Daya Dukung Lahan TINJAUAN PUSTAKA

Definisi tambahan diaplikasikan dalam ekologi termasuk lahan yang berkelanjutan, lahan dengan tingkat ekonomi yang maksimal, dan equilibrium open –acces. Dalam ekologi dasar ataupun terapan, daya dukung lahan merupakan parameter yang sulit diukur, dan diperlukan konsep yang digunakan sebagai ’theoterical tool” Nixon, 2007. Perhitungan daya dukung lahan yang digunakan adalah daya dukung lahan berdasarkan perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan bagi penduduk yang hidup di suatu wilayah. Dengan metode ini dapat diketahui gambaran umum apakah daya dukung lahan suatu wilayah dalam keadaan surplus atau defisit. Keadaan surplus menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat di suatu wilayah masih dapat mencukupi kebutuhan akan produksi hayati di wilayah tersebut, sedangkan keadaan defisit menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan akan produksi hayati di wilayah tersebut. Penentuan daya dukung lahan dilakukan dengan membandingkan ketersediaan dan kebutuhan lahan seperti digambarkan pada Gambar 3. berikut ini Gambar 3 Diagram Penentuan Daya Dukung Lahan. Ketersediaan lahan ditentukan berdasarkan data total produksi aktual setempat dari setiap komoditas di suatu wilayah, dengan menjumlahkan produk dari semua komoditas yang ada di wilayah tersebut. Untuk penjumlahan ini digunakan harga sebagai faktor konversi karena setiap komoditas memiliki satuan yang beragam. Sementara itu, kebutuhan lahan dihitung berdasarkan kebutuhan hidup layak Permen LH No.17 tahun 2009 Perhitungan Daya dukung lahan yang digunakan adalah daya dukung lahan berdasarkan perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan bagi penduduk yang hidup di suatu wilayah. Dengan metode ini dapat diketahui gambaran umum apakah daya dukung lahan suatu wilayah dalam keadaan surplus atau defisit. Keadaan surplus menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat di suatu wilayah masih dapat mencukupi kebutuhan akan produksi hayati di wilayah tersebut, sedangkan keadaan defisit menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan akan produksi hayati di wilayah tersebut Permen LH 17 tahun 2009. Cuadra dan Bjorkland 2007 meneliti hubungan antara daya dukung lahan dengan penilaian ekonomi dari tanaman pertanian di Nicaragua. Tiga analisis yang berbeda digunakan yaitu 1 Estimasi cost and return economic CAR, 2 Ecological footprint EF 3 Emergy Analysis EA dalam penilaian viabiltas ekonomi. Studi ini ditekankan pada daya dukung ekologis dan produksi tanaman tropika yang berkelanjutan. Analisis dilakukan pada enam sistem produksi tanaman di Nikaragua yaitu: kacang Phaseolus vulgaris L., tomat Lycopersicum esculentum L. Mill, kubis Brassica oleraceae L. var. capitata, jagung Zea mays L., nanas Ananas comosus L. Merr. dan kopi Coffea arabica L. Studi ini menunjukkan kubis dan tomat merupakan tanaman yang paling menguntungkan, baik secara ekonomis maupun dari emergy terms-nya, dan tanaman kopi paling sedikit menghasilkan keuntungan. Penelitian lain mengenai status daya dukung lahan juga dilakukan oleh Barus 2004 yang menghitung efek jarak pada kapasitas penyerapan tenaga kerja dengan menggunakan SIG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SIG dapat memperlihatkan kapasitas indeks serapan tenaga kerja dan peta status serapan tenaga kerja di Kecamatan Samarang Garut Jawa Barat. Peta ini dapat digunakan untuk mengetahui secara tidak langsung situasi ekonomi dari wilayah tersebut. Daya dukung penyerapan tenaga kerja pada lahan yang ditanami hortikultura memperlihatkan penyerapan tenaga kerja yang paling besar menyusul akar wangi dan paling kecil adalah tanaman padi. Lane 2009 menyebutkan bahwa daya dukung alam dapat diukur dengan menggunakan parameter sosial, parameter lingkungan dan, dan daya dukung berdasarkan sistem. Analisis daya dukung yang menggunakan parameter sosial didasarkan pada model demografi atau model ekonomi pada umumnya. Beberapa peneliti, seperti Wetzel dan Wetzel 1995 dan Barbier dan Scoones 1993 memperluas parameter mereka yang mencakup beberapa faktor lingkungan, tapi akhirnya perhitungan daya dukung tersebut dilihat dari sudut pandang ekonomi. Summers 2004 menyatakan bahwa studi ini harus digunakan untuk mengukur kebutuhan masyarakat untuk masa depan dan yang penting kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan, dengan memperkirakan ukuran dan waktu pelayanan dan kebutuhan infrastruktur yang berkaitan dengan air bersih, pembuangan limbah, jalan, parkir dan fasilitas masyarakat. Summer membagi penelitiannya kedalam wilayahkadaster –kadaster yang lebih kecil. Mochelle 2006 berpendapat bahwa demarkasi batas-batas ruang hanya sesuai untuk kepentingan statistik dapat menyebabkan masalah dari waktu ke waktu karena mereka pasti berubah dengan fluktuasi populasi, berbagai perkembangan imperatif dan skema perencanaan pemerintah. Studi Summer juga dapat dipergunakan dengan cara lain. Misalnya, satu-satunya parameter dianalisis sistemik dan kendalanya adalah kadaster dan demografis di alam Lane, 2009. Daya dukung suatu sistem pertanian yang sering terkait dengan masalah sehari-hari adalah kemampuan sumberdaya untuk mendukung aktivitas ekonominya Ferguson dan Mc Avin, 1980; Mitchel, 1989. Salah satu aspek yang sangat penting adalah daya dukung sumberdaya untuk menyediakan tenaga kerja. Perhitungan besaran tenaga kerja untuk sistem pertanian dapat dihitung dari semua proses yang terjadi pada sistem usaha tani, yang mencakup dari mulai penyediaan sarana, pengolahan tanah, panen dan pengangkutan produk Lansing et al., 2001; Young 2000.

2.4. Basis Ekonomi dan Tingkat Perkembangan Wilayah

Teori basis ekonomi didasarkan pada asumsi bahwa secara umum ekonomi suatu wilayah dapat dibagi menjadi dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis. Teori ini menyatakan bahwa sektor basis membangun dan memacu penguatan dan pertumbuhan ekonomi lokal. Sektor basis kermudian diidentifikasi sebagai ”mesin ” ekonomi lokal dan disebut sebagai basis ekonomi dari suatu wilayah Barkley dan Bradshaw, 2002. Salah satu metode untuk mengetahui potensi ekonomi yang merupakan basis dan bukan basis adalah analisis Location Quotient LQ, yang merupakan perbandingan relatif antara kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas dalam suatu wilayah. Kriteria penilaian yang digunakan dalam penentuan ukuran keunggulan komparatif adalah jika nilai LQ lebih besar dari satu LQ 1 maka sektor tersebut merupakan sektor basis sedangkan bila nilainya lebih kecil dari satu LQ 1 berarti sektor yang dimaksud termasuk sektor non basis pada perekonomian wilayah. Menurut Glasson 1977, sektor kegiatan basis adalah kegiatan yang mengekspor barang dan jasa ke tempat-tempat di luar batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan, atau yang memasarkan barang dan jasa mereka kepada orang yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Sektor atau kegiatan non basis adalah kegiatan yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kapasitas pasar sektor non basis bersifat belum berkembang atau bersifat lokal. Analisis LQ juga memberikan suatu gambaran sektor atau kegiatan ekonomi yang terkonsentrasi dan mana yang tersebar. Kajian Kuncoro 2002 mendapatkan bahwa nilai LQ atau indeks spesialisasi regional merupakan variabel yang paling sesuai untuk menentukan seberapa jauh suatu industri terkonsentrasi pada suatu kabupatenkota dibanding industri yang sama di Indonesia. Peningkatan nilai LQ suatu daerah industri menunjukkan peningkatan spesialisasi industri dalam daerah tersebut. Spesialisasi yang tinggi pada suatu industri di daerah tertentu dapat mempercepat pertumbuhan industri itu dalam wilayah tersebut. Dalam perspektif regional, indeks ini dapat menyediakan 1 dasar pertimbangan awal dan bersifat sementara untuk mencari dan mendorong industri lebih lanjut dan 2 indikator apakah suatu daerah memenuhi kebutuhan sendiri self sufficient, mengimpor atau mengekspor produk. Menurut Blakely dan Bradshaw 2002, Shift-share Analysis SSA merupakan teknik yang baik untuk menganalisis perubahan dalam struktur ekonomi lokal. SSA menjelaskan perubahan ekonomi tidak hanya pada suatu periode waktu seperti LQ. SSA berguna juga untuk mengidentifikasi industri di suatu wilayah yang mempunyai keunggulan kompetitif dan tumbuh lebih cepat dari rata-rata wilayah.