Histologi Jaringan Insang dan Hati Laju Pertumbuhan Parameter Kualitas Air Analisis Data

30

3.7 Histologi Jaringan Insang dan Hati

Pengamatan kerusakan jaringan dilakukan dengan membuat preparat histologi insang dan hati. Pengamatan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari ke-15 dan hari ke-30 akhir penelitian. Metode yang digunakan adalah Metode Histoteknik. Tahapan kerja dari metode ini adalah pengambilan sampel, fiksasi, dehidrasi, penjernihan, infiltrasi, penanaman, proses pemotongan, penempelan sayatan pada gelas objek, deparafinisasi, dan pewarnaan Kiernan, 1990. Preparat yang dibuat selanjutnya diamati di bawah mikroskop, menggunakan mikroskop digital dengan perbesaran 40 kali. 3.8 Tingkat Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup merupakan presentase dari perbandingan antara jumlah ikan yang hidup diakhir perlakuan dengan jumlah ikan yang ditebar dalam akuarium diawal perlakuan. Tingkat kelangsungan hidup dihitung berdasarkan persamaan berikut : X 100 ……………..……6 Keterangan : SR = kelangsungan hidup ikan Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian No = Jumlah ikan pada awal pemeliharan

3.9 Laju Pertumbuhan

Pertumbuhan ikan yang diukur meliputi pertambahan berat g dengan menggunakan neraca digital dan pertambahan panjang cm dengan menggunakan milimeter block . Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kadar nickel terhadap laju pertumbuhan juvenil ikan bandeng, mengunakan rumus berikut : X 100 …………………….7 Keterangan : Wt = Rerata bobot individu pada akhir peneliitian g Wo = Rerata bobot individu pada awal pemeliharaan g t = Waktu pemeliharaan hari α = Laju Pertumbuhan harian ghari 31

3.10 Parameter Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diukur meliputi : suhu, salinitas, pH, kesadahan, alkalinitas, karbondioksida, oksigen terlarut dan total amoniak nitrogen. Pengukuran suhu, salinitas, pH dan oksigen terlarut dilakukan setiap hari, sedangkan pengukuran karbondioksida, kesadahan, alkalinitas dan total amoniak nitrogen dilakukan setiap minggu.

3.11 Analisis Data

Data yang diperoleh dan data gerak operculum dianalisis dengan analisis sidik ragam pada selang kepe rcayaan 95 α = 0,05, selanjutnya jika terdapat perlakuan memiliki pengaruh nyata dilanjutkan uji Tukey untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan Gaspertz 1991. Nilai LC 50 dihitung dengan menggunakan analisa statistik probit. Selanjutnya untuk data tingkah laku ikan uji pada uji akut, data pengamatan histopatologi serta hasil penggukuran kualitas air dianalisis secara deskriptif. 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Nilai Kisaran

Respon ikan uji terhadap deretan konsentrasi pada uji penentuan kisaran konsentrasi lethal menunjukkan kepekaan mortalitas yang tinggi terhadap daya toksik nikel. Pada konsentrasi 50 ppm, mortalitas ikan uji mencapai 70 setelah 24 jam pemaparan dan mencapai 100 setelah 42 jam pemaparan. Sedangkan pada konsentrasi 5 ppm, mortalitas ikan uji sebesar 0 sampai dengan 96 jam pemaparan Tabel 3. Tabel 3 Persentase tingkat kematian kumulatif juvenil ikan bandeng selama uji nilai kisaran pemaparan nikel Perlakuan Persentase ikan yang mati pada pengamatan jam ke- 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72 84 96 A 0 ppm 3,3 3,3 B 5 ppm C 50 ppm 23,3 53,3 63,3 70 83,3 93,3 100 100 100 100 100 100 100 100 D 100 ppm 76,7 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 E 150 ppm 86,7 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Berdasarkan nilai mortalitas selama uji nilai kisaran, ditetapkan nilai ambang atas yaitu 50 ppm dan nilai ambang bawah yaitu 5 ppm. Pada perlakuan kontrol negatif, setelah jam ke-96 mortalitas ikan uji mencapai 3,3. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas media pemeliharaan dan vitalitas ikan selama pengujian dalam kondisi yang baik. Uji Akut Berdasarkan konsentrasi batas bawah dan batas atas, maka uji akut dilakukan pada konsentrasi nikel sebesar : 8,89 ppm, 15,81 ppm, 28,12 ppm dan 50,01 ppm serta perlakuan kontrol negatif.