2. Simbol
Simbol muncul dalam konteks yang sangat beragam dan digunakan untuk berbagai tujuan, simbol itu punya sifat mewakili terhadap sesuatu yang lain, tetapi
dalam kata, simbol sebenarnya ada unsur kata kerjanya yang berasal dari kata Yunani yang berarti mencampurkan serta membandingkan dan membuat analogi
antara tanda dan objek yang lainnya seperti apa yang diacu. Menurut teori sastra, simbol itu sebaiknya dipakai dalam pengertian yang adanya sebagai berikut :
sebagai suatu objek yang mengacu pada objek yang lain, tetapi juga menuntut perhatian pada diri sendiri sebagai suatu dari perwujudan. Simbol itu akan
menampilkan dirinya sendiri Wellek, 1983:239-140. Simbol dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1 Simbol-simbol universal, berkaitan dengan artikepos, misalnya tidur lambang
dari suatu kematian. 2
Simbol kultural yang dilatarbelakangi oleh suatu dari kebudayaan tertentu, misalnya keris dalam budaya Jawa.
3 Simbol individual yang biasanya dapat ditafsirkan dalam konteks keseluruhan
dari karya seorang pengarang Hartoko B. Rahmanto, 1984:133 Ada pendapat yang menyatakan bahwa simbol dicirikan oleh nampaknya
sifat-sifat yang mencirikan spesies pada individu, atau sifat-sifat umum genus pada khususnya, akhirnya oleh nampaknya hal-hal yang bersifat pribadi abadi
pada hal-hal yang sementara Coleridge dalam Wellek, 1983:240. Uraian tentang simbol tersebut bermanfaat untuk bisa memberikan
gambaran secara umum bahwa simbol adalah suatu pemakaian dari bentuk baru
yang harus menampakan sifat-sifat yang lebih umum dan abadi dari sifat-sifat objek yang diacu.
Dalam puisi perlu digunakan simbol karena penyair merasa bahwa kata- kata dari kehidupan sehari-hari itu belumlah rasanya mencukupi untuk
mengungkapkan makna yang hendak disampaikan oleh diri penyair kepada pembaca. Penyair merasa bahwasannya dengan simbol itu maknanya akan lebih
hidup.
3. Mitos
Mitos adalah suatu cara pengungkapan yang cenderung bersifat irasional dan intuitif, meliputi bidang-bidang agama, folklor, antropologi, sosiologi, dan
lain-lain dengan tujuan sebagai dasar menghidupkan narasi. Secara umum, suatu ciri mitos adalah sifatnya yang sosial, komunal, dan
anonim. Mitos menurut sejarahnya, mengikuti dan berkaitan erat dengan ritual. Mitos adalah bagian ritual yang diucapkan, cerita yang diperagakan oleh ritual.
Dalam suatu masyarakat, ritual dilakukan oleh pemuka-pemuka agama untuk menghindarkan bahaya dan mendatangkan keselamatan. Tetapi dalam pengertian
yang luas, mitos berarti cerita-cerita anonim mengenai asal mula alam semesta dan nasib serta tujuan hidup, penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh suatu
masyarakat kepada anak-anak mereka mengenai dunia tingkah laku manusia, citra alam dan tujuan hidup manusia. Penjelasan ini bersifat mendidik Wellek
Waren, 1983:243. Mitos dapat juga dikatakan sebagai alusio yang diperjelas yang
menceritakan tentang dewa atau pahlawan yang mengisahkan tentang keyakinan
masyarakat mengenai persoalan yang berhubungan dengan penciptaan dewa, sifat alam semesta, dan nasib suatu bangsa dengan tujuan sebagai dasar untuk
menghidupkan narasi.
4. Tema