28
skala 101 menggunakan pipet yang sama. Pipet dikocok selama 3 menit dengan hati-hati sehingga darah tercampur merata pada bagian yang bertanda 1–101.
Larutan pada ujung pipet yang tidak tercampur dibuang dengan menggunakan tissue. Darah yang teraduk diteteskan ke dalam hemocytomer yang dilengkapi
dengan gelas penutup hingga memenuhi seluruh permukaan yang berskala. Selanjutnya dilakukan penghitungan di bawah mikroskop.
Untuk menghitung jumlah eritrosit digunakan 5 kotak kecil yang terletak di bagian tengah kamar hitung yaitu empat kotak di sudut-sudutnya dan satu kotak
ditengah-tengah. Satu kotak kecil luasnya adalah 0.2 x 0.2 mm = 0.04 mm
2
, sehingga 5 kotak itu luasnya 5 x 0.04 mm
2
= 0.2 mm
2
. Kedalaman kamar hitung adalah 0.1 mm, sehingga volume cairan di dalam kamar hitung yang diamati
adalah 0.2 mm
2
x 0.1 mm = 0.02 mm
3
atau 2100 mm
3
. Dengan demikian jumlah eritrosit per mm
3
darah dapat diketahui yaitu 1002 = 50 a butir. Karena
menggunakan pengencer 0.5:100 atau 1:200, maka jumlah eritrosit di dalam mm
3
darah dapat diketahui yaitu 50 x 200 x a butir atau a x 10
4
3.5.5 Leukosit
butir eritrosit.
Sampel darah diencerkan dengan larutan Turks untuk menghanculkan sel darah merah agar jumlah sel darah putih dapat dihitung. Untuk mengencerkan
leukosit digunakan pipet berskala maksimum 11 yang dilengkapi pengaduk. Mula-mula darah diisap dengan pipet hingga skala 1.0, ujung pipet dibersihkan
dengan kertas tissue kemudian larutan Turks diisap dengan cepat dan hati-hati hingga skala 11 menggunakan pipet yang sama. Pencampuran dilakukan dengan
menggoyang pipet selama 3 menit agar darah tercampur dengan homogen. Setelah pencampuran selesai, larutan pada ujung pipet yang tidak tercampur
dibuang dengan menggunakan tissue. Kemudian teteskan pada kamar hitung hemocytometer dengan cara menempelkan ujung pipet pada pertemuan antara
dasar kamar hitung dan kaca penutup. Perhitungan dilakukan dengan cara yang sama pada perhitungan eritrosit. tetapi yang digunakan 16 kotak pada setiap sudut.
Jika jumlah semua butir darah putih pada keempat kotak itu adalah a, maka per mm
3
larutan mengandung a x 104. Faktor pengenceran 200 kali, maka jumlah leukosit per mm
3
darah adalah 200 x 104 x a = a x 50 butir.
29
3.5.6 Rasio Netrofil-limfosit
Dari satu tetes darah kemudian dibuat preparat darah ulas tipis pada gelas objek, kemudian segera dikeringkan dengan cara mengibas-ngibaskan di udara.
Setelah kering kemudian dilakukan fiksasi dalam larutan metanol selama 5 menit. Selanjutnya dilakukan perendaman dalam larutan gyemsa selama 15 menit.
Kemudian dibilas dengan akuades dan dikeringkan selama satu hari. Setelah kering kemudian direndam dalam xylol selama 5 menit, dan ditutup dengan
menggunakan bioleit. Sediaan diamati pada mikroskop dengan pembesaran 1000x dan dilakukan perhitungan masing-masing jenis leukosit hingga mencapai 100 sel
leukosit Aqualex, 2008. 3.6
Kadar Glukosa Darah
Pemeriksaan kadar glukosa dalam darah ikan uji dilakukan sebagai indikator stres sekunder akibat toksisitas nikel. Pengukuran kadar glukosa dalam
darah dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Sebelum pengambilan darah, ikan dipuasakan selama 24 jam. Pengambilan sampel darah diupayakan dilakukan
dalam waktu yang sama. Prosedur pengukuran glukosa dalam darah yaitu : plasma darah diambil dengan cara disentrifuge, selanjutnya 0,05 ml plasma darah,
glukosa standar dan akuades dimasukan kedalam masing-masing tabung reaksi yang telah berisi 3,5 ml color reagent perbandingan asam asetat dan ortotoluidine
= 94 : 6. Setelah itu dipanaskan dalam water bath tertutup selama 10 menit pada suhu 100
……………….5
C. Selanjutnya setelah didinginkan pada suhu kamar, lalu dibaca dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 635 nm.
Selanjutnya dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut :
Keterangan : GD = glukusa darah mg100ml Au = absorbansi sampel
Cs = konsentrasi standar As = absorbansi standar
30
3.7 Histologi Jaringan Insang dan Hati