Basis Ekonomi dan Tingkat Perkembangan Wilayah

Quotient LQ, yang merupakan perbandingan relatif antara kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas dalam suatu wilayah. Kriteria penilaian yang digunakan dalam penentuan ukuran keunggulan komparatif adalah jika nilai LQ lebih besar dari satu LQ 1 maka sektor tersebut merupakan sektor basis sedangkan bila nilainya lebih kecil dari satu LQ 1 berarti sektor yang dimaksud termasuk sektor non basis pada perekonomian wilayah. Menurut Glasson 1977, sektor kegiatan basis adalah kegiatan yang mengekspor barang dan jasa ke tempat-tempat di luar batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan, atau yang memasarkan barang dan jasa mereka kepada orang yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Sektor atau kegiatan non basis adalah kegiatan yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kapasitas pasar sektor non basis bersifat belum berkembang atau bersifat lokal. Analisis LQ juga memberikan suatu gambaran sektor atau kegiatan ekonomi yang terkonsentrasi dan mana yang tersebar. Kajian Kuncoro 2002 mendapatkan bahwa nilai LQ atau indeks spesialisasi regional merupakan variabel yang paling sesuai untuk menentukan seberapa jauh suatu industri terkonsentrasi pada suatu kabupatenkota dibanding industri yang sama di Indonesia. Peningkatan nilai LQ suatu daerah industri menunjukkan peningkatan spesialisasi industri dalam daerah tersebut. Spesialisasi yang tinggi pada suatu industri di daerah tertentu dapat mempercepat pertumbuhan industri itu dalam wilayah tersebut. Dalam perspektif regional, indeks ini dapat menyediakan 1 dasar pertimbangan awal dan bersifat sementara untuk mencari dan mendorong industri lebih lanjut dan 2 indikator apakah suatu daerah memenuhi kebutuhan sendiri self sufficient, mengimpor atau mengekspor produk. Menurut Blakely dan Bradshaw 2002, Shift-share Analysis SSA merupakan teknik yang baik untuk menganalisis perubahan dalam struktur ekonomi lokal. SSA menjelaskan perubahan ekonomi tidak hanya pada suatu periode waktu seperti LQ. SSA berguna juga untuk mengidentifikasi industri di suatu wilayah yang mempunyai keunggulan kompetitif dan tumbuh lebih cepat dari rata-rata wilayah. Dalam analisis ini pertumbuhan kegiatan di suatu daerah pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal, yaitu: 1 National share merupakan pertumbuhan daerah dibandingkan dengan pertumbuhan nasional. Jika daerah tumbuh seperti rata-rata nasional, maka peranananya terhadap nasional akan tetap. Komponen ini juga disebut juga national growth effect; 2 Proporsional shift, yaitu perbedaan antara pertumbuhan daerah dengan menggunakan pertumbuhan nasional dan sektoral pertumbuhan daerah dengan menggunakan pertumbuhan nasional total. Daerah dapat tumbuh lebih cepatlambat dari rata-rata nasional jika mempunyai sektorindustri yang tumbuh lebih cepatlambat dari nasional. Dengan demikian perbedaan laju pertumbuhan dengan nasional disebabkan oleh komposisi sektoral yang berbeda komponen mix. Komponen ini disebut juga mix effect atau compostion shift dan 3 Differential shift yaitu perbedaan antara pertumbuhan daerah secara aktual dengan pertumbuhan daerah jika menggunakan sektoral untuk nasional. Daerah dapat saja mempunyai keunggulan komparatif jika dibandingkan dengan daerah lain, karena lingkungannya mendorong suatu sektor tertentu untuk tumbuh lebih cepat. Komponen ini sering disebut juga regional share atau competitive effect LPEM, 2004. Wilayah didefinisikan sebagai area geografis yang mempunyai ciri tertentu dan merupakan media bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi Rustiadi, 2006 menyatakan bahwa dari definisi tersebut dapat diturunkan tipologi-tipologi wilayah berdasarkan sifat hubungannya, fungsi masing-masing komponennya atau berdasarkan pertimbangan sosial, ekonomi maupun politis lainnya. Diantara tipologi-tipologi yang adaterdapat salah satu tipologi yang disebut dengan tipologi wilayah nodal, yang merupakan perkembangan dari konsep sel hidup. Dalam penjabaran wilayah nodal ini, wilayah diasumsikan sebagai sel hidup yang terdiri dari inti plasma , yang masing-masing mempunyai fungsi yang saling mendukung. Inti dalam hal ini diasumsikan sebagai pusat kegiatan industri dan pusat pasar serta inovasi. Sedangkan plasma atau hinterland merupakan pusat pemasok dari bahan mentah, tenaga kerja dan pusat pemasaran barang-barang hasil industri yang diproduksi di pusat inti. Berdasarkan konsep wilayah nodal tersebut, pusat atau hinterland suatu wilayah dapat ditentukan berdasarkan jumlah dan jenis fasilitas umum, industri dan jumlah dan jumlah penduduknya. Unit wilayah yang mempunyai jumlah dan jenis fasilitas umum, industri dan jumlah penduduk dengan kuantitas dan kualitas yang secara relatif paling lengkap dibandingkan dengan unit wilayah yang lain akan menjadi pusat atau mempunyai hierarki yang paling tinggi. Tingkat Perkembangan Wilayah ini ditunjukkan oleh hierarki dari suatu wilayah berdasarkan jumlah dan jenis fasilitas umum, industri dan jumlah penduduk. Wilayah yang mempunyai jumlah dan jenis fasilitas umum, industri dan jumlah penduduk dengan kuantitas dan kualitas yang secara realtif paling lengkap dibandingkan dengan unit wilayah yang lain akan menjadi pusat atau mempunyai hierarki yang paling tinggi Rustiadi, 2006. Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan hierarki suatu wilayah adalah metode skalogram. Metode skalogram dapat digunakan dengan menuliskan jumlah fasilitas yang dimiliki suatu wilayah, atau menuliskan adatidaknya suatu wilayah. Masing-masing fasilitas mempuyai bobot dan kualitas yang sifatnya indifferent. Data yang digunakan adalah data yang sama dengan data untuk menghitung LQ.

2.5. Pendapatan Wilayah

Diantara berbagai indikator ekonomi, indikator mengenai pendapatan masyarakat di suatu wilayah merupakan indikator terpenting. Salah satu cara mengukur pendapatan masyarakat di suatu wilayah adalah dengan menghitung Produk Domestik Regional Bruto PDRB yang merupakan ukuran produktivitas wilayah yang paling umum dan paling diterima secara luas sebagai standar ukuran pembangunan dalam skala wilayah dan negara. PDRB merupakan total nilai barang dan jasa yang dihasilkan di suatu wilayah yang telah dihilangkan unsur- unsur intermediate cost-nya. Tidak ada suatu negara pun yang tidak melakukan pengukuran PDRB. Oleh karenanya secara universal, walaupun dianggap memiliki berbagai kelemahan, PDRB dinilai sebagai sebagai tolok ukur pembangunan yang paling operasional dalam skala negara di dunia. PDRB pada dasarnya adalah merupakan total produksi kotor dari suatu wilayah, yaitu total nilai tambah dari semua barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara atau wilayah dalam periode satu tahun. Dengan demikian PDRB mempunyai arti nilai tambah dari aktivitas produktif manusia Rustiadi, et al. 2009. 2.6. Pengelolaan Lingkungan dan Daya Dukung Lahan yang Berkelanjutan Berbasis Pengembangan Komunitas Pengelolaan Lingkungan dan Daya Dukung Lahan, serta pengembangan wilayah menurut Hayami 2002 tidak dapat direalisasikan tanpa adanya perubahan-perubahan organisasi sosial dan sistem sosial karena suatu sistem ekonomi dan pengelolaan sumberdaya dikondisikan oleh budaya dan kelembagaan yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu tingkat kesejateraan masyarakat tidak hanya dimaknai dengan pertumbuhan ekonomi dan produktivitas ekonomi tetapi juga harus mempertimbangkan kinerja sosial budaya masyarakatnya, seperti interaksi sosial, akses masyarakat serta pada pendapatan, pendidikan, kesehatan dan proses demokrasi. Menurut Putnam 1993, memperkenalkan konsep modal sosial yang didefinisikan sebagai gambaran kehidupan sosial yang memngkinkan para partisipan bertindak bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan bersama Aspek utama modal sosial menurut Pretty dan Ward 2001 adalah: hubungan saling percaya relations of trust, adanya pertukaran reciprocity and exchange, aturan umum common rules, norma-norma norms dan sanksi-sanksi sanctions, keterkaitan connectedness, jaringan networks dan kelompok-kelompok groups Rustiadi, et al.2009. Pengelolaan lingkungan yang berdasarkan pengelolaan komunitas Eco- Community Based Management adalah pengelolaan komunitas yang selalu dilaksanakan dengan mempertimbangkan daya tampung dan daya dukung sosial bersama-sama dengan komponen lingkungan alam ekosistem dan lingkungan binaanbuatan tata ruangnya yang seluruhnya menjadi suatu kesatuan dalam lingkungan hidup, serta dilaksanakan dengan tindakan-tindakan yang bersifat komunikatif communicative action tanpa tekanan Purba ed, 2002. Sejalan dengan paradigma pembangunan berkelanjutan yang menuntut persyaratan adanya keterbukaan, kesetaraan, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, dan akuntabilitas, dituntut kesiapan dan profesionalisme dari semua pihak terkait, agar pengelolaan lingkungan dan peningkatan daya dukung lahan dapat dilaksanakan oleh semua pihak dan pembangunan berkelanjutan dapat dicapai Purba ed, 2002.