorang atau kelompok orang menjadi suatu kenyataan. Pengertian itulah yang
menjadi landasan mengapa Handoyo Wibowo memilih kata Nurani Peduli untuk
judul bukunya.
Sedangkan pada tema, yang melatarbelakangi Handoyo Wibowo untuk selalu mengangkat tema tentang cinta dan ajaran moral, karena menurut Handoyo
Wibowo, hanya tema-tema tentang cinta dan tentang ajaran moral yang sesuai dengan hati nuraninya. Tema-tema tersebut dapat diterima oleh semua orang,
tidak hanya beberapa bagian orang tertentu atau kelompok, seperti misalnya tema- tema tentang politik, religius, nasionalis, budaya dan yang lainnya. Handoyo
Wibowo berharap agar hasil karyanya dapat dibaca, dinikmati, dan diambil hikmahnya oleh semua orang. Itulah sebabnya ketika penulis menanyakan pula
apa agama yang dianut oleh penyair, beliau mengatakan bahwa semua agama pada dasarnya adalah sama, tidak ada yang lebih baik atau yang lebih buruk,
karena tujuan yang ingin dicapai oleh semua agama dan semua orang adalah hidup tenteram dan diterima Yang Maha Kuasa di dalam surga. Dan agama yang
dianut Handoyo Wibowo adalah perbuatan baik serta kepedulian terhadap sesama. Handoyo Wibowo tidak mengunakan hipogram pada karya–karyanya,
semua karyanya diciptakan secara langsung pada saat ia memikirkan atau merasakan sesuatu.
4. Harapan Handoyo Wibowo Setelah Penciptaan