7
tinggi selanjutnya diambil dengan menggunakan alat mekanis atau non mekanis dan diangkut untuk diolah di pabrik dan sebagaian ditimbun di sekitar wilayah
perairan pesisir untuk selanjutnya dalam bentuk mentah di ekspor keluar negeri. Nikel terbentuk bersama dengan belerang dalam millerite NiS, dengan arsenik
dalam galian nikolit NiAs, dan dengan arsenik dan belerang dalam nikel glance. Nikel juga terbentuk bersama-sama dengan chrom dan platina dalam
batuan ultrabasa. Terdapat dua jenis endapan nikel, yaitu sebagai hasil konsentrasi residu silika dan pada proses pelapukan batuan beku ultrabasa serta sebagai
endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan kalkopirit Handayani 2002.
2.3 Toksisitas Logam Berat
Logam berat adalah istilah yang digunakan secara umum untuk kelompok logam berat dan metaloid yang densitasnya lebih besar dari 5 grcm
3
Hutagalung dan
Razak 1992. Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 grcm
3
Di perairan, logam berat dapat ditemukan dalam bentuk terlarut dan tidak terlarut. Logam berat terlarut adalah logam yang membentuk senyawa kompleks
dengan senyawa organik dan anorganik, sedangkan logam berat yang tidak terlarut merupakan partikel-partikel yang berbentuk koloid dan senyawa
kelompok metal yang teradsorbsi pada partikel-partikel yang tersuspensi Connel and
Miller 1995. , terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai
afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 Mittinen 1977. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S
menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat -COOH dan amina -NH2
juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transformasi melalui dinding sel
Manahan 1977.
Sedikitnya terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang
toksikologi, logam berat dapat dibagi dalam dua jenis. Pertama, logam berat esensial, dimana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh
8
organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Ni, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya.
Sedangkan jenis kedua, logam berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat
bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain Connel and Miller 1995. Logam berat umumnya ditemukan dalam bentuk persenyawaan dengan
unsur lain, dan sangat jarang ditemukan dalam elemen tunggal. Unsur ini dalam kondisi suhu kamar tidak selalu berbentuk padat melainkan ada yang berbentuk
cair. Logam berat di perairan memiliki sifat konservatif dan nonkonservatif. Sifat konservatif menunjukan kestabilan konsentrasi suatu komponen, hal ini berarti
bahwa konsentrasi suatu komponen cenderung tetap dan tidak terpengaruh dengan proses-proses fisik dan biologi yang ada di perairan, ditunjukkan dengan proses
pergerakan, peningkatan konsentrasi, dan pergerakan sekaligus peningkatan konsetrasi Hutagalung dan Razak 1992.
Sebagian dari logam berat bersifat essensial bagi organisme air untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya, antara lain dalam pembentukan
haemosianin dalam sistem darah dan enzimatik pada biota Darmono 1995. Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam berat
terhadap hewan air dapat diurutkan dari tinggi ke rendah sebagai berikut merkuri Hg, kadmium Cd, seng Zn, timah hitam Pb, krom Cr, nikel Ni, dan
kobalt Co Sutamihardja 1982. Menurut Darmono 1995 daftar urutan toksisitas logam paling tinggi ke paling rendah terhadap manusia yang
mengkomsumsi ikan adalah sebagai berikut Hg
2+
Cd
2+
Ag
2+
Ni
2+
Pb
2+
As
2+
Cr
2+
Sn
2+
Zn
2+
a. Bersifat toksik tinggi Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn . Sedangkan menurut Kementrian Negara Kependudukan
dan Lingkungan Hidup 1990 sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
b. Bersifat toksik sedang Cr, Ni, dan Co c. Bersifat tosik rendah Mn dan Fe.
Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan
manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat Sutamihardja 1982 yaitu :
9
1. Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai
2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme tersebut
3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air
4. Mudah tersuspensi karena pergerakan masa air yang akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber
pencemar potensial dalam skala waktu tertentu Walaupun terjadi peningkatan sumber logam berat, namun konsentrasinya
dalam air dapat berubah setiap saat. Hal ini terkait dengan berbagai macam proses yang dialami oleh senyawa tersebut selama dalam kolom air. Parameter yang
mempengaruhi konsentrasi logam berat di perairan adalah suhu, salinitas, arus, pH dan padatan tersuspensi total atau seston Nanty 1999.
Fungsi-fungsi perilaku secara umum akan lemah akibat adanya zat- pencemar, dan ikan sering kali memperlihatkan tanggapan ini pertama ketika
terekspos polutan Little et al 1993. Perubahan tingkah laku seperti gerakan vertikal terjadi karena hilangnya keseimbangan. Pada toksisitas yang tinggi
membuat gerakan ikan kacau balau dan akhirnya mati. Aktifitas renang merupakan indikator sensitif akan hadirnya senyawa berracun diperairan
Rose. et al. 1993. Toksisitas cadmium menyebabkan gerakan operculum yang tidak beraturan dan hilangnya keseimbangan pada Tilapia mossambica Ghatak
dan Konar 1990.
2.4 Toksisitas Logam Berat Nikel