14 terutama di daerah tropis dan subtropis karena banyak tanaman pangan
yang tumbuh di daerah tersebut seperti kapas, jagung, sorgum, kentang, tebu, sayuran dan lain –lain yang dibudidayakan dalam suatu alur baris
tanaman. Kelebihan dari furrower, yaitu dapat digunakan untuk satu atau lebih dari satu alur baris, dapat menggunakan hewan maupun traktor
sebagai tenaga penarik, dapat dikombinasikan dengan implemen lain, dan dapat digunakan sebagai alat penyiang.
Adapun bagian – bagian dari furrower beserta fungsinya, yaitu: a. Mata bajak yang berfungsi sebagai ujung tombak dari bajak yang
memulai menembus tanah. b. Pisau bajak yang berfungsi untuk membelah dan memotong tanah.
c. Singkal majemuk yang berfungsi untuk mengangkat dan membalik tanah ke kanan dan ke kiri.
d. Rangka batang penarik yang berfungsi sebagai tempat menempelnya bajak dan berhubungan dengan kerangka utama.
2.3 Sifat Fisik dan Mekanik Tanah
2.3.1 Kadar Air
Air terdapat di dalam tanah karena ditahan diserap oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keaadan drainase yang kurang
baik Hardjowigeno, 1987. Menurut Das 1993, kadar air tanah didefinisikan sebagai perbandingan antara berat cair dan berat butiran
padat dari volume tanah yang diteliti. 2.3.2 Kerapatan Isi
Bulk Density
Menurut Hardjowigeno 1987, kerapatan isi merupakan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori –
pori tanah. Kerapatan isi merupakan petunjuk kepadatan tanah. Semakin padat suatu tanah maka kerapatan isi semakin tinggi yang berarti semakin
sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar tanaman. Menurut Fitzpatrick 1986, tanah berpasir mempunyai kerapatan isi
lebih kecil dibandingkan tanah liat meskipun kerapatan partikel kedua
15 tanah tersebut sama. Menurut Islami dan Utomo 1995, kerapatan isi
tanah pertanian bervariasi dari 1 gcm
3
- 1.6 gcm
3
. Beberapa jenis tanah mempunyai kerapatan isi kurang dari 0.85 gcm
3
Hardjowigeno, 1987. 2.3.3 Tekstur Tanah
Tekstur tanah, menurut Hardjowigeno 1987 merupakan kasar halusnya tanah berdasarkan perbandingan banyaknya butir – butir pasir,
debu, dan liat. Menurut Hardiyatmo 1992, tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara butir primer pasir, debu, dan tanah liat. Tekstur
tanah dipengaruhi oleh ukuran tiap – tiap butir yang ada di dalam tanah Das, 1993.
Tekstur tanah, menurut Ashari 1995, menentukan daya ikat air water holding capacity dan kecepatan infiltrasinya. Pasir yang
mempunyai ukuran partikel terbesar di antara partikel tanah yang lain dapat meneruskan infiltrasi air dengan cepat sehingga sekalipun terjadi
hujan lebat tidak mengalami limpasan permukaan. Oleh karena itu, tanah pasir tidak dapat mengikat air dengan baik.
2.3.4 Struktur Tanah
Menurut Hardjowigeno 1987, struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butiran – butiran tanah. Gumpalan – gumpalan kecil ini
mempunyai bentuk, ukuran, dan kemampuan ketahanan yang berbeda – beda. Faktor – faktor yang mempengaruhi struktur tanah, menurut Das
1993, diantaranya adalah bentuk, ukuran dan komposisi mineral dari butiran tanah serta sifat dan komposisi air tanah.
Williams et al. 1993 menyatakan bahwa untuk memperoleh hasil budidaya tanaman yang tinggi, tanah harus berstruktur baik. Sedangkan
menurut Hardjowigeno 1987, tanah dengan struktur baik granuler atau remah mempunyai tata udara yang baik, unsur –unsur hara lebih mudah
tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak saling bersinggungan dengan rapat
dan pori – pori tanah banyak terbentuk.
16 Struktur tanah menentukan penyusunan partikel tanah menjadi
agregrat. Struktur tanah sangat penting dalam lahan pertanian karena menentukan aerasi tanah, pergerakan air tanah, serta penetrasi akar
tanaman. 2.3.5 Tahanan Penetrasi
Tahanan penetrasi dapat dijadikan ukuran untuk menggambarkan besarnya kemampuan tanah yang diperlukan oleh peralatan pertanian
untuk bekerja atau akar tanaman untuk menembus tanah. Nilai tahanan penetrasi ini diukur dengan menggunakan penetrometer dengan parameter
cone index .
Cone index indeks kerucut adalah suatu indeks untuk menyatakan
kemampuan tanah melawan atau menahan gaya penetrasi dari suatu kerucut. Indeks kerucut tanah menunjukkan tingkat kekerasan tanah dan
untuk mengetahui ada tidaknya lapisan kedap pada kedalaman tertentu. Nilai cone index dipengaruhi oleh kerapatan isi, kadar air, dan jenis tanah.
Menurut Davis et al. 1993, tahanan penetrasi tanah sangat tergantung pada kadar air tanah dan biasanya digunakan sebagai pembanding antara
tempat – tempat yang berada pada areal lahan yang sama pada hari yang sama.
Nilai cone index indeks kerucut diukur pada kedalaman 5 cm, 10 cm, 15 cm, 20 cm, 25 cm, dan 30 cm dengan penetrometer. Persamaan
yang digunakan untuk mencari indeks kerucut adalah :
Ci =
π
.......................................................... 1
dimana : Ci = cone index indeks kerucut kgcm
2
F = gaya tekan penetrometer kg D = diameter alas kerucut penetrometer cm
17
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pembuatan Alat
3.1.1 Waktu dan Tempat
Pembuatan alat dilaksanakan dari bulan Maret 2009 – Mei 2009, bertempat di bengkel Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian,
Leuwikopo, Departemen Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
3.1.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Las listrik
2. Bor tangan
3. Gerinda tangan
4. Gerinda potong
5. Mesin bubut
6. Gergaji besi
7. Jangka sorong
8. Meteran
9. Peralatan perbengkelan lainnya
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Besi pelat
2. Besi siku
3. Besi silinder
4. Besi persegi
5. Baut dan mur
3.1.3 Tahapan Pembuatan
Kegiatan pembuatan alat ini, meliputi kegiatan pengumpulan data dan informasi hasil dari penelitian pendahuluan, identifikasi masalah,
survei bahan dan informasi desain, merancang konstruksi alat, pengukuran bahan, pembuatan komponen furrower, pemasangan
komponen dan pengecatan.