1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sayuran merupakan salah satu bahan makanan penting yang dibutuhkan oleh manusia. Di dalam sayuran terkandung vitamin, karbohidrat, protein,
dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Menurut Williams et al. 1993 vitamin yang dipasok melalui sayuran adalah vitamin A dari sayuran
merah kuning seperti wortel, vitamin B dari sayuran hijau tua, dan kacang- kacangan, vitamin C dari tomat, lombok, kentang dan sayuran hijau.
Beberapa mineral sayuran yang penting yang dipasok oleh sayuran adalah besi, kalsium dan fosfor Williams et al., 1993. Sayuran juga menambah
ragam, rasa, warna dan tekstur makanan Nazaruddin, 1995. Bertahun - tahun manfaat sayuran bagi kesehatan telah diketahui. Namun
para ahli kimia pangan tetap penasaran mengenai misteri di balik manfaat sayuran. Pengungkapan misteri di balik sayur-mayur beberapa tahun akhir ini
memang banyak menjadi perhatian para peneliti. Fenomena-fenomena unik yang berkembang saat ini, misalnya berkaitan dengan cara penyembuhan
penyakit yang diistilahkan dengan ”herbal healing”. Gerakan kembali ke alam menjadi salah satu faktor pendorong konsumsi tumbuh-tumbuhan dan
sayuran sebagai sarana menuju hidup sehat dan berumur panjang. Kondisi ini secara tidak langsung menumbuhkan masyarakat baru yaitu pengkonsumsi
tumbuhan dan sayuran Suwahyono, 2002. Pada Pelita V telah diupayakan peningkatan produksi melalui perluasan
areal panen dan produktivitas hortikultura. Adapun jenis komoditas hortikultura, terutama sayuran, yang telah dipilih tersebut adalah sebagai
berikut: •
Komoditas sayuran untuk mengurangi impor seperti bawang merah, bawang putih dan kentang
• Komoditas sayuran yang ditingkatkan untuk ekspor dan selama ini sudah
dilaksanakan yaitu kentang, lombok, kubis dan tomat. •
Komoditas sayuran yang ditingkatkan karena memiliki potensi ekspor seperti asparagus, jamur, paprika, pete dan rebung.
2 Sebagai komoditas pertanian, sayuran memiliki prospek yang cerah baik
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun untuk diekspor. Data produksi beberapa jenis sayuran di Indonesia pada tahun 2004 – 2006 dapat
dilihat pada Tabel 1. Sedangkan data ekspor dan impor sayuran pada tahun 2004 – 2006 disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 1. Produksi beberapa jenis sayuran di Indonesia
Komoditi Produksi ton
Pertumbuhan Produksi tahun
2005 – 2006 2004
2005 2006
Kentang 1 072 040
1 009 619 1 011 911
0.23 Kubis
1 432 814 1 292 984
1 267 745 -1.95
Cabe 1 100 514
1 058 023 1 185 059
12.01 Bawang Merah
757 399 732 609
794 929 8.51
Tomat 626 872
647 020 629 744
-2.67 Buncis
267 619 283 649
269 533 -4.98
Ketimun 477 716
552 891 598 892
8.32 Sawi
534 964 548 453
590 400 7.65
Total Produksi 6 269 938
6 125 248 6 348 213
Sumber : BPS dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2006. Tabel 2. Volume ekspor komoditas sayuran di Indonesia
Komoditi Volume Ekspor kg
2004 2005
2006
Kentang 16 790 767
25 693 792 97 657 771
Kubis 32 988 557
35 912 020 32 665 430
Cabe 1 879 374
5 617 739 8 004 450
Bawang Merah 4 637 264
4 259 344 15 700 666
Tomat 3 594 486
2 061 505 1 024 767
Buncis 164 977
518 343 1 357 607
3 Ketimun
609 866 996 164
1 161 888 Sawi
1 340 608 3 186 126
1 696 436 Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008.
Tabel 3. Volume impor komoditas sayuran di Indonesia
Komoditi Volume Impor kg
2004 2005
2006
Kentang 21 508 547
32 232 323 32 015 767
Kubis 523 212
320 448 383 713
Cabe 7 572 448
8 090 616 11 885 501
Bawang Merah 48 927 071
53 071 439 78 462 101
Tomat 7 762 102
6 843 938 10 152 958
Buncis 3 350 567
11 381 215 9 819 141
Ketimun 92 367
283 466 173 373
Sawi 303 416
616 441 660 644
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008 Di Indonesia, budidaya sayuran di ladang terbuka masih dilakukan secara
konvensional dan tradisional dengan menggunakan tenaga manusia. Haerani 2001 menyatakan bahwa kegiatan pengolahan tanah merupakan kegiatan
yang cukup berat dalam budidaya sayuran. Pengolahan tanah hingga pembuatan guludan untuk budidaya tanaman sayuran membutuhkan waktu
yang lama dan tenaga yang cukup besar sedangkan selama ini kegiatan tersebut masih dilakukan secara manual dengan pencangkulan yang kapasitas
kerjanya hanya 10 m
2
jam Haerani, 2001. Tenaga kerja di bidang pertanian semakin berkurang yang berakibat pada menurunnya produksi hasil - hasil
pertanian. Oleh karena itu, diperlukan alat dan mesin pertanian yang lebih baik dengan kapasitas kerja yang lebih besar, mampu meningkatkan
efektifitas dan efisiensi kerja, dan mengurangi biaya produksi. Soedjatmiko 1983 dalam Haerani 2001 menyatakan bahwa tenaga kerja
di bidang pertanian dari waktu ke waktu terus menurun. Oleh karena itu, penggunaan mesin pertanian pada budidaya sayuran menjadi penting artinya.
4 Menurut Daywin et al 1993 tujuan utama dari penggunaan mesin di bidang
pertanian adalah meningkatkan produktivitas kerja petani dan mengubah pekerjaan yang berat menjadi lebih ringan. Mekanisasi di bidang pertanian
dapat meningkatkan kualitas hasil produksi, produktivitas tenaga kerja, dan pendapatan petani serta mengurangi biaya produksi dan pekerjaan yang
membosankan APO, 1996. Budidaya tanaman sayuran umumnya dilakukan di dataran tinggi. Oleh
karena itu, penggunaan mesin pengolah tanah harus mempertimbangkan topografi lahan yang miring, berteras, dan ukuran petakan yang relatif kecil.
Traktor roda empat yang biasa digunakan di perkebunan terlalu beratbesar sehingga sulit dioperasikan di daerah miring berteras dengan luasan yang
sempit. Oleh karena itu diperlukan mesin penggerak yang lebih ringan dan mudah untuk dikendalikan yang sesuai untuk kondisi lahan tersebut yaitu
traktor roda dua. Menurut Sakai et al. 1998 perkembangan teknik dalam bidang pertanian
di Jepang dapat berhasil dengan baik dan cepat, dimulai dengan penggunaan alat –alat pengolahan tanah mekanis menggunakan traktor – traktor berukuran
kecil. Karena setiap jenis sayuran memerlukan bentuk guludan dan kondisi tanah yang berbeda maka diperlukan alat – alat pengolah tanah yang
bervariasi sesuai kebutuhan. Modifikasi pada alat dan mesin pertanian yang sudah ada perlu dilakukan agar didapatkan hasil yang sesuai dengan
kebutuhan karena adanya perbedaan hasil akhir yang diinginkan dan keadaan lahan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian mengenai metode atau cara pengolahan tanah secara mekanis dengan menggunakan traktor roda dua
sebagai tenaga penggerak dan modifikasi implemen yang sudah ada dan biasa digunakan oleh petani, seperti bajak singkal, garu rotari, dan furrower, untuk
memperoleh bentuk dan ukuran bedengan dan guludan serta tanah hasil olahan yang sesuai untuk penanaman sayuran. Efisiensi produksi khususnya
pada proses
prapanen diharapkan
dapat meningkat
dengan mengkombinasikan penggunaan alat dan mesin pertanian dengan metode
pengolahan yang efisien.
5 Penggunaan furrower secara mekanis untuk pembuat guludan dalam
budidaya sayuran sangat penting dilakukan karena dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja dan mengurangi biaya produksi.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan : 1. Merancang dan membuat furrower traktor Yanmar Cultivator tipe Te 550n
untuk pembuat guludan sehingga didapatkan bentuk dan ukuran guludan yang sesuai untuk penanaman sayuran.
2. Menguji furrower hasil rancangan dengan menggunakan metode pengolahan
tanah yang paling baik yang didapatkan dari hasil penelitian pendahuluan.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA