Pengembangan Wilayah TINJAUAN PUSTAKA

politically accepted, probisnis layak ekonomi, long term berkesinambungan, dan holistik Deni dan Djumantri, 2002. Perencanaan pembangunan wilayah mestinya memadukan pendekatan sektoral dan pendekatan regional. Pendekatan sektoral adalah pendekatan perencanaan dimana seluruh kegiatan ekonomi didalam wilayah perencanaan dikelompokkan atas sektor-sektor. Selanjutnya setiap sektor dianalisis satu persatu untuk dilihat potensi dan peluangnya, kemudian menetapkan apa yang dapat ditingkatkan dan dimana lokasi dari kegiatan peningkatan tersebut. Pendekatan regional berbeda dengan pendekatan sektoral walaupun tujuan akhirnya sama. Analisis regional adalah analisis atas penggunaan ruang saat ini, analisis atau aktivitas yang akan mengubah penggunaan ruang dan perkiraan atas bentuk ruang yang akan datang. Pendekatan sektoral saja tidak mampu melihat adanya kemungkinan tumpang tindih dalam penggunaan lahan, juga tidak mampu melihat perubahan struktur ruang yang mungkin terjadi akibat dilaksanakannnya rencana sektoral tersebut, sedangkan pendekatan regional saja tidak cukup karena analisisnya akan bersifat makro wilayah sehingga tidak cukup detil untuk membahas sektor per sektor apalagi komoditas per komoditas Tarigan, 2004. Menururt Rustiadi et al. 2009, pembangunan berbasis pengembangan wilayah memandang penting keterpaduan antar sektoral, antar spasial, serta antar pelaku pembangunan di dalam maupun antar daearah. Keterpaduan sektoral menuntut adanya keterkaitan fungsional dan sinergis antar sektor pembangunan sehingga setiap program pembangunan sektoral selalu dilaksanakan dalam kerangka pembangunan wilayah.

2.2. Tenaga Kerja Pertanian

Sebaran Tenaga Kerja Pertanian adalah jumlah ketersediaan dan jumlah kebutuhan tenaga kerja pertanian berdasarkan unit wilayah yang diamati. Definisi Tenaga Kerja Pertanian adalah tenaga kerja yang bekerja di bidang pertanian 6 jam per hari atau 35 jam pe rminggu Badan Pusat Statistik, 2008 Berdasarkan curahan waktu tenaga kerja diasumsikan bahwa setiap orang bekerja selama 6 hari dalam seminggu dimana setiap hari 6 jam kerja sehingga dalam seminggu 35 jam. Oleh karena itu jumlah jam kerja dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu curahan waktu diatas 35 jam per minggu yang biasa disebut dengan tenaga kerja aktif dan curahan waktu dibawah 35 jam per minggu yang biasa disebut dengan pengangguran terselubung setengah terbuka. Perkembangan jumlah tenaga kerja pertanian secara global dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Hal ini dibuktikan melalui hasil survai angkatan tenaga kerja nasional Sakernas yang dilakukan Badan Pusat Statistik yang dilakukan setahun sekali. Profil sumberdaya pertanian tahun 2004 menguraikan perkembangan jumlah tenaga kerja pertanian pada tahun 2003 dan tahun 2004. Jumlah tenaga kerja berdasarkan hasil survai sakernas tahun 2003 sebanyak 39.947.187 orang dan pada tahun 2004 sebanyak 38.724.818 orang atau mengalami penurunan 3,16. Penurunan tenaga kerja pertanian terjadi di 15 propinsi yaitu propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Maluku Utara. Sedangkan 15 propinsi yang lain mengalami peningkatan antara 1,7 sd 14,1. Perkembangan peningkatan dan penurunan tenaga kerja pertanian dari tahun 2000 sd tahun 2004 seperti pada Gambar 2. Gambar 2 Perkembangan Tenaga Kerja Pertanian Nasional Tahun 2000-2004.