22
1. Lethal Concentration LC LC ditentukan pada saat mortalitas mencapai 50 dan terjadi setelah 24 jam,
48 jam, atau 96 jam setelah dimasukan kedalam media. 2. Effectif Concentration EC
EC ditentukan dimana konsentrasi dapat menyebabkan efek berbahaya seperti perbedaan pola tingkah laku biota dan ketidakseimbangan pada 50 populasi
biota akuatik. 3. Incipent Letal Concentration ILC
ILC ditentukan pada saat paling tidak 50 dari populasi yang bertahan. 4. Save Concentartion SC
Konsentrasi tertinggi yang paling aman bagi biota akuatik 5. Maksimum Allowable Toxicant Concentration MATC
Konsentrasi tertinggi yang diperbolehkan ada diperairan yang tidak akan menyebabkan bahaya apapun bagi organisme akuatik.
Dari harga LC
50
sangat tinggi : 1 mgL
, selanjutnya potensi ketoksikan akut senyawa uji dapat digolongkan menjadi :
tinggi : 1 -50 mgL
sedang : 50 – 500 mgL
sedikit toksit : 500 – 5000 mgL
hampir tidak toksit : 5 – 15 gL
relatif tidak berbahaya : 15 gL, Balazs T, 1970
2.10 Kualitas Air
Kelarutan logam dalam air dikontrol oleh pH air. Kenaikan pH menurunkan kelarutan logam dalam air, karena kenaikan pH mengubah kestabilan dari bentuk
karbonat menjadi hidroksida yang membentuk ikatan dengan partikel pada badan air, sehingga akan mengendap membentuk lumpur Palar 2004.
Odum 1971 menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin
tingginya salinitas. Kandungan oksigen terlarut DO minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun toxit,
23
Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme Swingle 1968.
Kenaikan suhu air dan penurunan pH akan mengurangi adsorpsi senyawa logam berat pada partikulat. Suhu air yang lebih dingin akan meningkatkan
adsorpsi logam berat ke partikulat untuk mengendap di dasar. Sementara saat suhu air naik, senyawa logam berat akan melarut di air karena penurunan laju adsorpsi
ke dalam partikulat. Logam yang memiliki kelarutan yang kecil akan ditemukan di permukaan air selanjutnya dengan perpindahan dan waktu tertentu akan
mengendap hingga ke dasar, artinya logam tersebut hanya akan berada di dekat permukaan air dalam waktu yang sesaat saja untuk kemudian mengendap lagi. Hal
ini ditentukan antara lain oleh massa jenis air, viskositas air, temperatur air, arus serta faktor-faktor lainnya Palar 2004.
Daya larut logam berat dapat menjadi lebih tinggi atau lebih rendah tergantung pada kondisi lingkungan perairan. Pada daerah yang kekurangan
oksigen, misalnya akibat kontaminasi bahan-bahan organik, daya larut logam berat akan menjadi lebih rendah dan mudah mengendap Lawrence 2003.
Kandungan logam berat pada sedimen umumnya rendah pada musim kemarau dan tinggi pada musim penghujan. Penyebab tingginya kadar logam
berat dalam sedimen pada musim penghujan kemungkinan disebabkan oleh tingginya laju erosi pada permukaan tanah yang terbawa ke dalam badan sungai,
sehingga sedimen dalam sungai yang diduga mengandung logam berat akan terbawa oleh arus sungai menuju muara Bryan 1976.
Persyaratan lokasi untuk pemeliharaan bandeng adalah Suhu air 26,5-31,0
C, pH 6,5-8,5, Oksigen larut 3,0-8,5 ppm dan salinitas 10–18 ppm Idel dkk.
1996. Persyaratan kualitas air untuk uji toksisitas antara lain : pH 7,0-7,5, kesadahan 75-125 mgl, DO 4 mgl, CO2 maks. 10 mg1, alkalinitas 50 -200
mgl dan amoniak 0,1 mg1 Ahmad 1998.
24
III. METODE PENELITIAN 3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Maret 2010. Lokasi pelaksanaan penelitian, yaitu : Laboratorium Lingkungan
Departemen Budidaya Perairan, Laboratorium Kesehatan Ikan Departemen Budidaya Perairan, Laboratorium Nutrisi Ikan Departemen Budidaya Perairan,
dan Laboratorium Pengujian Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan atas tiga tahap, yaitu: uji nilai kisaran, uji akut, dan uji sub-kronik. Ikan uji yang digunakan adalah ikan bandeng ukuran 6-7 cm,
diperoleh dari Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang. Sedangkan, logam berat nikel yang digunakan sebagai sumber toksisitas dalam
penelitian adalah nikel klorida NiCl
2
3.3 Uji Nilai Kisaran
. Wadah yang digunakan dalam penelitian berupa akuarium berukuran 20 x 20 x 30 cm, yang diisi air laut dengan salinitas
15 ‰ sebanyak 10 liter. Analisis kadar nikel pada media percobaan menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy
AAS.
Uji nilai kisaran bertujuan untuk mengetahui batas bawah dan batas atas konsentrasi nikel. Batas atas merupakan konsentrasi yang menyebabkan dampak
kematian ikan bandeng 100 dalam waktu 24 jam, sedangkan batas bawah adalah konsentrasi nikel dimana 100 ikan bandeng yang dicobakan masih dapat
hidup setelah 48 jam pemaparan. Tahap uji ini menggunakan 150 ekor Ikan uji, kepadatan 1 ekorL yang dibagi menjadi 4 taraf yaitu 5 ; 50 ; 100 ; dan 150 ppm
dan 1 perlakuan kontrol negatif dengan 3 ulangan. Penentuan konsentrasi nikel pada perlakuan dilakukan dengan membuat stock solution 1000 ppm dan
selanjutnya dikonversi menggunakan rumus pengenceran, sebagai berikut: N
1
V
1
= N
2
V
2
Keterangan : ……………….. 1
N
1
V = Konsentrasi larutan Ni standar ppm
1
= Volume air media yang digunakan liter